Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terjadi 1.054 Kali Selama Maret 2023, Kenapa Indonesia Sering Dilanda Gempa?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/ANDREY VP
Ilustrasi gempa bumi
|
Editor: Farid Firdaus

KOMPAS.com – Wilayah Indonesia kerap dilanda gempa bumi dalam beberapa waktu terakhir.

Baru-baru ini, gempa bermagnitude 6,6 dengan episenter berada di Laut Jawa, tepatnya di utara Tuban, Jawa Timur terjadi pada Jumat (14/4/2023).

Sebelumnya, gempa pada Sabtu (10/4/2023) mengguncang wilayah Bukittinggi, Sumatera Barat dengan magnitudo 4,5.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengungkapkan, selama Maret 2023 Indonesia dilanda gempa lebih dari seribu kali.

"Indonesia dilanda gempa sebanyak 1.054 kali pada bulan Maret 2023," ungkap Daryono kepada Kompas.com, Sabtu (15/4/2023).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sedangkan sepanjang 2022, Indonesia dilanda gempa sebanyak 10.792 kali menurut data BMKG.

Lalu, kenapa wilayah Indonesia sering dilanda gempa?

Baca juga: Gempa M 6,6 Guncang Tuban, Jatim Sore Ini, Tidak Berpotensi Tsunami

Penjelasan BMKG

Daryono menjelaskan, penyebab Indonesia sering dilanda gempa karena pertemuan antara lempeng tektonik.

“(Sering gempa) karena pertemuan empat lempeng tektonik aktif dunia, yakni Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Laut Filipina,” ujarnya.

Lempeng-lempeng tersebut bergerak yang kemudian menimbulkan tabrakan antar lempeng.

Daryono mengatakan, setidaknya terdapat 13 segmen (bagian-bagian jalur) sumber gempa megathrust atau gempa yang sangat besar di pertemuan antar lempeng.

“Juga mempunyai 295 lempeng sesar aktif, dan masih banyak jalur sesar aktif yang belum terpetakan,” ujarnya.

Baca juga: Penyebab Gempa M 6,6 yang Guncang Tuban

Jenis gempa menurut kedalaman

Daryono menjelaskan, terdapat tiga jenis gempa tektonik menurut kedalaman titik terjadinya gempa, yakni:

Jenis gempa dalam satu rangkaian

Ahli kegempaan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Irwan Meilano menjelaskan, terdapat tiga jenis gempa tektonik dilihat dari satu rangkaian gempa yang terjadi sebagai berikut:

“Namun untuk menilai tiga jenis gempa itu, dilihat terlebih dahulu 1 rangkaian gempa secara keseluruhan, mana yang awalan, utama, dan susulan,” ucap Irwan kepada Kompas.com, Sabtu (15/4/2023).

Menurutnya, gempa awalan dan susulan umumya bermagnitudo lebih kecil daripada gempa utama.

Baca juga: Analisis BMKG Gempa Padang Sidempuan M 6,2, Penyebab dan Daerah yang Merasakan

Penyebab lempeng tektonik bergerak

Irwan mengatakan ada berbagai penyebab dari lempeng tektonik bergerak.

“Lempeng bergerak itu membuktikan bahwa bumi masih aktif hingga sekarang,” jelasnya.

Penyebab pertama dari lempeng yang bergerak dikarenakan adanya perbedaan suhu atau thermal gradient antara lapisan atas dan bawah lempeng.

“Kemudian menyebabkan arus konveksi,” ungkapnya.

Kemudian, penyebab lain dari pergerakan lempeng karena adanya tarikan lempeng yang sudah masuk ke dalam bumi.

“Itu beberapa pendapat dari penelitian-penelitian yang ada,” tandas Irwan.

Baca juga: Cerita Pengunggah Foto Awan Menjulur di Langit Prambanan: Trauma Dulu Sebelum Gempa Jogja 2006

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi