Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa Cawapres yang Cocok Mendampingi Ganjar Pranowo?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/Titis Anis Fauziyah
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo usai menghadiri rapat di kantornya, Kamis (27/4/2023).
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Pengumuman pencapresan Ganjar Prabowo oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) membuat dinamika politik semakin cair.

Tak berselang lama dari pengumuman itu, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ikut mendeklarasikan dukungannya terhadap Ganjar.

Kini, pembicaraan mengenai pendamping Ganjar pun mulai memanas.

Sejumlah nama, seperti Erick Thohir, Sandiaga Uni, Mahfud MD, dan bahkan Prabowo Subianto masuk dalam bursa cawapres Ganjar.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Silaturahmi ke Sejumlah Tokoh, Prabowo Dinilai Kelimpungan Usai Pencapresan Ganjar

Lantas, siapa cawapres yang cocok untuk mendampingi Ganjar Pranowo?

Partai Islam

Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam meyakini, PDI-P tidak akan menggunakan golden ticket-nya sendiri.

Menurutnya, mereka akan menggandeng kekuatan politik Islam sebagai pelengkap koalisi untuk meneguhkan narasi nasionalisme dan Islam.

"Berkaca dari Pemilu 1955 dan 1971, muncul keyakinan bahwa untuk memenangkan kontestasi kekuasaan politik di Indonesia, maka harus menggabungkan kekuatan nasionalis dan Islam," kata Umam kepada Kompas.com, Kamis (27/4/2023).

Baca juga: Survei Nama-nama Capres Potensial di 2024, Ganjar Nomor 1


Peluang dengan PPPP

 

Berdasarkan komposisi partai-partai politik Islam yang ada saat ini, Umam melihat PPP menjadi partai yang paling mungkin untuk didekati PDI-P.

Pasalnya, PKB telah memiliki agenda kepentingan sendiri untuk mengusung Muhaimin Iskandar.

Sementara, PDI-P sendiri belum pernah memiliki sejarah koalisi atau kerja sama politik dengan PAN dan PKS, selaku representasi kekuatan politik Islam berbasis massa Muhammadiyah, serta jaringan Tarbiyah.

"Karena itu, tiket politik PPP memang telah lama diincar oleh PDI-P untuk melengkapi narasi nasioanlisme-religius atau Islam," jelas dia.

Baca juga: Melihat Peluang Duet Prabowo-Mahfud MD...

Perebutan suara Nahdliyin masih terbuka

Sayangnya, PPP sejauh ini tidak menyiapkan kadernya secara optimal, sehingga mereka hanya bisa menjual tiket politiknya kepada pialang politik melalui skema transaksional secara instan.

Umam mengatakan, strategi politik tersebut belakangan telah memunculkan sejumlah nama-nama politisi, seperti Sandiaga Uno dan Erick Tohir yang mendadak mengeklaim diri sebagai tokoh muda Nahdliyin.

Jika merujuk pada rekam jejaknya, ia menyebut model pendekatan dan kontribusi Erick dan Sandiaga terhadap NU cenderung transaksional.

Baca juga: Drama Ganjar Pranowo-PDIP, Mungkinkah Keduanya Berpisah pada Pemilu 2024?

Meskipun mereka bisa secara instan mengeklaim diri sebagai Nahdliyin, realisasi dukungan Nahdliyin kepada mereka kemungkinan relatif masih rendah.

"Sebab, rekam jejak pendekatan terhadap NU memang tidak didasarkan pada pemahaman ideologis dan cenderung transaksional," kata dia.

Di sisi lain, Umam menilai bahwa literasi politik Nahdliyin juga semakin kuat dan tidak lagi bisa dikendalikan dengan basis partonase kepemimpinan dalam lingkungan NU, baik level kiai maupun struktural NU.

Hal ini terbukti pada Pemilu 2004 dan 2019, ketika arah dukungan warga NU lebih mengikuti suara hati mereka untuk memilih pemimpin nasional, meski ada tokoh NU yang maju sebagai kontestan.

"Dalam konteks Pemilu 2024, tampaknya basis kekuatan suara Nahdliyin akan tersebar secara merata ke sejumlah tokoh-tokoh capres yang sedang berusaha memperebutkan hati dan suara warga NU," tutupnya.

Baca juga: Soal Wacana Jadi Cawapres Ganjar, Prabowo: Partai Saya Mencalonkan Saya sebagai Capres

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi