Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Dorong Negara ASEAN Tinggalkan Dollar AS, Apa Dampaknya?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/EAMES BOT
Ilustrasi dollar AS.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Sejumlah negara dinilai mulai meninggalkan penggunaan dollar AS dan beralih memakai mata uang lokal untuk transaksi internasional.

Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN pada 9-11 Mei 2023, Indonesia akan mendorong perluasan pemakaian mata uang lokal di kawasan Asia Tenggara.

Hal ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap mata uang asing, khususnya dollar AS.

Pemanfaatan mata uang lokal akan dilakukan melalui kerja sama secara bilateral antar negara ASEAN yang disebut dengan local guarantee settlement.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Menlu Retno: Negara ASEAN Sepakati Gunakan Mata Uang Lokal untuk Stabilitas Kawasan

Lantas, apa dampak jika Indonesia meninggalkan dollar AS?

Dampak tinggalkan dollar AS bagi Indonesia

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, upaya meninggalkan dollar AS atau dedolarisasi ini akan meningkatkan stabilitas nilai tukar rupiah.

Selama ini, ia menyebut banyak faktor yang menyebabkan naik-turun dollar AS sulit dikendalikan oleh otoritas moneter.

"Suku bunga Fed naik, rupiah melemah, terus menerus seperti itu," kata Bhima kepada Kompas.com, Kamis (4/5/2023).

Meski masih kecil, pengurangan porsi dollar AS terhadap total transaksi internasional akan berdampak pada terjaganya kurs rupiah.

Selain itu, hubungan dagang dengan mitra di tingkat ASEAN juga menurutnya akan semakin erat.

"Ketika ekonomi domestik AS terguncang, pengalihan minat ekspor ke negara ASEAN dan negara alternatif lainnya membuat kinerja ekspor sedikit terjaga," jelas dia.

Bhima menjelaskan, para eksportir dan importir juga akan diuntungkan ketika menggunakan mata uang lokal tanpa perlu menukar ke dollar AS.

"Sebenarnya repot ya, ada eksportir sawit jual ke Malaysia terima ringgit, lalu dikonversi ke dollar dan dari dollar ke rupiah, kenapa tidak langsung ringgit ke rupiah?" ujarnya.

Baca juga: Presiden Brasil Dukung BRICS Punya Mata Uang Sendiri, Ambisi Runtuhkan Dominasi Dollar AS

 

Kapal asing hanya terima dollar AS

Akan tetapi, Bhima menilai bahwa sistem ini juga memiliki kelemahan, yakni sulitnya menggunakan mata uang lokal untuk membayar kapal yang beroperasi di jalur perdagangan lintas negara.

Menurutnya, banyak kapal asing hanya mau menerima dollar AS.

Persoalan lainnya adalah masih dominannya penggunaan dollar AS dalam kerja sama internasional, seperti hibah dan pinjaman.

"Jadi pengembalian cicilan pokok dan bayar bunganya juga tetap menyedot dollar AS," kata dia.

Baca juga: Argentina Kini Tinggalkan Dollar AS, Beralih ke Yuan China

Dampak secara global

Rencana meninggalkan dollar AS bukan hanya muncul di ASEAN, organisasi kerja sama antara Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (BRICS) bahkan berniat untuk membuat mata uang sendiri.

Apalagi, anggota BRICS disebut akan terus bertambah banyak dalam waktu dekat.

Dengan banyaknya negara yang meninggalkan dollar AS, Bhima menyebut hal ini akan berdampak pada pelemahan dollar.

"Jadi semakin banyak negara yang melakukan dedolarisasi, menggunakan mata uang masing-masing negara, efeknya ya dollar AS bisa melemah," ujarnya.

Apalagi, AS kini sedang mengalami krisis, termasuk di antaranya adalah krisi perbankan dan fundamental ekonomi yang kian melemah.

Kendati demikian, butuh waktu panjang untuk benar-benar bisa melemahkan dollar AS terhadap mata uang lainnya.

"Karena kalau kita lihat, indeksnya naik turun tapi masih di atas level 100 dollar index. Jadi menunjukkan bahwa dollar masih cukup perkasa dibandingkan mata uang dominan lainnya," kata dia. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi