Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gejala Sifilis, Infeksi Menular Seksual yang Mulai Marak di Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
Freepik / photohobo
Gejala sifilis.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Kasus sifilis, salah satu infeksi menular seksual (IMS), terpantau mengalami peningkatan dalam kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia. 

Dikutip dari Siloam Hospital, sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual atau IMS yang disebabkan oleh infeksi bakteri.

Umumnya, sifilis diawali dengan luka di sekitar alat kelamin, dubur, ataupun mulut. Awal kemunculan luka tersebut cenderung tidak disertai dengan rasa nyeri.

Karena lukanya tidak terasa nyeri, penderita sifilis kadang tidak langsung menyadari bahwa dia terinfeksi. Walau begitu, penderita sifilis tersebut tetap bisa menularkan infeksinya ke orang lain.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apabila tidak segera ditangani, sifilis berisiko menyebabkan komplikasi penyakit lain, seperti kerusakan jantung, tumor, infeksi HIV, dan gangguan kehamilan serta persalinan bagi ibu hamil.

Kasus sifilis terus melonjak di Indonesia

Dikutip dari pemberitaan Kompas TV, Rabu (10/5/2023), penyakit sifilis atau raja singa meningkat dari 12.000 kasus menjadi hampir 21.000 kasus.

Bahkan, menurut Kementerian Kesehatan RI, rata-rata penambahan kasus setiap tahunnya mencapai 17.000 hingga 21.000 kasus.

Tren penderitanya mulai marak dan kasusnya terus meningkat drastis, lantas apa saja gejala sifilis yang perlu diperhatian?

Baca juga: Benarkah Banyak Bekas Luka di Lengan Termasuk Gejala Sifilis?

Gejala sifilis stadium awal atau primer

Spesialis Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman, dr Ismiralda Oke Putranti menjelaskan, sifilis adalah salah satu bentuk penyakit infeksi menular seksual.

Penyakit ini dapat terjadi pada orang dewasa maupun janin dan bayi melalui tali pusar ibu yang mengidap sifilis.

Bukan hanya perilaku seksual tidak sehat, sifilis juga dapat menular melalui transfusi darah.

"Terkait dengan gejala klinis sifilis bermanifestasi dalam beberapa stadium," kata dia, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (11/5/2023).

Pertama, pada stadium awal atau primer, penderita akan mengalami gejala sifilis berupa:

"Karena tidak nyeri, pada stadium ini sering tidak terdeteksi dan akhirnya luka itu hilang sendiri dan berlanjut ke stadium dua atau sekunder," terang Oke.

 

Gejala sekunder

Selanjutnya, pada stadium dua atau sekunder, kerap disebut sebagai penyakit seribu wajah atau the great imitator.

Sebab, menurut Oke, gejala sifilis yang menyerang pada kulit dapat menyerupai penyakit-penyakit lain.

Namun, pada stadium sekunder, selalu disertai dengan pembesaran kelenjar getah bening generalisata.

Pembesaran kelenjar getah bening ini dapat terjadi pada ketiak, selangkangan, leher, dada, bahkan perut.

"Penyakit stadium ini bisa mengenai kulit, mukosa, kelenjar getah bening, dan organ seperti tulang," ungkap Oke.

Baca juga: Ramai soal Ajakan Tes HIV, Bagaimana Cara, Biaya, serta Berapa Kali Harus Rutin Tes?

Gejala sekunder pada kulit dan gejala tersier

Oke menuturkan, gejala klinis sifilis pada kulit terbagi dalam bentuk makulopapuler berwarna merah tembaga atau kerap disebut roseola sifilitika.

Lesi tersebut dapat terlihat di telapak tangan maupun telapak kaki.

Bukan hanya itu, penderita sifilis juga dapat mengalami gejala pada kulit lain yang mirip panu, yakni bercak-bercak putih di hampir seluruh badan atau disebut leukoderma sifilitika.

"Ada juga timbul jaringan kulit yang tumbuh sebagai kutil di kemaluan yang datar dan berwana merah muda dan besar, disebut dengan kondiloma lata," ujarnya.

Selain itu, bentuk masalah kulit lain, termasuk timbul lepuh-lepuh yang disebut sebagai pemfigus sifilitika.

Gejala juga dapa menyerang mukosa atau lapisan kulit dalam, sehingga tampak bercak-bercak putih keabu-abuan yang disebut mucous patch.

"Bisa disertai kebotakan pada rambut kepala seperti gigitan ngengat (moth eaten alopecia). dan masih banyak bentuk klinis lainnya," terang Oke.

Dia menegaskan, sifilis stadium sekunder dapat hilang dengan sendirinya dan berlanjut ke stadium lanjut atau tersier.

Pada stadium tersier, infeksi menular seksual ini bisa menyerang organ tubuh, terutama otak dan jantung.

Baca juga: Kasusnya Terus Meningkat, Kenali Gejala dan Pencegahan HIV dan Sifilis

Faktor risiko sifilis

Dosen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin ini mengungkapkan, sifilis utamanya menyerang orang-orang yang berisiko tinggi terkena infeksi menular seksual.

Orang-orang tersebut, antara lain:

  • Kontak seks usia dini atau sebelum menikah
  • Memiliki pasangan seksual lebih dari satu, baik hetero maupun homo seksual
  • Perilaku seksual bebas tanpa menggunakan pengaman
  • Pasangan yang memiliki infeksi menular seksual dalam 1 bulan terakhir.

"Bila merasa berisiko terkena infeksi menular seksual, segera periksa ke dokter Sp.KK/Sp.DV untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan yang baik," tandasnya.

Nah, itulah gejala penyakit sifilis yang kasusnya mengalami peningkatan dalam kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi