Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Naik Pesawat Bisa Menyebabkan Gangguan Pendengaran? Ini Penjelasan Dokter THT

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Creative Cat Studio
Apakah naik pesawat bisa menyebabkan telinga tuli?
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Boy William baru-baru ini mengungkapkan kondisinya yang mengalami gangguan pendengaran pada telinga kirinya di acara Cochlear di kawasan Lebak Bulus, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (13/5/2023).

Boy mengaku bahwa kondisi tersebut sudah ia alami sejak kecil. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa telinga kiri tersebut sama sekali tidak bisa untuk mendengar alias tuli.

Kemudian, Boy menyebutkan dua kemungkinan yang menyebabkan telinga kirinya tersebut tidak bisa mendengar sejak kecil.

"Ada beberapa kemungkinan, pertama aku katanya pas bayi diajak naik pesawat, tahu kan naik pesawat dengung kupingnya," kata Boy dikutip dari Kompas.com, Sabtu (13/5/2023).

"Yang kedua, bilangnya ada yang dari lahir. Cuman itu dia, dulu orangtua enggak tahu," sambungnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Boy tidak langsung mendapatkan penanganan, semua baru mengetahuinya ketika Boy berusia 5 tahun.

Lantas, benarkah naik pesawat bisa menyebabkan tuli atau mengalami gangguan pendengaran?

Baca juga: Mengorek Kuping dengan Cotton Bud Bisa Batalkan Puasa? Ini Kata MUI


Penjelasan dokter THT

Dokter spesialis THT, bedah kepala, dan leher sekaligus dosen Fakultas Kedokteran di Universitas Airlangga (FK Unair) Achmad Chusnu Romdhoni menyampaikan, bahwa naik pesawat terkadang memang bisa menyebabkan gangguan pendengaran pada seseorang.

Hal ini karena ketika naik pesawat, akan terjadi perubahan tekanan tinggi (di tanah) menuju tekanan rendah (di udara) yang kemudian tekanan udara akan kembali naik saat pesawat akan landing (mendarat).

"Sementara itu, penyesuaian tekanan di dalam telinga tengah dengan udara di luar dilakukan oleh tuba eustachius, yaitu saluran yang menghubungkan hidung dengan telinga tengah," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Senin (15/5/2023).

"Apabila dalam penyesuaian tekanan telinga bermasalah, maka itu dapat menyumbat tuba eustachius," sambungnya.

Lebih lanjut, Achmad menyebutkan gangguan pendengaran (bindeng) terjadi saat seseorang mengalami gangguan penyesuaian tekanan oleh tuba eustachius yang gagal.

Hal ini bisa disebabkan oleh:

"Namun, pada anak-anak, selain pilek terkadang juga karena ada adenoid (amandel di hidung bagian belakang) yang membesar dan akhirnya menyumbat adenoid," jelasnya.

Baca juga: Ramai soal Stroke Telinga, Benarkah Itu Ada? Ini Penjelasan Dokter

Biasanya terjadi pada orang-orang tertentu

Senada, dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) di RS Columbia Asia (RSCA) Prof Delfitri Munir menyampaikan, bahwa naik pesawat memang bisa menyebabkan gangguan di telinga.

Khususnya itu terjadi ketika pesawat akan mendarat atau mengurangi ketinggiannya.

"Selain itu, gangguan pendengaran ini biasanya juga terjadi pada orang-orang yang memang sudah memiliki gangguan pendengaran atau telinganya memang sudah ada masalah sebelumnya," ujarnya terpisah kepada Kompas.com.

Ia menyebutkan, gangguan pendengaran itu terjadi pada orang yang memang memiliki infeksi pada hidungnya.

Infeksi pada hidung dapat menyebabkan penyempitan dari saluran yang disebut dengan tuba, yang terletak antara tenggorokan bagian belakang dengan telinga.

"Ketika pesawat akan turun itu akan terjadi perubahan tekanan udara, maka hal tersebut bisa menyebabkan tuba itu tersumbat," ungkapnya.

"Kalau tubanya tersumbat, maka secara otomatis seseorang akan mengalami gangguan pendengaran," sambungnya.

Kendati demikian, Delfitri juga mengungkapkan apabila sumbatan yang terjadi tidak cukup parah, maka beberapa saat setelah pesawat mendarat pendengarannya bisa kembali normal.

Namun, terkadang pada orang-orang yang memiliki gangguan hidung yang cukup parah seperti sinusitis, terutama pada anak-anak, maka gangguan pendengaran tersebut bisa lama terjadinya, bahkan hingga satu hari.

Apabila mengalami hal tersebut, maka diperlukan pengobatan.

Baca juga: Suara NCTzen di Konser NCT Dream Tembus 90 Desibel, Apa Dampaknya bagi Telinga?

Cara pencegahan 

Lebih lanjut Delfitri menganjurkan, terutama pada anak-anak yang sedang flu atau pilek, setidaknya 30 menit sebelum pesawat mendarat diberikan tetes hidung.

Fungsinya agar tuba di saluran telinga bisa terbuka dan tidak mengalami sumbatan ketika pesawat mendarat.

"Caranya, anak bisa diposisikan tidur lalu ditetesi pada hidung kiri, lalu suruh anak untuk miring ke kiri. Dan begitu juga pada bagian kanan," kata dia.

"Ini karena tetes hidung dapat mempelebar saluran tuba, sehingga tidak terjadi penutupan tuba ketika pesawat berubah ketinggian atau landing," pungkasnya.

Sementara itu, bagi orang dewasa mereka bisa mengunyah permen karet atau minum air pada saat pesawat akan mendarat.

Hal ini bertujuan untuk membuka blokade (menutupnya) tuba.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi