Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Indonesia, Singapura, dan Malaysia Akan Alami Gelombang Panas 50 Derajat Celsius?

Baca di App
Lihat Foto
TikTok
Menyebar informasi sebut Indonesia akan alami gelombang panas
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Sebuah unggahan yang menyebut bahwa Indonesia, Malaysia, dan Singapura akan mengalami gelombang panas viral di media sosial TikTok setelah diunggah akun @ismetiskandar673 pada Senin (18/4/2023).

Dalam unggahan itu disebutkan bahwa suhu panas bisa mencapai 40 hingga 50 derajat celsius.

"Bersiaplah untuk suhu tinggi antara 40-50 derajat Celcius. Selalu minum air bersih dan minum perlahan. Hindari air dingin atau es. Saat ini, Malaysia, Indonesia, Singapura, dan negara lain seang mengalami gelombang panas," kata akun tersebut.

Viral di media sosial

Hingga Selasa (18/4/2023), unggahan tersebut telah dilihat lebih dari 200.000 kali, dan disukai lebih dari 2.200 pengguna.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berdasarkan pantauan Kompas.com, informasi mengenai akan adanya gelombang panas di Indonesia, Malaysia dan Singapura ini juga menyebar di Facebook, di antaranya diunggah akun berikut, berikut dan berikut.

Lantas benarkah Indonesia, Malaysia dan Singapura akan menghadapi gelombang panas dan berpotensi mencapai suhu 40 hingga 50 derajat celsius?

Penjelasan BMKG

Bidang Informasi Kualitas Udara, Kedeputian bidang Klimatologi BMKG Alberth Nahas, membantah informasi yang viral di media sosial terkait gelombang panas tersebut.

Menurut Nahas, kecil kemungkinan adanya suhu panas melebihi 40 derajat celsius. 

"Untuk suhu udara melebihi 40 derajat celsius sangat kecil kemungkinannya terjadi di Indonesia," kata Alberth saat dihubungi Kompas.com, Selasa (18/4/2023).

Dia menjelaskan, menurut World Meteorological Organization, gelombang panas merupakan fenomena kondisi udara panas yang berkepanjangan selama 5 hari atau lebih secara berturut-turut.

Pada saat kondisi tersebut, suhu maksimum harian hanya lebih tinggi hingga 5 derajat celsius atau lebih dari suhu maksimum rata-rata.

 

Indonesia tidak terjadi gelombang panas

Secara dinamika, menurut dia, atmosfer hal tersebut dapat terjadi karena adanya udara panas yang terperangkap di suatu wilayah disebabkan adanya anomali atmosfer sehingga aliran udara menjadi tidak bergerak dalam skala yang luas.

"Fenomena gelombang panas ini biasanya terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi seperti wilayah Eropa dan Amerika," paparnya.

Dia mengatakan, secara geografis wilayah Indonesia berada di sekitar wilayah ekuatorial sehingga memiliki karakteristik dinamika atmosfer yang berbeda dengan wilayah lintang menengah-tinggi.

Ia menambahkan, wilayah Indonesia juga memiliki variabilitas perubahan cuaca yang cepat.

"Dengan perbedaan karakteristik dinamika atmosfer tersebut, maka dapat dikatakan bahwa di wilayah Indonesia tidak terjadi fenomena yang dikenal dengan gelombang panas atau Heatwave," jelas Alberth.

Penyebab cuaca panas di Indonesia

Ia mengatakan, yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan kondisi suhu panas harian yang umumnya disebabkan oleh kondisi cuaca cerah pada siang hari serta relatif signifikan pada saat posisi semu Matahari berada di sekitar ekuatorial.

Hal tersebut, menurut dia, juga berlaku untuk negara Singapura maupun Malaysia, di mana kedua negara ini juga tidak akan mengalami gelombang panas.

"Karena letak keduanya (Malaysia dan Singapura) yang dekat dengan Indonesia dan juga berada di sekitar ekuator," ungkapnya.

Baca juga: Ramai soal Wilayah RI Akan Alami Panas Mendidih, Ini Penjelasan BMKG

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi