Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Peradaban Karangan Bunga

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/TEUKU UMAR
Sejumlah papan bunga ucapan selamat kepada Pemerintah Provinsi Aceh, sebagai bentuk sindiran atas kegagalan Pemerintah Aceh dalam menurunkan angka kemiskinan, tampak berjejer di depan kantor Gubernur Aceh di sepanjang Jalan Teuku Nyak Arief, Rabu (17/2/2021). Aceh tercatat sebagai provinsi dengan angka kemiskinan tertinggi di Sumatera dalam beberapa tahun terakhir.
Editor: Egidius Patnistik

SEMULA karangan bunga sekadar sarana mendukung penyampaian ucapan selamat kepada yang menikah. Namun kemudian praktik itu merembet ke yang merayakan hari kelahiran, lalu merambah ke ucapan belasungkawa kepada sanak-keluarga yang berpulang ke alam baka.

Dalam perkembangan kemudian, karangan bunga merangsek masuk ke ranah politik terutama menjelang dan setelah masa kampanye pemilu. Bahkan akhir-akhir ini, karangan bunga menyelinap masuk ke ranah hukum untuk memengaruhi polisi melakukan penangkapan, jaksa melakukan penuntutan, dan hakim menjatuhkan vonis.

Contoh termutakhir adalah karangan-karangan bunga yang dikirim ke kantor polisi demi memengaruhi aparat keamanan agar segera menangkap A yang dianggap terlibat, bahkan biang keladi pada kasus B, dan kawan-kawan menganiaya C. Karangan bunga menjadi alat bagi masyarakat untuk main hakim sendiri.

Baca juga: Kantor PSSI Dibanjiri Karangan Bunga, Erick Thohir Anggap Bentuk Apresiasi

Semua itu merupakan fakta tak terbantahkan bahwa di masa kini karangan bunga sudah menjadi bagian hakiki yang melekat pada bukan hanya pada kebudayaan tetapi sudah pada peradaban bangsa, negara, dan rakyat Indonesia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahkan, di samping menjadi bentuk peradaban, ternyata karangan bunga juga sudah menjadi komoditas industri. Sebagai bentuk peradaban, dengan sendirinya kirim-mengirim karangan bunga tidak bisa lepas dari pro dan kontra.

Pihak yang kontra menilai peradaban karangan bunga merupakan manifestasi gaya hidup konsumtif sebagai bagian dari aliran hedonisme melakukan pemborosan dana yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan. Sebab, pada halikatnya pengiriman karangan bunga bukan berdasarkan kebutuhan apalagi kebutuhan primer yang secara kodrati yang harus dipenuhi.

Karangan bunga juga menjadi indikasi kesenjangan sosial sebab tidak semua orang mampu membayar jasa pembuatan serta pengiriman karangan bunga. Karangan bunga menjadi lambang status sosial.

Pihak yang pro meyakini peradaban karangan bunga merupakan bagian melekat pada yang disebut sebagai ekonomi kreatif. Meski sebenarnya, sukma segenap perilaku ekonomi pada hakikatnya bersifat kreatif .

Namun yang harus diakui bahwa tradisi kirim-mengirim karangan bunga membuka lapangan kerja untuk mencari nafkah bagi para perajin karangan bunga maupun para pelaku jasa pengiriman karangan bunga. Hal itu  juga secara langsung melibatkan para pekebun bunga sampai ke pabrik pupuk kebun bunga, maupun produsen pestisida kebun bunga.

Peradaban karangan bunga di masa kini sudah menjadi industri yang potensial menggerakkan dana masyarakat dalam kualitas maupun kuantitas yang besar. Bagi yang tidak percaya betapa besar potensi industrial peradaban karangan bunga silakan membayangkan bencana gempa ekonomi yang akan terjadi bila mendadak pemerintah mengeluarkan larangan terhadap tradisi kirim-mengirim karangan bunga.

Selain itu, fakta membuktikan bahwa peradaban karangan bunga sudah sedemikian rupa mendarah-daging ke kehidupan masyarakat, sehingga ada yang menganggap jumlah karangan bunga sebagai status sosial untuk mengukur gengsi sang penerima karangan bunga.

Baca juga: GBK Arena Dibanjiri Karangan Bunga Usai Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U20

Makin mahal harga karangan bunga, makin tinggi pamor yang mengirim maupun yang menerima. Bahkan ada yang sedemikian fanatik terhadap pamor terkait jumlah karangan bunga, sampai tidak segan mengirim karangan bunga kepada dirinya sendiri.

Pada hakikatnya, peradaban karangan bunga memiliki potensi daya luar biasa dalam menggerakkan mekanisme ekonomi secara makro maupun mikro. Praktik itu secara ekonomi sangat berpengaruh terhadap masyarakat adil dan makmur yang hidup sejahtera di negeri gemah ripah loh jinawi, tata tenteram kerta raharja.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi