Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerap Disebut Menjelang Idul Fitri, Apa Itu Hilal?

Baca di App
Lihat Foto
MUHAMAD SYAHRI ROMDHON
Salah satu petugas tim BHRD Kabupaten Cirebon melakukan pengamatan Hilal di Pantai Baro Gebang, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat
|
Editor: Farid Firdaus

KOMPAS.com – Sebentar lagi umat Islam akan merayakan hari raya Idul Fitri 2023.

Pemerintah akan menggelar sidang isbat untuk menentukan 1 Syawal 1444 Hijriahatau Lebaran 2023 pada Kamis (20/4/2023).

Dalam sidang isbat, penentuan Idul Fitri akan mempertimbangkan hasil hisab dan pemantauan atau rukyatul hilal. 

Pemantauan hilal akan dilakukan di sejumlah titik lokasi di seluruh wilayah Indonesia.

Lalu, apa itu hilal yang menjadi penentu hari Raya Idul Fitri?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Kapan Sidang Isbat Lebaran 2023? Berikut Jadwal Penentuan 1 Syawal 1444 H

Penjelasan BMKG

Koordinator Bidang Tanda Waktu sekaligus Tim Hilal Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Himawan Widiyanto menjelaskan, hilal berupa penampakan bulan sabit.

“Hilal adalah bulan sabit pertama yang diamati di permukaan bumi setelah konjungsi geosentris dan matahari terbenam,” ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (19/4/2023).

Konjungsi geosentris atau yang disebut dengan ijtima adalah peristiwa ketika bujur ekliptika bulan sama dengan bujur ekliptika matahari dengan pengamat diandaikan berada di pusat bumi.

“Jadi hilal dapat teramati atau terlihat setelah terpenuhi dua syarat itu,” tuturnya.

Himawan mengungkapkan, waktu pengamatan hilal biasanya kurang dari satu jam setelah matahari terbenam.

Baca juga: Digelar Sore Ini, Mengapa Harus Ada Sidang Isbat Awal Ramadhan?

Faktor yang memengaruhi keterlihatan hilal

Terdapat berbagai faktor yang memengaruhi hilal dapat terlihat saat diamati, seperti faktor cuaca, peralatan pengamatan, sang pengamat, dan lokasi pengamatan.

Faktor cuaca yang berbeda-beda, dapat memengaruhi seberapa jelas hilal akan terlihat.

“Kondisi cuaca di tempat pengamatan hilal seperti cuaca mendung/berawan tebal, hujan/gerimis, atau badai/angin kencang akan memengaruhi keterlihatan hilal,” ungkapnya.

Kemudian semakin baik kondisi dan semakin canggih alat yang digunakan, kemungkinan hilal dapat teramati lebih besar dibanding menggunakan alat sederhana.

Baca juga: Ramai Unggahan soal Bentuk Hilal Ramadhan, seperti Apa?

Pengamat atau disebut juga dengan observer sangat berpengaruh dalam keputusan bahwa hilal sudah terlihat atau belum.

“Seseorang yang sudah berpengalaman dalam melaksanakan pengamatan hilal tentunya akan lebih besar unutk mendapatkan (melihat) hilal dibandingkan dengan seorang yang baru pertama melaksanakan pengamatan hilal,” jelasnya.

Himawan menerangkan, faktor lokasi pengamatan hilal pun menentukan pengamatan dapat melihat hilal atau tidak.

Lokasi dengan arah ufuk barat (arah matahari terbenam) yang bersih dari halangan/obstacle akan lebih besar kemungkinannya untuk mendapatkan hilal dibandingkan dengan lokasi yang arah ufuk baratnya banyak dengan halangan.

“Lokasi pengamatan hilal biasanya ada di pantai yang arah ufuk baratnya bersih dari halangan,” ujarnya.

Baca juga: Muhammadiyah Tetapkan Idul Fitri pada 21 April 2023, Bagaimana dengan Pemerintah dan NU?

Potensi keterlihatan hilal

Himawan mengungkapkan, potensi keterlihatan atau visibilitas hilal pada Kamis (20/4/2023) masih sangat kecil.

Ketinggian hilal pada 20 April 2023 di Indonesia berkisar antara 0,75 derajat di Merauke (Papua) sampai dengan 2,36 derajat di Sabang (Aceh) dan elongasi di Indonesia berkisar antara 1,48 derajat di Waris (Papua) sampaidengan 3,09 derajat di Sabang (Aceh).

"Maka potensi keterlihatan hilal awal bulan Syawal 1444 H pada 20 April 2023 sangat kecil,” kata dia.

Namun, pihaknya masih akan terus berusaha untuk mendapatkan citra hilal pada tanggal 20 April 2023 sebagai penanda 1 Syawal 1444 H.

Ia menjelaskan, jika pada sidang isbat pada Kamis (20/4/2023) yang melaksanakan rukyat atau pengamatan keterlihatan hilal di seluruh Indonesia tidak ada yang melihat hilal, maka Ramadhan 1444 H digenapkan menjadi 30 hari.

“Sehingga 1 Syawal 1444 H akan bertepatan dengan tanggal 22 April 2022,” tuturnya.

Namun, jika ternyata pada sidang isbat Kamis (22/4/2023) ada petugas atau tim yang melihat hilal, maka 1 Syawal jatuh pada Jumat (21/4/2023).

“Sesuai tugas pokok dan fungsinya, yang berhak menetapkan tanggal 1 Syawal 1444H adalah Kementerian Agama RI,” tandasnya.

Baca juga: Idul Fitri 2023 Diprediksi Berbeda, BMKG Ungkap Potensi Keterlihatan Hilal

Cara melihat hilal

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang mengatakan, pengamatan hilal dapat dilakukan dengan dua cara, yakni manual (atau mata kepala) dan melalui instrumen modern.

Bila menggunakan mata kepala, itu harus didukung dengan “gawang lokasi”.

“Gawang lokasi ini adalah instrumen falak yang memang diakui dalam syariah islam, dan sebagian besar ulama jika hilal itu dapat dilihat tapi tidak menggunakan gawang lokasi maka pengamatannya dianggap invalid,” ujarnya.

Sedangkan pengamatan hilal yang dilakukan menggunakan instrumen modern yakni dengan teropong atau teleskop.

Teropong itu dapat berupa teropong medan berlensa satu (monokuler) dan berlensa dua (binokuler).

“Bisa juga menggunakan teleskop astronomis, yang mana semakin besar diameter lensanya, semakin panjang teleskopnya, maka cahaya yang dikumpulkan itu semakin besar dan hilal yang cukup redup memungkinkan untuk dapat dilihat,” terangnya.

Adapun pengamatan menggunakan teleskop dapat dilihat langsung dan disambungkan terlebih dahulu ke CCD (Charge Coupled Device).

CCD adalah alat yang mengubah cahaya menjadi partikel elektron yang kemudian dipikselasi menjadi sebuah gambar.

“CCD ini kemudian disambungkan ke laptop, barulah dengan aplikasi SharpCap kita bisa mengambil citra hilal,” ujar Andi.

Baca juga: Daftar Lengkap 124 Titik Pantau Hilal Awal Puasa: Terbanyak di Jatim, Sumbar, dan Jateng

Hilal sebagai penentu awal bulan Syawal

Untuk menentukan masuknya bulan Syawal atau hari raya Idul Fitri, hilal harus berada di ketinggian tiga derajat dari ufuk dan sudut elongasi minimal 6,4 derajat sesuai dengan ketetapan MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).

Andi mengungkapkan, pengamatan dan penentuan hilal tersebut tidak hanya untuk bulan Syawal, tapi untuk seluruh bulan di kalender Hijriah.

“Pemerintah sendiri mengamati hilal untuk tiga bulan Hijriah, yaitu Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah terkait untuk penentuan hari besar Umat Islam,” tandasnya.

 Baca juga: Mengenang Tragedi Lebaran 2011, Saat Ketupat dan Opor Terpaksa Dihangatkan karena Hilal Tak Terlihat

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi