KOMPAS.com - Seseorang yang terlihat sehat dan bugar bisa saja tiba-tiba mendadak meninggal dunia. Peristiwa tersebut mungkin pernah Anda jumpai pada keluarga, kerabat atau kenalan.
Terlepas dari usianya, seseorang yang terlihat bugar dan sehat kemudian meninggal tanpa gejala, jelas memicu tanda tanya bagi banyak orang.
Apa saja faktor yang dapat menyebabkan seseorang yang tampak bugar dan sehat, tetapi tiba-tiba bisa meninggal dunia?
Baca juga: Serangan Jantung: Pengertian, Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Cara Pencegahan
Penyebab kematian mendadak
Dikutip dari laman ChannelNewsAsia, Profesor Tan Huay Cheem yang merupakan Konsultan Senior Departemen Kardiologi di National University Heart Centre, Singapura (NUHCS) mengatakan, seringkali kematian mendadak brkaitan dengan penyakit kardiovaskular.
Untuk mereka yang berusia di atas 30 tahun, penyebab kardiovaskular yang paling umum adalah serangan jantung, miokarditis (radang otot jantung), stroke, dan juga diseksi aorta.
Diseksi aorta adalah terjadinya robekan pada lapisan dalam arteri utama tubuh atau aorta.
Sementara itu, mereka yang meninggal secara mendadak pada usia kurang dari 30 tahun, kemungkinan besar mengalami kardiomiopati hipertrofik (penebalan otot jantung yang tidak normal).
Kemungkinan penyebab lainnya adalah anomali koroner kongenital (arteri koroner berada di tempat yang tak seharusnya yang merupakan kelainan sejak lahir), miokarditis atau aritmia (irama jantung abnormal).
"Laki-laki menderita OHCA (out of hospital cardiac arrest) dua kali lipat lebih berisiko dibandingkan perempuan," kata Profesor Tan.
Sementara itu, Kepala Divisi dan Konsultan Senior Bedah Vaskular di Departemen Bedah Jantung, Toraks dan Vaskular di NUHCS, Dr Rajesh Dharmaraj mengatakan, pada beberapa pasien, penyebab kematian mendadak adalah akibat dari pecahnya aneurisma arteri.
Hal ini menurutnya bisa terjadi pada pasien yang memiliki aneurisma besar atau pembengkakan arteri yang tidak normal yang tidak terdiagnosis.
"Dinding arteri menjadi lemah dan membengkak dari waktu ke waktu ke titik di mana dinding tersebut terlepas dan pasien mengalami pendarahan internal. Ini mengakibatkan kematian mendadak bagi beberapa pasien,” katanya.
Ia menambahkan kematian mendadak terkait penyakit jantung seringkali berhubungan dengan aktivitas fisik yang kuat pada kondisi seseorang yang sebenarnya telah memiliki masalah jantung mendasar yang tidak terdiagnosis.
Baca juga: Gejala Serangan Jantung dan Henti Jantung, Kenali Bedanya
Risiko meningkat seiring bertambahnya usia
Risiko kematian mendadak yang terkait dengan jantung menurut Laporan Data ODHCA 2019, memang meningkat seiring bertambahnya usia.
Mereka yang berusia di atas 65 tahun merupakan kelompok pasien dengan risiko tertinggi, terhitung 36,2 persen kasus pada 2019.
Hal yang sama berlaku untuk aneurisma, di mana risiko semakin berkembang pada orang tua terutama yang merokok dan memiliki riwayat hipertensi.
Dikutip dari Kemenkes RI, Aneurisma otak adalah kondisi saat terjadi penggelembungan pembuluh darah di otak akibat melemahnya dinding pembuluh darah di suatu titik tertentu.
Jika aneurisma pada otak pecah, hal tersebut bisa menyebabkan hal yang lebih buruk, seperti kerusakan otak, stroke hemoragik, koma, dan kematian.
Kenapa orang yang sehat bisa meninggal mendadak?
Menurut Laporan Data OHCA, lebih dari 3.000 orang menderita serangan jantung mendadak setiap tahun.
Bahkan kondisi tersebut bisa dialami olahragawan yang tampaknya bugar dan sehat pun tidak dapat menghindari kematian karena gagal jantung.
Namun, kematian mendadak terkait jantung ini dapat dijelaskan dengan aktivitas fisik yang kuat yang ditegaskan oleh masalah jantung mendasar yang tidak terdiagnosis.
Masalah tersebut seperti gangguan otot jantung, infeksi yang melemahkan otot jantung, atau kelainan bawaan pada arteri koroner, menurut ke HealthXchange.sg.
Untuk pasien dengan aneurisma, bahkan mungkin ada gejala seperti nyeri punggung dan perut yang tiba-tiba muncul serta pusing atau kehilangan kesadaran akibat penurunan tekanan darah, kata Dr Rajesh.
Cara meminimalkan kematian mendadak
Memprediksi bahwa seseorang memiliki masalah kardiovaskular memang bukan perkara yang mudah untuk dilakukan, namun ini bukan berarti Anda bisa bermalas-malasan.
Menerapkan gaya hidup yang sehat dan mengendalikan faktor risiko adalah cara terbaik untuk mengurangi risiko kematian mendadak.
Menjaga kualitas tidur yang baik, juga membantu seseorang untuk meminimalkan risiko kematian mendadak terkait jantung.
Hal lain yang perlu dilakukan adalah kemampuan untuk mengelola tingkat stres.
Sebab stres yang berkepanjangan, ditambah ketegangan emosional akan menyebabkan tubuh memproduksi adrenalin.
Akibatnya, jantung akan memompa lebih cepat dan lebih keras sehingga pembuluh darah kemudian akan menyempit.
Anda dapat rutin melakukan pengecekan kadar kolesterol dan tekanan darah secara rutin untuk meminimalkan risiko penyakit jantung. Hal ini karena tekanan darah terus-menerus di atas 140/90 mmHg, dapat merusak jantung dan pembuluh darah jika tak ditangani.
Merokok juga bisa menyebabkan seseorang berisiko mengalami kematian mendadak akibat masalah jantung, sehingga sebaiknya Anda mulai mengurangi merokok sesegera mungkin.
Baca juga: Bahaya Rokok bagi Kesehatan Reproduksi Wanita, Ini Penjelasan Dokter
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.