Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelombang Panas Landa Asia, 13 Warga India Dilaporkan Tewas dan Sekolah Ditutup

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/VladisChern
Ilustrasi cuaca panas.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Gelombang panas belakangan ini melanda berbagai negara di Asia.

Menurut The Guardian, para klimatologis dan sejarawan bahkan menyebut kondisi ini sebagai "gelombang panas terparah sepanjang sejarah Asia".

Pada umumnya, Benua Asia memiliki suhu rata-rata 16 derajat Celsius hingga 27 derajat Celsius. Wilayah ini jarang memiliki suhu di bawah 15 derajat Celsius atau di atas 29 derajat Celsius.

Namun, bulan ini, gelombang panas membuat banyak negara mengalami peningkatan suhu drastis.

Sebagian besar negara Asia Tenggara bahkan mencapai suhu di atas 40 derajat Celsius.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Sederet Negara yang Alami Gelombang Panas, Didominasi Asia Tenggara dan Selatan


Gelombang panas Asia

Luang Prabang, Laos pada Jumat lalu mencatatkan suhu tertinggi dalam sejarah negara tersebut, yakni 42,7 derajat Celsius. Sehari setelahnya, ibukota Vientiane juga mencatatkan rekor 41,4 derajat Celsius sebagai hari terpanasnya.

Negara tetangga, Thailand, mencatatkan suhu di Tak, wilayah barat laut negara itu mencapai 45,5 derajat Celsius. Angka tersebut meningkat dari rekor suhu tertinggi yang pernah dicapai Mae Hong Son pada 28 April 2016, yakni 44,6 derajat Celsius.

Sementara suhu di Bangladesh melonjak di atas 40 derajat Celsius di ibukota Dhaka pada Sabtu kemarin. Hari itu menjadi hari terpanas sepanjang 58 tahun belakangan.

Selain itu, gelombang panas juga dilaporkan terjadi di Vietnam, Myanmar, dan Jepang.

Kazakhstan, Uzbekistan, dan Turkmenistan yang berada di Asia Tengah juga melaporkan cuaca panas yang lebih buruk dari biasanya.

Baca juga: BMKG Sebut Indonesia Tidak Alami Gelombang Panas, Ini Alasannya

Jatuh korban jiwa

Akibat gelombang panas yang melanda beberapa wilayah di Benua Asia, terdapat korban jiwa dan sejumlah masalah susulan yang terjadi.

Suhu tinggi di India menyebabkan 13 orang meninggal dan delapan lainnya menerima perawatan medis akibat sengatan Matahari.

Para korban sebelumnya menghadiri acara penghargaan yang diadakan di luar ruangan di negara bagian Maharashtra.

Departemen India mencatatkan, negara bagian bagian Bihar, Jharkhand, Odisha, Andhra Pradesh, dan Benggala Barat dilanda suhu panas di saat banyak buruh bekerja di luar ruangan.

Selain itu, beberapa negara bagian India juga mulai menutup sekolah-sekolah negeri karena khawatir akan cuaca panas yang parah.

Lembaga pendidikan swasta juga didesak untuk mengambil tindakan yang sama.

Departemen kesehatan Thailand mengeluarkan peringatan risiko sengatan panas bagi orang yang berolahraga atau bekerja di luar ruangan, seperti tukang bangunan dan petani.

Suhu tinggi di Thailand juga dapat menyebabkan kekeringan dan potensi gagal panen.

Sementara itu, warga Kamboja khawatir terjadi pemadaman listrik dan kekurangan air. Ini disebabkan karena jaringan listrik melemah berkat penggunaan AC dan lemari es yang intens.

Baca juga: BMKG Umumkan Indeks UV Indonesia Tinggi, Apa Bahayanya bagi Kulit?

Diperkirakan berlangsung hingga Agustus

Dilansir dari The Diplomat, Kementerian Sumber Daya Air dan Meteorologi Kamboja memprakirakan cuaca panas akan berlanjut hingga pertengahan Mei 2023.

Parahnya lagi, panas yang dihasilkan dari cuaca ini diperkirakan akan bertahan hingga Agustus.

Dari Agustus hingga September, juga diprediksi hanya turun curah hujan ringan hingga sedang dan curah hujan sebagian sedang.

Prakiraan cuaca ini juga berlaku di Vietnam selatan, Laos, Thailand, dan Myanmar.

Akibatnya, kekeringan berpotensi terjadi di Sungai Mekong dan akan berdampak buruk bagi 70 juta warga negara itu yang bergantung pada sungai untuk kehidupan mereka.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi