Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Area Lidah Terbagi Sesuai Rasa? Ini Faktanya

Baca di App
Lihat Foto
Unsplash
Ilustrasi lidah
|
Editor: Farid Firdaus

KOMPAS.com – Lidah merupakan salah satu panca indera yang dimiliki manusia.

Lidah berfungsi sebagai indera pencegap untuk merasakan apa yang masuk ke tubuh melalui mulut.

Lidah dapat merasakan pahit, asam, manis, asin, dan satu rasa tambahan yakni umami (rasa gurih).

Dalam pelajaran saat sekolah dasar (SD), diajarkan bahwa terdapat area tersendiri di lidah dari masing-masing rasa yang ada di peta lidah.

Contohnya manis di bagian depan, asin dan sama di samping, dan pahit di belakang.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, apakah benar area lidah terbagi sesuai yang dirasakan?

Baca juga: Gejala Kolesterol Tinggi Bisa Dilihat dari Warna Lidah, Ini Tandanya

Penjelasan 

Dikutip dari BBC, anggapan bahwa area lidah terbagi sesuai yang dirasakan adalah salah.

Kesalahan anggapan itu sudah ada sejak lama dan masih bertahan hingga saat ini.

Padahal, anggapan itu sudah dibantah oleh ilmuwan chemosensory (ilmuwan yang mempelajari bagaimana organ, seperti lidah merespon rangsangan kimiawi) sejak lama.

Sudah banyak penelitian yang menemukan bahwa lidah tidak mempunyai area tertentu untuk merasakan salah satu rasa.

Reseptor yang menangkap suatu rasa tersebar di mana-mana, tidak hanya terkumpul di satu area.

Namun, area tertentu sekadar hanya mempunyai kepekaan yang berbeda dengan area lainnya.

Baca juga: Lidah Juga Bisa Bertambah Gendut, Berbahayakah?

Sejarah peta area pengecap rasa

Peta lidah yang kurang tepat seperti disebutkan di atas bermula dari makalah pada 1901, Zur Psychophysik des Geschmackssinnes yang dibuat oleh ilmuwan Jerman David P Hänig.

Hänig mulai mengukur batasan persepsi rasa di sekitar tepi lidah apa yang dia sebut dengan “sabuk rasa”.

Ia meneteskan rasangan yang sesuai dengan rasa asin, manis, asam, dan pahit dalam interval di sekitar tepi lidah.

Memang benar bahwa ujung dan tepi lidah sangat peka terhadap rasa, karena daerah ini mengandung banyak organ pengecap.

Bagian lidah yang berbeda memang memiliki ambang yang lebih rendah untuk merasakan rasa tertentu, tetapi perbedaan ini agak kecil.

Baca juga: 8 Fakta Unik Seputar Lidah Manusia, Apa Saja?

Masalah muncul bukan pada temuan Hänig, namun caranya dia menyajikan temuannya itu.

Dia menyertakan grafik garis pengukurannya yang memplot perubahan relatif dalam kepekaan untuk setiap rasa dari satu titik ke titik lainnya, bukan terhadap rasa lainnya.

Singkatnya, kesalahan ini muncul karena salah penafsiran dari yang seharusnya perubahan kepekaan setiap rasa dari titik satu ke lainnya menjadi perubahan suatu rasa dari titik satu ke lainnya.

Oleh karean itu, tampak seolah-olah bagian lidah yang berbeda bertanggung jawab atas rasa yang berbeda pula.

Baca juga: Kenapa Lidah Gatal Saat Makan Nanas? Ini Penyebab dan Solusinya

Lebih lanjut, dilansir dari LiveScience, seorang profesor psikologi Harvard, Edwin G Boring pada tahun 1942 menata ulang temuan Hänig dalam bukunya yang berjudul Sensation and Perception in the History of Experimental Psychology.

Ia mengambil data mentah dari Hänig dan menghitung bilangan riil untuk tingkat kepekaan.

Angka-angka dalam data itu hanya menunjukkan sensivitas relatif. Namun diplot pada grafik yang justru dianggap oleh ilmuwan lain sebagai area dengan sensitivitas rendah adalah area tanpa sensitivitas.

Kemudian area dengan sensitivitas tinggi adalah yang sekarang dikenal dengan peta lidah.

Pada 1974, seorang peneliti Bernama Virginia Collings melakukan penelitian untuk membuktikan kebenaran dari Hänig yang disempurnakan Boring.

Ia menemukan bahwa semua rasa dapat dideteksi di area mana saja yang terdapat reseptor rasa, seperti di sekitar lidah, di langit-langit mulut, bahkan epiglotis.

Itu membuktikan bahwa anggapan Hänig dan Boring merupakan sebuah kesalahan.

Baca juga: Jenis Penyakit Dilihat dari Kondisi Permukaan Lidah

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi