Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat China Pernah Ratakan 700 Gunung untuk Bangun Kota Metropolitan, seperti Apa Sekarang?

Baca di App
Lihat Foto
pixabay.com/pcsfish
Ilustrasi pegunungan Huangshan di China.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Pada 2012, China memulai sebuah proyek ambisius untuk meratakan 700 gunung dan menyulapnya menjadi kota metrapolitan.

Dinamai "proyek pemindahan gunung", salah satu konstruksi terbesar di China membutuhkan biaya Rp 41 triliun untuk meratakan 700 gunung di area Lanzhou.

Proyek ini memungkinkan pengembang membangun kota metropolis baru.

Adalah The Lanzhou New Area, kawasan seluas 130.000 hektar yang menjadi ibu kota Provinsi Gansu.

Baca juga: 10 Kota Terkaya di Dunia, Mana Saja?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dikutip dari The Guardian, pembangunan ini dapat meningkatkan produk domestik bruto kawasan itu menjadi Rp 502 triliun pada 2030.

Proyek ini menjadi zona pembangunan tingkat negara bagian kelima China dan pertama di daerah pedalaman.

Proyek lainnya termasuk Pudong Shanghai dan Binhai Tianjin, rumah bagi replika Manhattan 120 bangunan setengah jadi.

The Lanzhou New Area memungkinkan sebuah distrik perkotaan baru berukuran hampir 10 mil persegi di timur laut pusat kota.

Baca juga: Bukan AS dan China, Ini Pemimpin Negara dengan Gaji Terbesar di Dunia

Kota dengan polusi udara terburuk di China

Perusahaan konstruksi China Pasific Construction Group berada di belakang inisiatif itu.

Namun, pembangunan kota baru ini menuali banyak kritikan. Pasalnya, Lanzhou yang menjadi rumah bagi 3,6 juta orang di sepanjang Yellow River telah memiliki masalah lingkungan yang besar.

Pada 2011, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menempatkannya sebagai kota dengan polusi udara terburuk di China.

Sementara mantan pejabat tinggi di Komisi Pembangunan dan Reformasi China, Liu Fuyuan saat itu menyoroti lokasi pembangunan yang kurang tepat.

Baca juga: Melihat Isi Balon Mata-mata China yang Terbang di Atas AS

Sebab, Lanzhou kerap masuk daftar sebagai salah satu kota yang mengalami krisis air di China.

"Yang paling penting adalah mengumpulkan orang-orang di tempat-tempat yang ada airnya," kata dia.

Area baru ini diyakini akan mengarah pada ekonomi berkelanjutan yang ramah lingkungan berdasarkan industri hemat energi, termasuk manufaktur peralatan canggih, industri petrokimia, dan pertanian modern.

Baca juga: Viral, Video Sebut Tentara China Masuk Indonesia, Ini Penjelasan Lion Air dan Polisi

Menjadi klaster industri

Satu dekade berselang, kawasan baru Lanzhou benar-benar berubah menjadi kota dan dipenuhi oleh gedung pencakar langit.

Meski sebelumnya dikenal tandus, kawasan ini telah menyelesaikan penghijauan seluas 13.333 hektar dan pemulihan lingkungan seluas 8.000 hektar lahan.

Dikutip dari Gogansu, The Lanzhou New Area telah memiliki 800 kilometer dari 179 jalan raya, rel kereta api, rel kereta cepat yang terbuka untuk lima lalu lintas.

Tak heran, transportasi di kawasan itu pun disebut begitu nyaman.

Baca juga: Sejarah Alexandria, Kota Peradaban dan Ilmu Pengetahuan di Mesir

Kawasan ini juga menjadi rumah bagi lima saluran pengiriman dan perdagangan internasional untuk menghubungkan lebih dari 60 negara dan wilayah.

Sesuai rencana, PDB daerah itu pun berkembang pesat, dari 500 juta yen di awal pendirian menjadi 30 miliar yuan pada 2021.

Dalam beberapa tahun terakhir, tingkat pertumbuhan PDB-nya menempati peringkat pertama di antara 19 daerah baru tingkat nasional.

Sebanyak 1.080 proyek industri juga telah diperkenalkan di area tersebut dengan investasi sebesar 75,4 miliar dollar AS, serta membentuk klaster industri material dan kimia baru.

Baca juga: Mengenal Aborigin Australia, Peradaban Tertua di Dunia Berusia 75.000 Tahun

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi