Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bergabung sejak: 15 Feb 2022

Silvanus Alvin adalah dosen di Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan penulis buku Komunikasi Politik di Era Digital: dari Big Data, Influencer Relations & Kekuatan Selebriti, Hingga Politik Tawa.

Pers Vs Influencer: Siapa Paling Berpengaruh di Pemilu 2024?

Baca di App
Lihat Foto
canva.com
Ilustrasi media massa. Pengaruh media massa dalam kehidupan manusia bisa bersifat positif dan negatif.
Editor: Egidius Patnistik

PEMILU (pemilihan umum) merupakan momen penting dalam sistem demokrasi di mana masyarakat memiliki kesempatan untuk memilih wakil mereka dalam pemerintahan. Dalam konteks pemilu dan dalam kaitan dengan komunikasi politik, pers memainkan peran sentral serta krusial dalam menyampaikan informasi, memengaruhi opini publik, dan membentuk iklim politik yang sehat.

Pada Pemilu 2024, pers diharapkan memiliki peran yang lebih signifikan dalam menghubungkan kandidat dengan pemilih. Namun, perlu diperhatikan bahwa dalam era digital saat ini, para influencer juga menjadi opinion maker yang memiliki pengaruh kuat terhadap keputusan publik.

Baik pers maupun influencer, akan saling ‘berebut pengaruh’. Dalam konteks ini, maka penting untuk ditelaah secara mendalam. Pertama-tama, peran pers dalam komunikasi politik Pemilu 2024 sangatlah penting.

Baca juga: Industri Konten Palsu Ancam Kebebasan Pers

Pers berfungsi sebagai jembatan utama antara kandidat dan pemilih. Melalui berbagai saluran informasi seperti pers (surat kabar, televisi, radio, dan platform online) menyampaikan berita, wawancara, debat, dan pemetaan kebijakan dari kandidat. Dengan memberikan cakupan yang luas dan mendalam, pers memungkinkan pemilih untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang visi, platform, dan kebijakan kandidat yang bersaing.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak lupa, pers juga sejatinya dapat menghidupkan kembali roh watchdog, melalui laporan investigasi. Melalui investigasi, pers juga memiliki kekuatan untuk mengungkap skandal politik, korupsi, atau ketidakjujuran yang dapat memengaruhi opini publik dan memengaruhi pemilih dalam memilih calon yang tepat.

Kedua, pers memiliki peran sebagai pengawas dan penjaga demokrasi. Fakta dan verifikasi harus menjadi dua elemen utama yang menjadi napas dari pers. Keduanya sangatlah penting di era pasca-kebenaran di mana misinformasi maupun disinformasi mengancam

Pers wajib serta bertanggung jawab untuk memeriksa klaim-klaim yang dibuat oleh kandidat. Di saat bersamaan, penyajian berita harus berisi fakta-fakta yang dapat membantu pemilih dalam membuat keputusan yang cerdas.

Dalam pemilu yang kompetitif, pers dapat berfungsi sebagai forum debat yang adil dan seimbang, di mana para kandidat dapat saling berhadapan dan mengemukakan argumen mereka secara langsung kepada pemilih. Dengan melakukan tinjauan mendalam terhadap kebijakan dan rencana calon, pers membantu masyarakat untuk mengevaluasi calon berdasarkan substansi dan kemampuan mereka dalam memimpin. Kedua hal di atas menjadi keniscayaan.

Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi influencer
Pengaruh Influencer dalam Pemilu

Dalam era digital yang semakin maju, peran pers dalam komunikasi politik tidak lagi menjadi satu-satunya sumber informasi. Para influencer, terutama di media sosial, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap opini publik.

Mereka yang disebut influencer pada umumnya memiliki basis pengikut yang besar dan didukung oleh loyalitas yang kuat dari pengikut mereka. Para influencer ini dapat memainkan peran sebagai opinion maker dengan menyampaikan pendapat, membagikan informasi, atau merekomendasikan kandidat tertentu kepada pengikut mereka.

Dalam beberapa kasus, para influencer bahkan dianggap memiliki kekuatan yang lebih besar dalam memengaruhi keputusan publik dibandingkan dengan pers tradisional. Hal Ini disebabkan oleh alasan-alasan tertentu.

Baca juga: Hari Kebebasan Pers Sedunia 2023: Tema Tahun Ini dan Sejarahnya

Pertama, para influencer memiliki hubungan yang lebih dekat dengan pengikut mereka. Mereka sering kali membangun hubungan personal dan interaktif dengan pengikut mereka melalui komentar, pesan langsung, atau siaran langsung. Hal ini menciptakan rasa kepercayaan dan keintiman yang membuat pengikut lebih cenderung menerima dan mempercayai pendapat atau rekomendasi yang disampaikan oleh influencer.

Kedua, influencer seringkali memiliki reputasi dan kepribadian yang menarik serta pengetahuan yang spesifik di bidang tertentu. Mereka membangun audiens dengan minat yang sama, dan pengikut cenderung memandang mereka sebagai otoritas atau ahli dalam bidang tersebut.

Akibatnya, ketika influencer menyampaikan pesan politik, itu dapat memengaruhi pengikut mereka dengan lebih kuat karena dianggap sebagai saran yang terpercaya dan kompeten.

Ketiga, influencer mampu mengangkat satu isu dan mendapat sorotan publik secara luas. Kemampuan untuk viral yang dimiliki influencer dipengaruhi oleh algoritma dan fitur-fitur platform media sosial.

Algoritma media sosial cenderung memprioritaskan konten yang mendapatkan banyak interaksi, seperti suka, komentar, dan bagikan. Ketika influencer memposting tentang suatu isu yang menarik perhatian pengikut, hal itu cenderung muncul di feed pengikut lainnya, meningkatkan eksposur isu tersebut.

Selain itu, fitur-fitur seperti tagar (hashtag) dan trending topic juga memungkinkan influencer untuk menghubungkan isu yang mereka angkat dengan pembicaraan yang sedang viral di media sosial, meningkatkan jangkauan dan sorotan publik secara luas.

Kritik pada Influencer

Perlu diingat bahwa pengaruh influencer juga memiliki risiko. Influencer kerap dicap kurang transparansi terkait afiliasi politik mereka. Terbuka sekali kemungkinan influencer menerima bayaran atau dukungan dari kandidat atau partai politik tertentu tanpa mengungkapkannya secara jelas kepada pengikut mereka. Hal ini dapat menyesatkan pemilih dan merusak integritas informasi yang disampaikan.

Kemudian, beberapa influencer tidak melakukan verifikasi yang memadai terhadap informasi yang mereka sebarkan. Dalam upaya mendapatkan perhatian atau mendukung agenda tertentu, mereka mungkin menyebarkan klaim yang tidak berdasar atau bahkan informasi palsu.

Hal ini dapat memengaruhi pemilih dengan cara yang negatif dan merusak proses demokrasi. Berbeda dengan pers, di mana melaporkan kebenaran menjadi napas keseharian kerja mereka.

Kurangnya pemahaman politik yang mendalam juga menjadi salah satu factor yang patut diwaspadai. Banyak influencer, terutama yang terkenal di media sosial, mungkin memiliki pengaruh yang kuat, tetapi tidak memiliki pemahaman yang mendalam tentang isu-isu politik dan kebijakan yang kompleks. Hal ini dapat mengarah pada penyampaian informasi yang dangkal atau tidak akurat kepada pengikut mereka.

Selanjutnya, poin penting yang patut diperhatikan perihal influencer yang terjun ke panggung politik 2024 adalah pengaruh yang hanya berdasarkan popularitas daripada substansi. Tidak dapat dipungkiri influencer punya basis massa besar. Bahkan sejumlah penelitian, melihat bahwa para influencer ini ‘didewakan’ pengikutnya. Bahwa apapun yang disampaikan dianggap benar.

Tentunya, hal ini berpotensi mengarah pada pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak relevan, seperti popularitas atau kesukaan personal.

Kritik terhadap influencer yang terutama adalah ketidakhadiran tanggung jawab etis. Terdapat potensi influencer mengabaikan tanggung jawab etis yang terkait dengan peran mereka sebagai opinion maker dalam pemilu.

Baca juga: Influencer AS Ramai-ramai Didakwa Kasus Penipuan Sekuritas

Mereka mungkin tidak mempertimbangkan implikasi jangka panjang dari pesan yang mereka sampaikan atau efeknya terhadap proses demokrasi. Hal ini dapat membahayakan integritas proses pemilihan dan mendorong pengambilan keputusan yang tidak berdasar.

Di sinilah yang menjadi nilai pembeda dan yang dapat menentukan nasib pers mendatang. Pers wajib memberi berita berkualitas, dari segi validitas fakta hingga segi pengemasan konten. Memilah informasi yang berkualitas dan tidak, jangan dibebankan pada publik. Hal itu ada di sisi pers.

Publik dengan segala level kesibukannya, harus bisa mendapat informasi berkualitas yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan politik.

Secara keseluruhan, pers masih memainkan peran sentral dalam komunikasi politik pada Pemilu 2024. Mereka berfungsi sebagai penjaga demokrasi, pengawas kebijakan, dan penyedia informasi yang obyektif bagi masyarakat. Namun, dalam era digital yang semakin kompleks, pengaruh influencer juga perlu diperhitungkan.

Para influencer dapat menjadi opinion maker yang memiliki pengaruh yang signifikan dalam membentuk opini dan keputusan publik.

Siapa Paling Berpengaruh?

Kembali ke pertanyaan di judul tulisan ini, siapa yang paling berpengaruh? Jawabannya tergantung. Bila pers memberikan informasi berkualitas dengan format penyajian yang sesuai dengan kemauan khalayak, pers tidak akan ditinggalkan.

Saya jadi ingat percakapan saya dengan Wakil Rektor Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Andrey Andoko. Isi percakapan informal itu rasanya relevan sekali dengan kondisi saat ini. Andrey kurang lebih mengatakan bahwa dinding pertahanan terakhir pers adalah kekuatannya untuk mempersuasi. Kalau publik sudah tidak terpersuasi, maka pers bisa ditinggalkan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi