Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Dinamakan Kebaya Kartini? Ini Asal Muasalnya

Baca di App
Lihat Foto
direktoratk2krs.kemsos.go.id
Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini adalah sosok pahlawan nasional asal Jepara, Jawa Tengah.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Hari Kartini diperingati setiap tanggal 21 April sesuai dengan kelahiran RA Kartini, tokoh emansipasi wanita Indonesia.

Perayaan Hari Kartini identik dengan busana tradisional. Wanita Indonesia umumnya akan mengenakan kebaya.

Kebaya sendiri memang tidak bisa lepas dari sosok RA Kartini. Bahkan, ada pula jenis kebaya bernama kebaya kartini, yang keindahannya terus dirawat oleh wanita Indonesia.

Bagaimana sejarah kebaya ini? Mengapa dinamakan dengan kebaya kartini?

Baca juga: Goes to UNESCO, Ini Sejarah Kebaya di Indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Sejarah kebaya Kartini

Pengajar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia sekaligus pegiat kebaya, Indiah Marsaban menjelaskan bahwa kebaya kartini merupakan salah satu model kebaya Indonesia.

"Kebaya model kartini merupakan nama jenis kebaya yang disematkan pada kebaya dengan bukaan depan dengan krah dilipat dan dikatupkan dengan peniti atau kancing," jelasnya kepada Kompas.com, Rabu (19/4/2023).

Ia menambahkan, kebaya kartini tidak menggunakan bef (kemben), atau potongan kain segi empat di dada yang berfungsi sebagai penutup dada. Bef salah satunya ada pada model kebaya kutubaru.

Lebih lanjut, Indiah mengungkapkan bahwa kebaya kartini menjadi populer karena foto-foto RA Kartini selalu menunjukkan ia tampil memakai kebaya model ini.

"Sehingga nama kebaya kartini menjadi trade mark dari kebaya jenis tersebut," tambahnya.

Indiah mengiyakan jika kebaya memiliki makna yang tidak bisa dilepaskan dari wanita Indonesia.

"Kebaya sebagai media ekspresi diri dan juga sebagai identitas yang ingin diekspresikan," lanjut dia.

Menurut Indiah, kebaya adalah pakaian egaliter yang bisa dipakai oleh berbagai kalangan. Dari pedagang di pasar Gede Solo, penjual jamu di Pasar Beringharjo, hingga ibu negara. Semua bisa berkebaya, tua atau muda tidak menjadi halangan.

"Bahkan bisa menjadi pemersatu bangsa, khususnya perempuan Indonesia, karena kebaya bisa dipakai oleh siapa saja tanpa ada sekat kelas sosial," ujarnya.

Baca juga: Fakta Kebaya Didaftarkan Warisan UNESCO oleh Singapura dan 3 Negara

Beragam model kebaya

"Kalau boleh saya kategorikan, kebaya kartini dan kebaya kutubaru masuk sebagai kebaya klasik," lanjut Indiah.

Ia menjelaskan bahwa kebaya Jawa klasik seperti yang dikenal saat ini terdiri dari blus atau kebaya dengan bukaan tengah. Pinggiran blus akan dipeniti dengan bros tengah atau kerongsang di atas kain. Kemudian diperkuat dengan selempang pinggang angkin.

Di sisi lain, Indonesia sejatinya memiliki berbagai model kebaya sesuai daerah asalnya. Indiah mencontohkan, kebaya kutubaru memiliki model dengan bef atau kain penutup di bagian dada yang dikaitkan dengan lipatan bagian dada kiri dan kanan.

"Kebaya kutubaru diyakini berasal dari Jawa Tengah," jelasnya.

Selain itu, ada kebaya encim yang diyakini berasal dari budaya pakaian Tionghoa. Model kebaya ini tanpa bef serta biasanya dilengkapi renda atau bordir di bagian ujung badan dan lengan.

Menurutnya, encim yang sering disebut dengan "kebaya nyonya" merupakan pakaian tradisional di Malaysia dan Singapura. Namun, pakaian ini ada juga di Indonesia.

"Di Indonesia ada kebaya janggan yang mirip dengan cheongsam karena ada pengaruh dari China. Kebaya janggan populer di era Pangeran Diponegoro," lanjutnya.

Baca juga: Hari Kartini, Mengenal Lebih Dekat Kebaya dan Sejarahnya

Selain di Jawa, kebaya juga berkembang di wilayah Indonesia lainnya. Di Sumatera Barat dan Riau, kebaya yang dipakai adalah kebaya panjang disesuaikan dengan keyakinan untuk memenuhi syariat Islam.

Sementara di Bali, kebaya dipakai untuk tradisi ke pura dan acara adat. Ia menjelaskan, kebaya Bali dipakai dengan tambahan selendang yang dililitkan di perut. Ini berbeda dengan tradisi di Jawa berupa selendang panjang yang biasanya disampirkan di pundak.

Terkait perbedaan model kebaya ini, Indiah menegaskan bahwa pakaian merupakan bagian dari budaya yang bersifat cair, dinamis dan mengikuti kebutuhan serta tuntutan lingkungan hidup dan perubahan zaman.

Salah satunya dapat dilihat dari kemunculan kebaya modern atau kontemporer.

"Misalnya demi kepraktisan, bagian bawah kebaya dipakai dengan kain yang dibuat sebagai rok meskipun tetap tampilannya sebagai kain jarik," pungkasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi