Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Waisak? Berikut Ini Sejarah dan Penjelasan Tanggalnya

Baca di App
Lihat Foto
P RADITYA MAHENDRA YASA
Tri Suci Waisak-Biksu berjalan di antara stupa candi saat menjalankan prosesi pradaksina di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (6/5). Prosesi ini dalam menyambut Perayaan Tri Suci Waisak 2556 BE. Perayaan tersebut memperingati tiga peristiwa penting yaitu kelahiran, kesempurnaan dan wafatnya sang Budha Gautama. Kompas/P Raditya Mahendra Yasa (WEN) 26-05-2012
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAs.com - Kementerian Agama menegaskan bahwa perayaan hari raya Waisak bukan jatuh 6 Mei 2023, tetapi jatuh pada 4 Juni 2023 nanti.

Penegasan tersebut menyusul masih banyaknya kebingungan masyarakat lantaran di sejumlah kalender yang beredar hari raya Waisak tertulis pada tanggal 6 Mei 2023.

"Waisak 2567 BE bertepatan 4 Juni 2023. Ini juga sudah terakomodir dalam Surat Keputusan Bersama antara Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, serta Menteri Tenaga Kerja," kata Dirjen Bimas Buddha Supriyadi dikutip dari laman resmi Kemenag.

Lantas apa itu hari raya Waisak dan mengapa dirayakan pada 4 Juni, bukan 6 Mei besok?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa itu hari raya Waisak?

Peringatan hari raya Waisak merupakan hari suci bagi umat agama Buddha.

Dikutip dari Kompas.com (16/5/2023), Waisak dirayakan di sejumlah negara dengan nama-nama berbeda, seperti Visakah Puja atau Buddha Purnima di India, Saga Dawa di Tibet, Vesak di Malaysia dan Singapura, Visakha Bucha di Thailand, dan Vesak di Sri Lanka.

Menurut buku Melacak Sejarah Kuno Indonesia Lewati Prasasti (2012) karya Boechari, di beberapa tempat perayaan tersebut juga dikenal sebagai “Hari Buddha”.

Hari raya Waisak, bisanya dirayakan saat bulan Mei setiap tahunnya saat terjadi bulan purnama.

Baca juga: Peringatan Waisak 2023 di Borobudur Bakal Diikuti Rombongan Biksu yang Berjalan dari Thailand

Penjelasan Waisak 2023 jatuh 4 Juni

Dirjen Bimas Buddha Supriyadi menjelaskan, hari raya Waisak kali ini dirayakan pada 4 Juni 2023.

Hal itu berdasarkan pedoman yang dipergunakan dalam penetapan hari raya Tri Suci Waisak dan hari besar Buddhis lainnya.

Pedoman penetapan Waisak di Indonesia adalah Purnama-Sidhi berdasarkan perhitungan Astronomi yang bersifat universal, ilmiah, dan modern. 

Dalam penetapan hari besar Buddhis, pergantian hari dimulai pada pukul 12 tengah malam. Sehingga, upacara puja dapat dilaksanakan sesudah atau tepat pada detiknya.

Supriyadi merinci, bahwa satu tahun Matahari berjumlah 365 hari, sedangkan satu tahun lunar hanya 355 hari. Dengan demikian, terdapat perbedaan 10 hari setiap tahunnya.

Pada tahun kabisat lunar, dalam satu tahun terdapat 13 purnama. Saat itu, terdapat bulan Waisak ganda.

Oleh karena itu, perhitungannya kemudian berpatokan pada kalender lunar/chandra Buddhis yang sudah menyesuaikan dengan perhitungan kalender matahari/solar-surya.

Atau, perhitungan luni-solar yang setiap satu daur 19 tahun terdapat 7 tahun kabisat lunar dengan 7 bulan sisipan (ekstra, lun, adhikamasa).

Adhikasuramasa dilakukan dengan metode pembagi 3.3.3.2.3.3.2. dalam kurun 19 tahun.

"Tahun 2023 Masehi adalah tahun kabisat lunar di mana terdapat bulan Waisak ganda. Maka yang diambil adalah Purnama-Sidhi waisak kedua yang jatuh pada 4 Juni 2023 dengan detik Waisak pukul 10.41.19 WIB," jelasnya. 

Baca juga: Kemenag Tegaskan Hari Raya Waisak Jatuh 4 Juni dan Bukan 6 Mei 2023

 

Sejarah Hari Raya Waisak

Dikutip dari laman Semarangkab, hari raya Waisak ditandai sebagai tanggal merah dan hari libur nasional sesuai dengan Keputusan Presiden Indonesia Nomor 3 tahun 1983 tanggal 19 Januari 1983.

Waisak berasal dari kata Sansekerta, Waisakha, Pali Vesakha. Hari Waisak sebagai peringatan kelahiran, pencerahan, dan kematian Sang Buddha, Siddharta Gautama.

Di Indonesia, umat Buddha setiap daerah memiliki tradisi tersendiri dalam merayakan hari raya Waisak.

Baca juga: Kemenag Tegaskan Hari Raya Waisak Jatuh 4 Juni dan Bukan 6 Mei 2023

Di Indonesia biasanya perayaan dilakukan dengan festival lampion Waisak di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.

Tradisi umat Buddha merayakan Hari raya Waisak di Candi Borobudur sudah dilakukan sejak 1929. Perayaan festival lampion tersebut identik dengan momen pelepasan ribuan lampion kertas yang diterbangkan ke langit.

Selain itu, umat Buddha juga akan pergi ke kuil lokal dan beberapa mungkin akan tinggal di kuil sepanjang hari saat malam bulan purnama.

Mereka juga banyak melakukan perbuatan baik, mengambil bagian dalam melantunkan dan meditasi, merenungkan ajaran Buddha, membawa persembahan ke kuil, hingga berbagi makanan ke orang-orang.

Keluarga Buddhis biasanya juga akan mendekorasi rumahnya ddengan lentera. Mereka juga akan mengambil bagian dalam prosesi perayaan dengan mengenakan pakaian putih.

Umat Buddha juga biasa melakukan upacara Bathing the Buddha pada hari Waisak.

Upacara tersebut memperingati di mana air mengalir di atas bahu Buddha untuk mengingatkan orang-orang dalam menjernihkan pikiran dari pikiran negatif seperti keserakahan dan kebencian.

Perayaan ini dimulai oleh Himpunan Teofosi Hindia Belanda. Di mana salah anggotanya campuran antara orang Eropa dan Jawa ningrat.

Perayaan Hari Raya Waisak di Borobudur sempat terhenti ketika perang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia.

Selain itu, terhenti pula pada pemugaran tahun 1973. Selama masa pemugaran tersebut, perayaan dipindah ke Candi Mendut.

Makna Waisak

Terdapat tiga peristiwa penting dalam peringatan hari hari raya Waisak.

Tiga peristiwa penting bagi penganut agama Buddha ini bertajuk Trisuci Waisak dan dirayakan setiap tahunnya sebagai Hari Raya umat Buddha.

1. Lahirnya Siddharta Gautama

Siddharta merupakan anak seorang raja yakni Raja Sudodhana dan Ratu Mahamaya. Siddharta lahir di Taman Lumbini pada 623 Sebelum Masehi.

Ia terlahir dalam kondisi bersih tanpa noda, bisa berdiri tegak, serta langsung bisa berjalan.

Siddharta dipercaya lahir ke dunia sebagai calon Buddha yang akan mencapai kebahagiaan tertinggi.

2. Siddharta dapat penerangan agung

Atas kelahiran tersebut, pimpinan Asita Kaladewala meramalkan bahwa pada masa depan Siddharta Gautama akan menjadi seorang Chakrawatin atau Maharaja Dunia.

Setelah momen kelahiran, pada umur 35 tahun Siddharta Gautama mendapatkan Penerangan Agung, lalu menjadi Buddha di Bodh Gaya pada saat bulan Waisak.

Selama 45 tahun setelah menerima Penerangan Agung, Sang Buddha Gautama pun berkelana untuk menyebarkan Dharma atau kebenaran

3. Parinibbana

Kematian Buddha Gautama terjadi pada 543 SM saat usianya menginjak 80 tahun. Saat wafatnya Sang Buddha, para pengikutnya melakukan sujud untuk penghormatan terakhir.

“Dari tiga peristiwa penting itulah, dilakukan konferensi di Sri Lanka (pada tahun 1950) dan Hari Raya Waisak ditetapkan setiap tahunnya saat bulan Mei, ketika terjadinya bulan purnama,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Permabudhi (Persatuan Umat Buddha Indonesia), Prof. Dr. Philip K. Widjaja dikutip dari Kompas.com (16/5/2022).

Baca juga: [HOAKS] Foto Presiden Rusia Vladimir Putin Menjadi Biarawan Buddha

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi