Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Ayam Goreng Suharti dan Logonya yang Legendaris

Baca di App
Lihat Foto
Facebook ayam goreng suharti
Warung Ayam Goreng Suharti Jalan Laksda Adisutjipto, Yogyakarta
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Ayam Goreng Suharti adalah salah satu restoran ayam goreng yang cukup terkenal di Indonesia.

Berawal dari Yogyakarta, kini Ayam Goreng Suharti telah memiliki sejumlah cabang di berbagai kota di Indonesia.

Terkenal dengan kremesnya, dan juga rasanya yang khas dan enak, ternyata kisah sukses Ayam Goreng Suharti memiliki lika-liku perjuangan yang cukup panjang.

Lantas, bagaimana sejarah Warung Ayam Goreng Suharti?

Sejarah Ayam Goreng Suharti

Pembahasan mengenai Ayam Goreng Suharti sempat menjadi trending dan viral di Twitter sejak Selasa (18/4/2023). 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hal itu bermula dari unggahan akun Twitter @WarungKopiKita yang menjelaskan mengenai kisah Ayam Goreng Suharti yang kemudian pecah kongsi antara Suharti dan suaminya. 

Setelah perpecahan itu kini ada dua merek yang hampir mirip, yakni Ayam Goreng Suharti yang dikelola Suharti dan Ayam Goreng Ny Suharti yang dikelola suami Suharti, Bambang Sachlan Pratohardjo. 

Padahal, keduanya sempat bersama-sama merintis bisnis restoran ayam goreng tersebut dari nol sejak 1970-an. 

Dikutip dari Harian Kompas (18/6/1977) bisnis Ayam Goreng Suharti tak bisa dilepaskan dari nama Ayam Goreng Mbok Berek, nenek Suharti. 

Meskipun Suharti merupakan cucu dari pengusaha ayam goreng yang dikenal dengan Mbok Berek namun ia tidak mengandalkan kekayaan neneknya.

Setelah mempelajari cara membuat bumbu ayam goreng khas neneknya di rumah makan milik sang nenek selama beberapa waktu, Suharti kemudian mulai menjajakkan ayam gorengnya sendiri.

Itu dilakukan Suharti di tahun 1956 saat usianya 26 tahun dengan dibantu sang ayah. 

Ia menjual ayam goreng dagangannya dengan berkeliling menggunakan sepeda tua, sembari memboncengkan bakul besar yang berisi dagangannya.

Suharti dengan sepedanya, berkeliling menawarkan ayam goreng dari Yogyakarta hingga ke Surakarta.

Merintis bisnis ayam goreng bersama sejak 1961

Kemudian Suharti menikah di tahun 1961 dengan Sachlan Prato Hardjono yang merupakan seorang pegawai Kepatihan Yogyakarta.

Usai menikah, dengan dibantu sang suami, usaha Suharti pun semakin berkembang. Ia selanjutnya menjual ayam goreng menggunakan scooter sang suami.

Selain berjualan keliling, Suharti juga mulai berjualan di Pasar Gandekan, Yogyakarta.

Usaha tersebut kemudian berhasil dengan baik hingga keduanya bisa menabung Rp 1.000 sehari dari setiap keuntungan penjualan 100 ayam goreng.

Tahun 1968, setelah uang terkumpul mereka kemudian membeli tanah seluas 900 meter persegi di daerah Maguwoharjo, Yogyakarta dan mendirikan warung di lokasi tersebut. 

Sembari proses warung mereka terealisasi, saat itu mereka tetap menjalankan usahanya jualan keliling sekaligus memanfaatkan upaya tersebut untuk melakukan promosi warung baru mereka.

Dua tahun kemudian pada tahun 1970 warung pun berdiri, dan cepat diketahui masyarakat karena promosi yang berhasil.

Saat mendirikan warung, sebagaimana dikutip dari Harian Kompas (9/5/1994) Suharti enggan menggunakan nama neneknya yang juga digunakan oleh kakak perempuannya.

"Saya tidak mau memakai nama Mbok Berek, karena langganan saya sudah banyak dan kenal nama saya. Saya beri nama Rumah Makan Ayam Goreng Suharti," kata Suharti.

Berpisah dengan suami

Sayangnya, kehidupan Suharti tidaklah mulus. Meskipun wanita kelahiran tahun 1943 tersebut saat itu memiliki bisnis yang berkembang dan harta bendanya boleh dikata cukup, serta ketujuh anaknya telah mapan, namun ia harus mengalami kenyataan pahit.

Suharti harus berpisah dengan suaminya, Sachlan yang kini mengurus rumah makan yang sama di Jakarta.

Sebelumnya, Sachlan adalah suami kedua Suharti yang bersamanya ia memiliki 4 orang anak.

"Hidup melimpah rasanya tak ada artinya. Tetapi sekarang sudah saya pupus, jika memang perlu tanpa suami pun saya bisa hidup. Di manapun, tanpa apupun aku bisa hidup, pengertian itu yang akhirnya kembali saya pegang," ujar Suharti saat itu.

Suharti menjelaskan alasannya berpisah dengan suaminya dengan ungkapan Jawa yakni gawatnya lelakon memang kalau sudah kena nafsu laken (ini godaan untuk laki-laki) atau lelaken (godaan bagi perempuan).

Problem perpisahan itupun ikut mempengaruhi usaha keduanya yang sebelumnya sudah dirintis bersama sekitar 22 tahun.

Menguasai merek Ayam Goreng Suharti

Pada tahun 1992 Suharti kemudian mendapatkan hak paten atas nama usahanya yakni dengan nama "Rumah Makan Ayam Goreng Suharti".

Hal itu berbeda dengan merek yang dikelola suaminya yang masih menggunakan nama "Ayam Goreng Ny Suharti". 

Suharti juga kemudian menggunakan logo warung makannya menggunakan foto miliknya yang menurutnya tidak akan ditiru oleh orang lain. 

Meski sempat mengalami hal pahit tersebut, hingga saat ini Warung Ayam Goreng Suharti tetap dikenal sebagai warung legendaris yang masih dicari oleh banyak pelanggannya.

Baca juga: Pesawat Lion Air Rute Bali-Solo Tiba-tiba Mendarat di Yogyakarta, Apa Penyebabnya?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi