Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deretan Negara yang Mulai Tinggalkan Dollar AS, Mana Saja?

Baca di App
Lihat Foto
Freepik
Ilustrasi dollar AS.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Sejumlah negara mulai meninggalkan dollar AS sebagai mata uang dalam bertransaksi.

Tindakan ini dilakukan dalam sebuah gerakan yang dikenal sebagai de-dollarization atau de-dolarisasi.

Dalam upaya ini, negara-negara tersebut akan beralih menggunakan mata uang lokal maupun yuan China saat melakukan transaksi.

Tidak hanya China dan Rusia, rencana de-dolarisasi juga muncul dari negara-negara lain di belahan Bumi lainnya, termasuk Indonesia. 

Baca juga: Saat Negara-negara Kaya Minyak Kehilangan Pendapatan 9 Triliun Dollar AS

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berikut deretan negara yang mulai bergerak meninggalkan dollar AS.


Rusia

Presiden Vladimir Putin mengungkapkan bahwa dua pertiga dari perdagangan bilateral antara Rusia dan China dilakukan dalam mata uang rubel dan renminbi.

Dilansir dari Geopolitical Economy, kedua negara tersebut memiliki 80 proyek bilateral penting senilai sekitar 165 miliar dollar AS.

Mereka bekerja sama dalam bidang energi, konstruksi pesawat sipil, pembuatan kapal, dan manufaktur mobil.

Tidak hanya itu, Putin juga mendukung penggunaan yuan China dalam transaksi antara Federasi Rusia dan mitranya di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

Baca juga: Cegah Pencucian Uang, Singapura Akan Berhenti Cetak Uang 1.000 Dollar

China

Presiden China Xi Jinping mengumumkan negara itu akan menggunakan yuan untuk membeli gas alam cair (LNG) dari Uni Emirat Arab (UEA) pertama kalinya dalam sejarah pada Maret lalu.

Dilaporkan Geopolitical Economy, kesepakatan ini terjadi antara Perusahaan Minyak Lepas Pantai Nasional China milik negara dan perusahaan Perancis TotalEnergies.

Kondisi ini sangat berarti karena perusahaan Eropa bersedia melakukan transaksi dalam yuan, bukan dollar AS.

Pada 30 Maret, China dan Brasil juga sepakat untuk berdagang satu sama lain dalam mata uang lokal mereka, yuan dan reais.

Baca juga: 10 Negara Terkaya di Dunia, Mana Saja?

Brasil

Tidak hanya berdagang dengan mata uang lokal, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva menegaskan ia mendukung pembuatan mata uang baru untuk perdagangan antara negara-negara BRICS.

Kelompok ini mencakup negaranya, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.

Diberitakan First Post, ia juga meminta negara-negara BRICS berhenti menggunakan dollar AS dalam perdagangan lintas batas.

Selain itu, Luiz juga mendorong negara-negara berkembang untuk mengganti dollar AS dengan mata uang mereka sendiri dalam perdagangan internasional.

Baca juga: 3 Orang Terkaya di Indonesia dari Industri Farmasi dan Kekayaanya

Argentina

Brasil bukan satu-satunya negara di benua Amerika yang menolak dollar AS, Argentina sejak April lalu telah berdagang dengan China menggunakan uang yuan.

Dikutip dari First Post, Menteri Ekonomi Argentina Sergio Massa mengatakan bahwa negara itu membayar impor China dalam yuan untuk menjaga cadangan dana internasionalnya.

Negara Amerika Selatan ini berjuang melawan krisis cadangan dollar AS di tengah penurunan tajam ekspor pertanian akibat kekeringan bersejarah, serta ketidakpastian politik menjelang pemilu tahun ini.

Baca juga: 10 Klub Sepak Bola di Dunia dengan Pemilik Terkaya

ASEAN

Para menteri keuangan dan gubernur bank sentral ASEAN berkumpul dalam Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN (AFMGM) selama 28 -31 Maret 2023 untuk membahas hal yang sama.

Menurut FMT, mereka mendiskusikan cara mengurangi ketergantungan pada dollar AS, euro, yen, dan poundsterling dalam transaksi keuangan dan beralih menggunakan mata uang lokal.

ASEAN juga mengembangkan sistem pembayaran digital lintas batas yang memungkinkan penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan regional.

Sementara Malaysia bahkan menyarankan pembuatan organisasi keuangan Dana Moneter Asia dan mengembangkan mekanisme perdagangan ke China dengan mata uang ringgit.

Baca juga: Daftar 10 Negara Terkaya di Dunia, Luksemburg Urutan Pertama

Asia Selatan

Pada 29 Maret, India meluncurkan kebijakan perdagangan luar negeri yang memungkinkan penggunaan rupee dalam perdagangan dengan negara-negara yang menghadapi kekurangan dollar AS atau krisis mata uang. Ini telah diterapkan bersama Rusia, Mauritius, Iran, dan Sri Lanka.

Dilansir dari Modern Diplomacy, India mendukung de-dolarisasi guna mengurangi ketergantungan dollar dan menghindari risiko terkena masalah keuangan global jika disanksi AS. Selain itu, India tengah mengembangkan bisnis dengan Rusia dan China.

Selain India, Bangladesh juga beralih meninggalkan dollar AS.

Diberitakan Global Times, negara Asia Selatan ini membayar sebesar 318 juta dollar AS kepada pengembang tenaga nuklir Rusia menggunakan yuan.

Baca juga: Daftar 5 Orang Terkaya di Dunia 2021, Elon Musk Geser Jeff Bezos

Asia Barat

Selain negara-negara yang sudah disebutkan di atas, Wionews menyebutkan jika Iran dan Arab Saudi termasuk negara yang meninggalkan dollar AS.

Usai terkena sanksi AS, Iran meninggalkan dollar saat berdagang dengan Rusia dan China.

Sementara Arab Saudi dan negara anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) beralih menggunakan kontrak Petroyuan daripada Petrodollar dalam bertransaksi minyak.

Baca juga: INFOGRAFIK: Daftar 10 Orang Terkaya di Dunia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi