Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Mengilmukan Jiwa

Baca di App
Lihat Foto
DOK. PRIBADI
Jaya Suprana
Editor: Sandro Gatra

KALIMAT “bangunlah jiwanya, bangunlah raganya” merupakan bagian penting pada lirik lagu Indonesia Raya di mana Wage Rudolf Supratman sengaja menggunakan kata kerja “bangunlah”, bukan “ilmulah”.

Adalah Universitas Gadjah Mada yang secara kelirumologis pertama kali sadar bahwa menggunakan istilah Ilmu Jiwa sebagai alih bahasa Indonesia terhadap istilah psikologi sebenarnya kurang tepat alias keliru.

Mungkin terjemahan kata Latin psi dalam bahasa Indonesia memang jiwa serta logos memang ilmu. Namun pada hakikatnya jiwa kurang tepat maka kurang layak dilogoskan alias diilmukan. Tidak semua di antara bumi dan langit perlu apalagi harus diilmukan.

Para cendekiawan UGM menawarkan terjemahan ilmu perilaku bagi psikologi yang menurut saya cukup bijak mengingat John Broadus Watson juga enggan menggunakan terminologi psikologi, namun menggantikannya dengan behaviourisme alias isme yang mempelajari perilaku.

Sementara Burrhus Frederic Skinner memang resminya guru besar psikologi di Universitas Harvard, namun lebih bangga menyebut diri sebagai behaviouris spesialis analisa perilaku, operant conditioning, behaviourisme radikal serta verbal behaviour.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Secara subyektif saya merasakan adanya keterkaitan antara eksperimen conditioning Pavlov dengan operant conditioning Skinner yang tentu saja harus ikhlas dikritik oleh para psikolog tradisional mainstream.

Keyakinan bahwa jiwa atau sukma atau roh bisa diilmiahkan juga didukung sepenuhnya oleh pemikir kesadaran, Daniel Dennett di dalam buku “Consiousness Explained” dipermantap “Bacteria to Bach and back” seiring sejalan dengan keyakinan Richard Dawkins, Geoffrey Miller dan Douglas Hofstadter.

Namun landasan keimanan saintifik Dennett sempat digoyang di samping oleh mahalinguis Noah Chomsky juga oleh mereka yang yakin bahwa satwa bahkan tanaman juga berhak untuk punya apa yang disebut sebagai jiwa atau sukma atau roh.

Suasana dibuat semakin rumit oleh pemikir etologis progresif seperti Peter Godfrey Smith yang menulis buku “The Other Minds” mengungkap hasil riset oktopus juga punya jiwa atau sukma atau roh meski beda konsep dari jiwa atau sukma atau roh yang sementara ini sudah diyakini oleh manusia.

Sebagai umat carnivora alias pemakan daging land-food, air-food maupun sea-food saya pribadi masih terombang-ambing oleh kebimbangan personal mengenai apakah ikan dan udang menggelepar-gelepar tatkala ditangkap oleh manusia sebagai sekadar refleks naluriah tanpa rasa sakit atau reaksi perasaan nuraniah akibat merasakan rasa sakit akibat satwa juga punya jiwa atau sukma atau roh.

Kebimbangan saya makin bimbang setelah melihat ayam yang kepalanya (maaf) sudah tidak ada ternyata tubuhnya masih bisa berjalan ke sana ke mari sebelum “mati”.

Selama saya belum bisa bertanya langsung kepada para ikan dan udang maupun ayam dalam bahasa yang kita bersama mengerti, maka saya hanya bisa mengambangkan diri untuk bertumpu pada apa kata para ilmuwan perilaku satwa khusus laut yang saling beda tafsir intelektual atau spiritual apalagi emosional satu dengan lain-lainnya.

Selama belum ada jawaban yang dijamin pasti memuaskan segenap pihak termasuk para ikan dan udang maupun ayam, maka mohon dimaafkan oleh para veg bahwa saya merasa masih punya alasan cukup kuat untuk lanjut makan udang dan ikan maupun ayam sebab terus terang saya bukan penganut aliran makan untuk hidup namun hidup untuk makan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi