KOMPAS.com - Hingga kini, Everest mencatatkan namanya sebagai gunung tertinggi di dunia yang menjulang 8.800 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Menyusul setelahnya adalah gunung K2 dengan tinggi 8.600 meter mdpl.
Lantas, mungkinkah gunung tertinggi di dunia itu bisa tumbuh lebih tinggi lagi?
Dikutip dari Live Science, ahli geofisika di University of Oregon, Gene Humphreys mengatakan, sebuah gunung secara teoretis bisa tumbuh sedikit lebih tinggi.
Tapi gunung itu terlebih dahulu harus mengatasi beberapa tantangan yang dihadapi saat tumbuh.
Seperti misalnya, setiap tumpukan batu yang tumbuh menjadi gunung akan mulai membungkuk karena tarikan gravitasi Bumi.
Baca juga: Dari Everest hingga Dhaulagiri, Berikut 7 Gunung Tertinggi di Dunia
"Seperti segumpal adonan roti yang perlahan akan rata saat diletakkan di atas meja," kata Humphreys.
Proses aktif, seperti erosi, juga membantu mencegah gunung tumbuh terlalu tinggi. Sedangkan gletser, bongkahan es besar yang bergerak lambat, berperan besar dalam mengukir gunung.
Ilmuwan bumi menyebut erosi gletser sebagai "gergaji glasial" karena sangat efektif menghilangkan sisi pegunungan.
Efek erosi dan gravitasi membuat ilmuwan sampai pada satu kesimpulan bahwa, semakin besar gunung maka semakin besar tekanan yang diciptakan oleh gravitasi dan semakin kuat kecenderungannya untuk runtuh.
"Meskipun Gunung Everest dapat ditinggikan lagi, sisi selatannya yang curam tampaknya tidak stabil dan dapat menyebabkan tanah longsor," jelas dia.
Baca juga: Apa yang Terjadi pada Tubuh Manusia saat Mendaki Puncak Everest?
Menurutnya, ada cara gunung bisa tumbuh lebih tinggi, bahkan mencapai 1,6 kilometer. Namun, hal itu bisa terjadi jika kondisinya tepat.
Pertama, itu harus terbentuk dari proses vulkanik, bukan dari tumbukan benua. Pegunungan vulkanik, seperti Kepulauan Hawaii, tumbuh saat meletus.
Lava yang mengalir keluar dari gunung berapi mendingin berlapis-lapis, membuat gunung berapi jadi semakin tinggi.
Agar gunung terus tumbuh, diperlukan sumber magma yang terus-menerus dipompa hingga semakin tinggi dan memungkinkannya meletus, mengalir menuruni sisi gunung dan menjadi dingin.
Proses vulkanik ini persis seperti bagaimana gunung tertinggi di tata surya, Olympus Mons Mars, terbentuk.
Menjulang setinggi 25.000 meter, Olympus Mons begitu tinggi hingga menembus puncak atmosfer Mars.
Baca juga: Catat Rekor Baru, Pesta Minum Teh Tertinggi Digelar di Gunung Everest
Olympus Mons bisa menjadi sangat tinggi karena Mars tidak memiliki lempeng tektonik, rakit besar kerak yang mendominasi proses geologis Bumi.
Gunung itu terbentuk di atas titik panas. Sama seperti Kepulauan Hawaii, di mana lahar yang meletus akan mengalir ke sisi gunung dan mendingin menjadi lapisan batu baru.
Meskipun Kepulauan Hawaii juga terbentuk di atas titik panas, tetapi lempeng Pasifik terus bergerak. Hal ini membuat pulau-pulau tersebut tidak akan bertahan cukup lama di titik panas.
Namun, ketika gunung berapi tersebut masih aktif, kemungkinan besar pertumbuhannya mendekati akhir.
Ini karena tekanan yang diperlukan untuk terus memompa magma ke puncak gunung mungkin tidak akan mampu mengatasi gaya yang bekerja melawannya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.