KOMPAS.com - Unggahan video yang memperlihatkan seorang laki-laki sedang makan sushi menggunakan tangan, lalu mendapat teguran dari seseorang ramai di media sosial.
Video tersebut diunggah oleh akun Instagram @folkshit dan dibagikan kembali oleh akun Twitter ini pada Selasa (9/5/2023).
Dalam unggahan itu, terlihat pengunggah sedang makan sushi menggunakan tangannya.
Kemudian seorang karyawan dari tempat makan tersebut menegur pengunggah dan mengatakan makan sushi harus menggunakan sumpit.
"Bang makan sushi disini nggak boleh pakai tangan, harus pakai sumpit," ucap karyawan dalam cuplikan video.
"Soalnya culture-nya ngikut Jepang disini bang. Kalau di Jepang sana, maka sushi pakai sumpit, jadi di sini ngikutin sana bang," sambungnya.
Hingga Rabu (10/5/2023) siang, unggahan tersebut sudah dilihat sebanyak 3 juta kali dan mendapatkan lebih dari 1.990 komentar dari warganet.
Lantas, benarkah makan sushi harus menggunakan sumpit dan tidak diperbolehkan dengan tangan?
Baca juga: Resesi Seks, Ini Alasan Mengapa Banyak Orang Jepang Memilih untuk Tidak Punya Anak
Penjelasan dosen sastra Jepang
"Jadi sebetulnya makan sushi dengan tangan itu tidak masalah, karena di Jepang sendiri memakan sushi dengan tangan adalah hal biasa," ujarnya kepada Kompas.com, Rabu (10/5/2023).
Menurutnya, makan sushi dengan menggunakan tangan sudah ada sejak lama dan berhubungan dengan sejarah dari sushi itu sendiri.
"Kalau cerita dari cikal bakal sushi akan panjang, jadi saya akan langsung potong saja ke masa kapan sushi mulai dimakan dengan tangan," ungkapnya.
Baca juga: Ramai soal Mobil di Jepang Masuk Rel Kereta Api Stasiun Enoshima, Begini Kronologinya
Awal mula sushi dimakan menggunakan tangan
Inu menjelaskan, awal mula sushi dimakan menggunakan tangan yaitu pada periode Edo, sekitar 1600 sampai dengan 1890 masehi.
Kala itu sedang terjadi pembangunan pesat di Kota Edo (Tokyo saat ini) sehingga pembangunan infrastrusktur, baik bangunan maupun yang lainnya sedang berada pada puncaknya.
"Nah, makanan sushi ini muncul tidak di resotaran mewah seperti yang kita ketahui sekarang ini. Sushi dulunya banyak bermunculan di warung atau kaki lima yang dikenal dengan istilah yatai," jelasnya.
Ia mengatakan, untuk menghemat waktu makan, orang-orang Jepang memilih menggunakan tangan daripada sumpit.
Selain itu, pada saat itu sushi juga memiliki ukuran besar, sekitar 1,5 sampai 2 kali lebih besar dari nigiri sushi yang banyak dikenal saat ini.
"Oleh karena itu, tidak mungkin dimakan dengan sumpit karena ukurannya terlalu besar dan topping-nya bisa jatuh atau terpisah dari nasi," kata Inu.
"Jadi rata-rata memang dimakan langsung dengan tangan," sambungnya.
Baca juga: Siapa Shunsaku Sagami yang Sukses Jadi Triliuner Terbaru Jepang di Usia 32 Tahun?
Tidak boleh memisahkan topping dengan nasi
Sehingga, sushi bisa dimakan dengan lebih praktis dan dalam waktu yang relatif singkat dengan menggunakan tangan.
"Sampai saat ini juga kalau kita makan di restoran sushi, baik yang mewah maupun yang berputar (kaiten sushi), maka kita masih bisa melihat orang Jepang yang makan sushi langsung dengan tangannya," ungkapnya.
Kendati demikian, yang sebenarnya tidak boleh dilakukan adalah memisahkan topping (neta) dengan nasinya. Hal ini akan dianggap tidak menghargai koki pembuat sushi tersebut.
"Mengapa dianggap tidak menghargai? Karena saat membuat sushi, koki-koki sudah benar-benar memperhitungkan kecocokan saat nasi dimakan dengan neta tersebut, termasuk perpaduan wasabi dan lainnya," terang Inu.
Baca juga: Viral Pernikahan Suguhkan Sushi Tei, Bebek Peking hingga Starbucks, Ini Ceritanya...
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.