Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korsel Tawarkan Rp 7,4 Juta Per Bulan untuk Pemuda yang Tak Mau Keluar Rumah

Baca di App
Lihat Foto
DOK. PIXABAY
Ilustrasi pemuda Korea Selatan
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Korea Selatan (Korsel) menawarkan tunjangan sebesar 500 dollar AS atau sekitar Rp 7,4 juta (kurs Rp 14.782) bagi pemuda yang menyendiri di dalam rumah.

Diberitakan Insider (14/4/2023), tawaran ini bertujuan mendorong pemuda-pemudi yang terisolasi agar mau meninggalkan rumah dan kembali bersosialisasi dengan masyarakat.

Mereka, menurut Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga, akan didorong untuk kembali ke sekolah, mencari pekerjaan, dan memulihkan kehidupan sehari-harinya.

Tunjangan setiap bulan, tak perlu bukti keluar rumah

Pemuda penyendiri di rentang usia 9-24 tahun yang memenuhi syarat pun akan menerima tunjangan sekitar 600.000 won tersebut setiap bulan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rencananya, uang ratusan won ini akan digunakan untuk berbagai kebutuhan, termasuk makanan, pakaian, kebutuhan rumah, serta biaya hidup lain.

Mereka yang memenuhi kualifikasi berhak mendapatkan tunjangan dalam bentuk barang maupun uang tunai yang akan dikirim ke rekening bank masing-masing.

Adapun jika masih berusia di bawah 18 tahun, uang akan dikirimkan ke rekening orangtua atau kakek nenek, dengan persetujuan dari yang bersangkutan.

Setelah menerima uang tunjangan, para pemuda ini diharapkan untuk segera keluar rumah dan bersosialisasi.

Namun, mereka yang menerima tunjangan tidak perlu repot membuktikan telah benar-benar pergi keluar rumah untuk mendapatkan tunjangan bulan berikutnya.

Baca juga: Kucing Menjadi Pelaku Tunggal Kebakaran Rumah di Korsel, Bagaimana Bisa?


Sebagian besar berasal dari keluarga miskin

Merujuk data Institut Kesehatan dan Sosial Korea pada 2022, sekitar 338.000 orang berusia antara 19-39 tahun di negara ini telah bertransformasi menjadi penyendiri.

Remaja dan dewasa muda ini cenderung mengurung diri di rumah dalam waktu yang lama, menghindari sekolah dan bekerja selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

Kondisi ini mirip dengan hikikomori atau fenomena mengisolasi diri di Jepang, yang diperkirakan mencapai satu juta orang.

Menurut laporan Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga, sebagian besar pemuda yang mengisolasi diri berasal dari keluarga miskin.

Mereka mulai mengasingkan diri karena trauma pribadi, intimidasi di sekolah, stres akademik, konflik keluarga, maupun kurangnya perhatian dari wali atau orangtua.

Laporan tersebut, seperti dikutip CNN (14/4/2023), merinci beberapa kasus, termasuk seorang siswa yang menderita masalah kesehatan mental dan kesulitan bersosialisasi sejak remaja.

Semula, dia berjuang untuk masuk perguruan tinggi dan akhirnya memilih untuk tidak hadir. Siswa ini pun menarik diri lebih jauh dan menghindari bersosialisasi.

Kasus lain, seorang siswa menghadapi kekerasan dalam rumah tangga dan mengalami kelaparan di rumahnya sendiri.

Kondisi ini membuatnya sulit untuk meninggalkan rumah atau menjalin hubungan dengan orang-orang di luar.

Baca juga: Mereka yang Selamat dari Titanic, dari Anjing Pomeranian hingga Wanita yang Selalu Lolos dari Maut

Salah satu upaya Korea Selatan

Laporan Kementerian juga merinci rencana masa depan sebagai tindak lebih lanjut dari permasalahan remaja yang gemar mengisolasi diri.

Rencana tersebut, termasuk mendistribusikan pedoman kepada pemerintah daerah, meningkatkan jaringan pengamanan sosial remaja dan sistem deteksi dini, serta bekerja sama dengan fasilitas kesejahteraan remaja seperti tempat penampungan atau pusat rehabilitasi.

Beberapa pemerintah daerah pun tercatat sudah memiliki sistem serupa. Misalnya ibu kota negara, Seoul, memiliki "Proyek Dukungan Pemuda Tertutup" yang menyediakan konseling kesehatan mental.

Proyek tersebut juga menyediakan pengembangan hobi dan pelatihan kerja, serta pembinaan kehidupan bagi para pemudia yang mengisolasi diri.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi