Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Banyak Sekolah di Jepang Tutup akibat Resesi Seks...

Baca di App
Lihat Foto
Unsplash/ Redd F
Ilustrasi Jepang
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Resesi seks akibat keengganan warga memiliki anak, berdampak serius bagi Jepang.

Reuters melaporkan, banyak sekolah di Jepang terpaksa tutup akibat resesi seks ini, salah satunya adalah sekolah menengah Yumoto di Ten-ei, bagian pegunungan utara Jepang.

Belum lama ini, Sekolah Yumoto meluluskan dua siswa terakhirnya sebelum mereka tutup untuk selamanya.

"Kami mendengar desas-desus tentang penutupan sekolah di tahun kedua kami, tetapi saya tidak membayangkan itu akan benar-benar terjadi. Saya terkejut," kata seorang siswa bernama Eita Sato (15).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Jepang dan Korsel Alami Resesi Seks, Apa Penyebabnya?

Ten-ei, sebuah desa berpenduduk kurang dari 5.000 dengan hanya sekitar 10 persen di bawah usia 18 tahun.

Area Yumoto memiliki penginapan mata air panas di pegunungan dan dipenuhi dengan toko persewaan alat ski dan tempat perkemahan.

Pada 1950, desa itu memiliki lebih dari 10.000 penduduk, didukung oleh pertanian dan manufaktur.

Baca juga: Apa Itu Resesi Seks yang Berpotensi Dialami Indonesia, Penyebab, dan Dampaknya?


Gambaran sekolah di pedesaan

Depopulasi bertambah cepat setelah bencana 11 Maret 2011 di pembangkit nuklir Fukushima Dai-ichi yang berjarak kurang dari 100 kilometer.

Ten-ei menderita beberapa kontaminasi radioaktif yang telah dibersihkan.

Bangunan sekolah Yumoto terdiri dari dua lantai yang terletak di pusat distrik, memiliki sekitar 50 lulusan per tahun selama masa kejayaannya pada era 1960-an.

Foto-foto setiap kelulusan tergantung di dekat pintu masuk, dari hitam putih menjadi berwarna, dengan jumlah siswa yang terlihat dan tiba-tiba menurun dari sekitar tahun 2000.

Tidak ada gambar dari tahun lalu.

Baca juga: Indonesia Berpotensi Alami Resesi Seks, Ini Dampaknya Menurut Sosiolog

Eita dan Aoi, bersama-sama sejak kelas tiga bersama tiga siswa lainnya sampai sekolah dasar, tetapi hanya dua yang melanjutkan di Yumoto.

Para ahli memperingatkan, penutupan sekolah di pedesaan akan memperlebar kesenjangan nasional dan membuat daerah terpencil berada di bawah tekanan yang lebih besar.

"Penutupan sekolah berarti kotamadya pada akhirnya akan menjadi tidak berkelanjutan," kata Sosiolog Sagami Women’s University, Touko Shirakawa.

Baca juga: Kepala BKKBN Bantah Indonesia Alami Resesi Seks, Apa Alasannya?

Peningkatan penutupan sekolah

Karena tingkat kelahiran di Jepang anjlok lebih cepat dari yang diperkirakan, penutupan sekolah meningkat terutama di daerah pedesaan, seperti Ten-ei.

Menurut data pemerintah, sekitar 450 sekolah tutup setiap tahun. Antara 2002-2020, hampir 9.000 sekolah terpaksa tutup, sehingga sulit bagi daerah terpencil untuk memikat penduduk lebih muda, dikutip dari Aljazeera.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida berjanji akan mengambil langkah serius untuk meningkatkan angka kelahiran.

Termasuk di antaranya adalah menggandakan anggaran terkait anak dan menjaga lingkungan pendidikan.

Namun, kebijakan itu kurang memberi dampak signifikan.

Baca juga: Kisah Ayu Yoneda, Dokter Bedah yang Bakal Jadi Astronot Perempuan Termuda di Jepang, Tidak Takut Diskriminasi

Pada 2022, kelahiran di Jepang anjlok di bawah 800.000, rekor terendah baru dan memberikan pukulan telak bagi sekoloh umum yang lebih kecil.

Ini sekaligus memberikan dampak lebih lanjut terhadap daerah yang berjuang dengan depopulasi.

Bukan hanya Jepang, anjloknya angka kelahiran ini juga merupakan masalah regional Asia.

Mahalnya biaya membesarkan anak juga mengurangi angka kelahiran di Korea Selatan dan China. Namun, situasi di Jepang jaluh lebih kritis.

Baca juga: Saat China Pernah Ratakan 700 Gunung untuk Bangun Kota Metropolitan, seperti Apa Sekarang?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi