Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Suasana Lebaran di Era Kolonial...

Baca di App
Lihat Foto
Koleksi Martina Safitry Dosen IAIN Surakarta
Bupati Bandung Raden Adipati Wiranatakusumah (x) dalam perayaan lebaran di halaman Masjid Agung Bandung Tahun 1928. Nampak di belakang terdapat gambar asap yang dipercaya telah menghidupkan meriam menyambut Lebaran
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Hari raya Idul Fitri atau Lebaran adalah satu dari dua hari besar umat Islam.

Setelah menjalani ibadah puasa Ramadhan selama sebulan penuh, umat Islam kini bersuka cita menyambut perayaan Idul Fitri.

Pemerintah juga telah menetapkan hari raya Idul Fitri di Indonesia jatuh pada Sabtu (22/4/2023).

Ada beragam tradisi lebaran di Indonesia, seperti halalbihalal dan makanan ketupat.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Salah Kaprah Penggunaan Minal Aidin wal Faizin Ketika Lebaran

Lantas, bagaimana perayaan lebaran di era kolonial?

 

Beduk penanda awal lebaran

Berbeda dengan hari ini, beduk memainkan peran penting dalam penanda awal Ramadhan atau Lebaran di era kolonial.

Dikutip dari Kompas.id, suara beduk pada 29 Ramadhan akan menjadi tanda bahwa Lebaran akan jatuh keesokan harinya.

Sebaliknya, jika suara beduk tidak berbunyi, maka puasa akan digenapkan menjadi 30 hari.

Sebagai catatan, beduk hanya dijadikan sebagai isyarat untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai awal Lebaran.

Baca juga: Link Live Streaming Pantauan Mudik dan Suasana Lebaran 22 April 2023


Baca juga: Alasan Ketupat Identik dengan Lebaran di Indonesia

Penentuan awal Lebaran saat itu tetap menggunakan metode rukyat dan hisab oleh para pemuka agama.

Jika hilal terlihat, hasil pengamatan akan disampaikan secara bertahap hingga ke perkampungan di Batavia.

Karena adanya dua metode ini, maka potensi adanya perbedaan lebaran juga tetap terjadi, seperti yang terjadi hingga hari ini.

Baca juga: Merunut Asal-usul Halalbihalal, Tradisi Khas Lebaran di Indonesia

Ditabuh ketika warga akan tidur

Namun, beduk penanda lebaran baru akan dibunyikan di waktu masyarakat akan tidur.

Tak heran, suara beduk itu seperti alarm yang membangkitkan aktivitas warga.

Suasana sepi seketika kembali ramai, sementara para ibu-ibu bergegas kembali ke dapur untuk mempersiapkan makanan lebaran.

Bahkan, tak sedikit juga warga yang membuat ketupat secara dadakan.

Warung yang semula tutup pun dibuka kembali dan dipenuhi oleh pelanggan.

Baca juga: Salah Kaprah Penggunaan Minal Aidin wal Faizin Ketika Lebaran

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi