Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditemukan di Kepri, Apa Itu Demam Babi Afrika?

Baca di App
Lihat Foto
DOKUMENTASI HUMAS KEMENTAN
Kementan Gerap Cepat Desinfeksi Virus Demam Babi Afrika yang Diimpor ke Singapura
|
Editor: Farid Firdaus

KOMPAS.com - Indonesia baru-baru ini telah mengonfirmasi kembali kasus demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) di Pulau Bunan, Provinsi Kepulauan Riau.

Pulau tersebut merupakan pemasok daging babi terbesar di Indonesia.

Kementerian Pertanian pun kini sedang menginvestigasi jalur masuknya ASF di pulau tersebut.

Peternakan babi di pulau tersebut juga telah diuji secara berkala ke Laboaratorium Veteriner Balai Veteriner Bukittinggi, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, seperti apa demam babi Afrika?

Baca juga: Kementan Investigasi Jalur Masuknya Virus Demam Babi di Batam

Tentang demam babi Afrika

Dikutip dari Food and Drug Administratotion AS, demam babi Afrika merupakan penyakit babi yang sangat menular dan mematikan.

Virus ini pertama kali terdeteksi di Afrika Timur pada 1900-an dan menyebar ke Eropa pada akhir 1950-an.

Virus ini dapat menyerang babi, baik di peternakan maupun babi liar.

Disebutkan bahwa virus ini dapat ditularkan dengan mudah melalui kontak langsung dengan cairan tubuh babi yang terinfeksi.

Tak hanya itu, virus ASF juga memiliki ketahanan hidup yang kuat di lingkungan dan cenderung kebal terhadap disinfektan.

Praktik pemberian pakan sisa makanan mentah ke babi juga dapat menularkan virus jika sisa makanan yang diberikan mengandung produk daging babi yang terkontaminasi.

Sejauh ini, ASF telah menyebabkan kerugian babi yang signifikan di seluruh dunia, seperti Afrika sub-Sahara, Cina, Mongolia, Vietnam, serta di beberapa bagian Uni Eropa.

Untungnya, ASF tidak dapat ditularkan dari babi ke manusia, baik kontak langsung maupun memakan daging babi yang terinfeksi.

Baca juga: Kementan Pastikan Virus Demam Babi Afrika Tidak Menular ke Manusia

Gejala ASF

Dikutip dari American Society for Microbiology, ASF dapat menimbulkan beberapa gejala akut hingga kronis, tergantung pada virulensi strain yang menyebabkan infeksi dan status kekebalan babi.

Dalam kasus penyakit akut, yang disebabkan oleh strain yang sangat ganas, babi biasanya mati dalam waktu 4-20 hari setelah infeksi.

Tingkat kematiannya pun sangat tinggi, yakni 95-100 persen.

Gejalanya meliputi demam, diikuti hilangnya nafsu makan, depresi, perdarahan yang menyebabkan kulit menghitam dan batuk.

Strain yang kurang ganas dapat menyebabkan penyakit kronis, dengan gejala meliputi penurunan pertumbuhan, lesi kulit, pembengkakan, dan infeksi sekunder.

Tingkat kematian biasanya lebih rendah dalam kasus seperti itu (30-70 persen).

Populasi babi hutan dan babi liar biasanya memiliki infeksi tanpa gejala, menjadikannya sebagai reservoir liar virus.

Baca juga: Mengapa Jantung Babi Dipilih untuk Transplantasi ke Manusia?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi