Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mitigasi Sebelum dan Saat Terjadi Gempa Bumi

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi gempa - Gempa magnitudo 5,2 mengguncang Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan daerah lainnya pada Jumat (17/3/2023).
|
Editor: Farid Firdaus

KOMPAS.com – Indonesia sering dilanda gempa bumi dengan besaran magnitudo berbeda-beda.

Terbaru, gempa bumi dengan magnitudo 4,5 terjadi di laut tenggara Cilacap pada Jumat (12/5/2023).

“Hari Jum’at, 12 Mei 2023 pukul 04.56.39 WIB wilayah Cilacap, Jawa Tengah diguncang gempa bumi tektonik,” ungkap Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono kepada Kompas.com, Jumat (11/5/2023).

“Memiliki parameter dengan magnitudo 4,5 dengan episenter berlokasi di laut pada jarak 76 Km tenggara Cilacap, Jawa Tengah, pada kedalaman 15 Km,” sambungnya.

Sebelumnya, terjadi gempa dengan magnitudo 5,7 di wilayah Nias Selatan, Sumatera Utara pada Kamis (11/5/2023).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daryono mengatakan, Indonesia sering dilanda gempa dikarenakan posisinya berada di pertemuan antarlempeng tektonik.

“(Sering gempa) karena pertemuan empat lempeng tektonik aktif dunia, yakni Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia atau Sunda, dan Lempeng Laut Filipina,” katanya.

Lempeng-lempeng tersebut bergerak yang kemudian terjadinya tabrakan antarlempeng.

Daryono menjelaskan, setidaknya terdapat 13 segmen (bagian-bagian jalur) sumber gempa megathrust atau gempa yang sangat besar di pertemuan antarlempeng.

“Juga mempunyai 295 lempeng sesar aktif, dan masih banyak jalur sesar aktif yang belum terpetakan,” tuturnya.

Oleh karena itu, perlu tindakan mitigasi untuk mencegah jatuhnya korban jiwa karena gempa bumi.

Baca juga: Terjadi 1.054 Kali Selama Maret 2023, Kenapa Indonesia Sering Dilanda Gempa?

Lantas, bagaimana mitigasi gempa bumi yang perlu dilakukan?

Mitigasi sebelum gempa bumi

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari menjelaskan, mitigasi utama yakni mitigasi struktural pada bangunan.

“Mitigasi gempa paling dominan adalah mitigasi struktural, yaitu penguatan struktur bangunan agar tahan gempa,” ucap Abdul kepada Kompas.com, Jumat (12/5/2023).

Abdul menjelaskan, mitigasi struktural bangunan adalah kunci penting dalam meminimalkan potensi korban jiwa akibat gempa.

“Karena pada dasarnya bukan gempa yang membunuh, tetapi bangunan yang rubuh akibat gempa,” jelasnya.

Baca juga: Penjelasan Mengapa Gempa Tuban Justru Dirasakan di Wilayah yang Jauh

Ia mengungkapkan, Indonesia sudah mempunyai Standar Nasional Indonesia (SNI) bangunan tahan gempa.

“Setiap kita seharusnya wajib untuk mengacu ke dokumen tersebut ketika membangun bangunan atau aset pribadi maupun aset kolektif,” ungkapnya.

Jika bangunan tidak tahan gempa, maka disarankan oleh Abdul untuk melakukan retrofitting atau penguatan struktur bangunan secara mandiri.

“Caranya sudah banyak tersedia di internet. BNPB juga sudah sangat sering mensosialiskan metode penguatan bangunan tahan gempa yang berbiaya murah,” katanya.

Jika retrofitting tidak bisa untuk dilakukan, maka bisa memastikan jalur keluar rumah bersih dari potensi rubuhan perabot yang besar seperti lemari, lampu gantung yang besar, dan sebagainya.

“Juga dengan mengenali lokasi bangunan berada dan jalur evakuasi yang ada,” ujar Abdul.

Baca juga: BMKG Soroti soal Potensi Gempa Sesar Cimandiri dan Lembang, Apa Itu?

Mitigasi saat gempa bumi

Abdul menuturkan, jika terjadi gempa, maka segera berlari keluar bangunan menuju tanah lapang.

“Segera berlari menuju tanah lapang agar tidak tertimpa reruntuhan bangunan jika rubuh,” ujarnya.

Jika seseorang berada di lantai dua ke atas di sebuah gedung saat terjadi gempa, sebaiknya gunakan tangga darurat untuk turun dan keluar dari gedung.

“Keluar bangunan melalui tangga darurat, jangan pakai lift karena bisa saja listrik mati karena gempa,” tutur Abdul.

Jika guncangan gempa sangat kuat dan tidak memungkinkan untuk lari, Abdul menyarankan untuk berlindung di bawah meja yang cukup kuat.

“Jangan meja kaca, meja cukup kuat agar terlindung dari palfon atau runtuhan yang jatuh. Berlindung sampai guncangan mereda,” jelasnya.

Kemudian ketika guncangan gempa bumi sudah mereda, segera untuk lari keluar bangunan.

Baca juga: Cerita Pengunggah Foto Awan Menjulur di Langit Prambanan: Trauma Dulu Sebelum Gempa Jogja 2006

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi