Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Semana Santa, Tradisi Paskah di Larantuka yang Lestari dari Abad ke Abad

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS IMAGES/FIKRIA HIDAYAT
Ilustrasi. Warga mengiringi patung Tuan Ma (Bunda Maria) yang diusung dari kapela menuju Gereja Katedral pada perayaan Pekan Suci atau Semana Santa bagi umat Katholik, di Larantuka, Flores Timur, NTT
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Masyarakat Larantuka di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, memiliki sebuah tradisi Paskah bernama Semana Santa.

Semana Santa merupakan perayaan keagamaan terbesar masyarakat Flores yang terdiri dari serangkaian tradisi selama sepekan, mulai dari Misa Minggu Palma hingga Misa Paskah.

Tradisi sejak berabad-abad lalu ini kembali diselenggarakan pada 2023 setelah tiga tahun sempat vakum lantaran pandemi.

"Iya yang pertama setelah pandemi," ujar Pj Bupati Flores Timur Doris Alexander Rihi, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (7/4/2023).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, bagaimana rangkaian dan sejarah Semana Santa?

Baca juga: Makna dan Sejarah Peringatan Jumat Agung


Semana Santa, tradisi luhur yang masih dipelihara

Plt Kepala Dinas Pariwisata Flores Timur Rin Riberu mengungkapkan, Semana Santa adalah tradisi warisan leluhur yang masih dipelihara dengan baik hingga hari ini.

"Kegiatannya lebih pada devosi dan liturgi," kata dia kepada Kompas.com, Jumat.

Devosi adalah kegiatan di luar liturgi gereja, praktik-praktik rohani yang merupakan ekspresi konkret keinginan melayani dan menyembah Tuhan melalui obyek-obyek tertentu.

Sementara liturgi, secara harfiah berarti kerja bersama, merupakan bentuk peribadatan kepada Tuhan.

Rin menjelaskan, khusus devosi, kegiatan dibuka dengan Rabu Abu. Mulai saat itu, umat akan melaksanakan puasa selama 40 hari.

Bukan hanya itu, umat Kristiani juga melaksanakan devosi di Kapela Tuan Ma, Larantuka, dengan mengaji Semana oleh masing-masing suku.

"Mengaji Semana ini diakhiri pada hari Rabu (5/4/2023) kemarin yang namanya Rabu Terewa oleh suku Fernandez Aikoli (Kapitan Jentera)," jelas Rin.

Adapun sebelumnya pada Selasa (4/4/2023) pagi, dilakukan tradisi Tikam Turo atau pemancangan pagar di Kapela dan sepanjang jalur prosesi.

Rin mengatakan, umat selanjutnya merayakan Ekaristi atau perayaan misa dalam gereja Katolik.

Kemudian, perayaan dilanjutkan dengan Adorasi Sakramen Maha Kudus atau tindakan penyembahan kepada Tuhan yang hadir dalam rupa Hosti yang telah dikonsekrasikan.

"Pada Kamis (6/4/2023) pagi, (dilakukan) devosi Muda Tuan di mana persiapan Arca Bunda dikeluarkan dan ditahtakan di Kapela," terangnya.

Dia mengimbuhkan, tradisi Semana Santa dilanjutkan pada hari ini, Jumat (7/4/2023), berupa Cium Tuan, yaitu salib Tuan Ana (Tuhan Yesus) dan Tuan Ma (Bunda Maria) oleh para peziarah.

Prosesi kemudian berlanjut dengan mengantarkan Tuan Menino (bayi Yesus) melalui laut ke persinggahannya.

"Dan prosesi Tuan Ma dan Tuan Ana menuju gereja yang dilanjutkan dengan perayaan peringatan wafat Tuhan," kata dia.

Adapun pada sore hari, diadakan lamentasi atau perenungan terhadap penderitaan, kematian, dan penguburan Yesus, dan dilanjutkan dengan prosesi keliling yang dinamakan prosesi Jumat Agung.

"Puncaknya kita merayakan Paskah Tuhan (pada Minggu) di mana Tuhan sudah bangkit alleluya," ungkap Rin.

Baca juga: Link Twibbon Paskah 2022 dan Waktu yang Tepat Ucapkan Selamat Paskah

Sejarah Semana Santa di Larantuka

Dikutip dari Kompas.com (6/4/2023), sejarah tradisi Semana Santa bermula sekitar 500 tahun lalu ketika seorang pemuda dari Suku Resiona sedang bermain di pinggir laut.

Keturunan Raja Larantuka, Don Andre Martinus Diaz Viera de Godinho, menyebut bahwa pemuda Resiona itu melihat sesosok dewi yang berjalan di atas air.

Pemuda Resiona tersebut kemudian bertanya kepada sosok dewi itu, tetapi malah dijawab dengan bahasa yang asing.

Sang pemuda lalu melaporkan hal yang dialaminya kepada para tetua suku. Namun, saat mereka kembali ke tempat tersebut, hanya ada sebuah patung perempuan berparas syahdu.

Patung perempuan tersebut lalu mereka bawa ke korke (rumah adat). Seiring waktu, masyarakat Larantuka termasuk rajanya mulai menyembah figur perempuan tersebut lantaran dianggap selalu mendatangkan keberuntungan.

Bersama dengan datangnya bangsa Portugis di Flores, datang pula misionaris yang menyebarkan agama Katolik.

Raja Larantuka lalu mengajak misionaris tersebut melihat figur suci yang kini telah dikenal sebagai Tuan Ma.

Setelah menyadari bahwa tulisan di dekat figur tersebut berbunyi "Santa Maria Reinha Rosari", sang misionaris langsung berlutut saat menyadari bahwa figur itu ternyata adalah Bunda Maria.

Singkat cerita, pada 1650, Raja Larantuka Ola Adobala kemudian dibaptis dan menyerahkan kekuasaannya kepada Tuan Ma.

Pada 1665, putra dari Ola Adobala, Don Gaspar I pun mulai mengarak patung Tuan Ma keliling Larantuka, yang melahirkan tradisi Semana Santa yang masih tetap bertahan hingga saat ini.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi