Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sederet Mitos Gerhana Bulan Malam Ini, Larangan bagi Ibu Hamil hingga Kontaminasi Makanan

Baca di App
Lihat Foto
Dok BMKG
Ilustrasi gerhana bulan penumbra.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Fenomena gerhana Bulan penumbra akan terjadi malam ini, mulai Jumat (5/5/2023) hingga Sabtu (6/5/2023) dini hari.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), seluruh proses gerhana Bulan penumbra dapat dilihat di Indonesia serta sebagian besar Asia dan Australia.

Fenomena gerhana kedua pada 2023 ini juga dapat disaksikan oleh masyarakat di sebagian kecil Afrika dan sebagian Rusia.

Saat gerhana Bulan, sebuah mitos yang mewanti-wanti ibu hamil santer terdengar bukan hanya di Indonesia, tetapi juga penjuru dunia lain.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di India, misalnya, membiarkan makanan dalam kondisi terbuka selama gerhana adalah sebuah larangan karena takut akan terkontaminasi.

Serupa dengan Indonesia, masyarakat di negara ini juga mempercayai bahwa ibu hamil wajib menyiapkan tindakan pencegahan ekstra sebelum gerhana Bulan menyapa.

Baca juga: Gerhana Bulan Penumbra Terjadi Malam Ini, Apa yang Akan Dirasakan Bumi?


Mitos ibu hamil saat gerhana dipicu iblis Rahu dan Ketu

Dilansir dari The Weather Channel, Kamis (4/5/2023), orang-orang secara tradisional percaya bahwa gerhana adalah perbuatan dari dua iblis, Rahu dan Ketu.

Saat terjadi gerhana, artinya iblis ini masing-masing tengah "memakan" Matahari dan Bulan.

Lantaran makhluk jahat kerap disebut sebagai penyebab fenomena ini, seluruh rangkaian peristiwa alam ini pun dianggap menjadi bencana atau kondisi yang tidak menguntungkan.

Label "pertanda buruk" akhirnya melekat erat pada gerhana, dan diturunkan dari generasi ke generasi.

Itulah awal mula mitos seputar larangan terkait kebutuhan paling dasar seperti makanan hingga fase kehidupan terpenting seperti kehamilan muncul.

Di sisi lain, seperti diberitakan Kompas.com (7/11/2022), masyarakat India juga mempercayai mandi selama gerhana akan membawa sial berkepanjangan.

Sebaliknya, untuk memiliki kehidupan yang lebih baik, mereka akan mandi selepas gerhana usai dan mengenakan pakaian terbaik.

Baca juga: Lokasi dan Waktu Kejadian Gerhana Bulan Penumbra 5-6 Mei 2023

Jaguar memakan Bulan, akan lanjut memangsa Bumi

National Geographic (15/4/2014) melaporkan, mitos gerhana Bulan juga berembus di antara masyarakat suku Inca.

Salah satu mitos yang beredar di suku kuno tersebut adalah tentang jaguar yang menyerang dan memakan Bulan sehingga menyebabkan gerhana.

Serangan kucing besar itu menjelaskan warna karat atau merah darah yang sering terjadi pada Bulan saat gerhana Bulan total.

Kepercayaan ini pun diikuti ketakutan massal bahwa sang jaguar akan segera memakan Bumi dan seisinya selepas melahap Bulan.

Guna mencegah hal itu terjadi, suku Inca kemudian mencoba mengusir jaguar dengan mengayunkan tombak ke Bulan dan membuat banyak suara bising.

Suara tersebut, termasuk memukuli anjing mereka agar hewan peliharaan ini melolong dan menggonggong menakutkan.

Baca juga: Ada 4 Gerhana Sepanjang 2023, 3 Dapat Dilihat di Indonesia, Apa Saja?

Hanya fenomena biasa layaknya Bulan purnama

Menanggapi mitos yang santer beredar, fisikawan senior India, Dr Abhay Deshpande mengatakan, gerhana Bulan tak lain seperti Bulan purnama biasa.

Perbedaannya hanya terletak di posisi Bumi yang berada di antara Matahari dan Bulan, sehingga menghalangi cahaya Matahari yang seharusnya memantul langsung ke Bulan.

"Karena tidak ada perubahan lain, tidak ada kontaminasi atau bahaya keselamatan yang tidak biasa," kata dia.

Hal serupa disampaikan peneliti ahli pertama Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ayu Dyah Pangestu yang menampik mitos tentang fenomena alam ini.

Dilansir dari Kompas.com, Jumat (5/5/2023), ia menyampaikan bahwa gerhana Bulan merupakan fenomena astronomis saat Matahari, Bulan dan Bumi sejajar.

Fenomena ini mengakibatkan cahaya Matahari yang seharusnya sampai ke permukaan Bulan, tertutup oleh bayangan Bumi.

Terhalangnya cahaya Matahari itu menyebabkan Bulan tampak gelap, atau cahayanya sedikit redup daripada saat purnama biasa.

"Ini sebuah manifestasi dari pergerakan Matahari, Bumi, dan Bulan di lintasannya," kata Ayu.

"Itu (fenomena gerhana Bulan) hal yang alami, normal yang terjadi di kehidupan kita dan tidak terkait dengan mitos," tambahnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi