Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hujan Abadi di Mawsynram, Daerah Paling Basah di Dunia

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/AUTSAWIN UTTISIN
Ilustrasi hujan, atap rumah terpapar hujan.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Bertengger di ketinggian 1.400 meter di atas punggung perbukitan Khasi timur, India, desa Mawsynram disebut sebagai daerah paling basah di dunia.

Desa tersebut memiliki curah hujan rata-rata 11.862 mm setiap tahunnya.

Sebagai perbandingan, rata-rata curah hujan di Indonesia mencapai 2.702 mm per tahun.

Mawsynram menjadi terkenal setelah pola cuacanya yang unik dan menarik minat para ahli meteorologi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dikutip dari The Atlantic, curah hujan tinggi disebabkan oleh arus udara musim panas yang menyapu dataran banjir beruap di Bangladesh.

Hal ini menyebabkan penumpukan kelembapan saat bergerak ke utara.

Baca juga: Indonesia Jadi Pemasok Minyak Nabati Terbesar ke India, Lewati Malaysia

Ketika awan yang dihasilkan menghantam perbukitan curam Meghalaya, mereka "diperas" melalui celah yang menyempit di atmosfer dan dikompresi hingga tidak dapat lagi menahan kelembapannya, menyebabkan hujan yang hampir konstan di desa itu.

Menyusul pengakuan internasional itu, desa tersebut berangsur-angsur berubah menjadi tempat wisata yang banyak dikunjungi para pelancong.

Saat menuju ke Mawsynram, Anda akan disambut dengan lapisan kabut tebal yang mengurangi jarak pandang secara cepat, bahkan hanya 10 meter, dikutip dari Outlook India.

Anda kemudian akan melewati jalanan berliku di sepanjang sisi bukit yang curam dan disambut dengan hujan ringan atau lebat, tergantung dari musim yang tengah berjalan.

Saat melakukan perjalanan menuju Mawsynram, Anda akan melihat para petani mengenakan tameng hujan tradisional yang dikenal sebagai knup, saat merawat ladang mereka.

Baca juga: Wanita Disengat Kalajengking dalam Penerbangan Air India

Terbuat dari bambu dan daun pisang, tameng berbentuk tempurung penyu ini tidak hanya memberikan perlindungan seluruh tubuh, tetapi juga mampu menahan hujan lebat disertai angin kencang, ciri khas daerah tersebut.

Terdiri dari 100 rumah tangga, desa kecil itu sendiri hanya membutuhkan penjelajahan selama satu hari.

Namun disarankan, pengunjung bisa menginap paling tidak satu malam untuk menikmati kehidupan lokalnya.

Malam hari di Mawsynram adalah momen menyenangkan bersama penduduk desa yang diisi dengan berkumpul di lapangan untuk menonton pertandingan sepak bola.

Tidak jauh dari pusat desa, terletak Gereja Presbiterian yang memiliki eksterior megah.

Hari pasar tidak boleh dilewatkan di sini, karena acara itu menawarkan pengalaman indrawi, dengan deretan kios pinggir jalan yang menjual banyak buah, sayuran, daging segar, bunga eksotis, dan rempah-rempah.

Di hari pasar ini pengunjung juga bisa menjajal pusaw, makanan khas desa, yaitu kue beras kukus yang diberi taburan parutan jeruk.

Kudapan ini biasanya tersaji bersama sha saw, teh merah panas yang bisa menghangatkan tubuh dari derasnya hujan Mawsynram yang tidak berjeda.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi