Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Cara Sebuah Negara Menentukan Ibu Kotanya?

Baca di App
Komentar Lihat Foto
Freepik/lifeforstock
ilustrasi Ibu Kota Singapura.
|
Editor: Muhammad Zaenuddin

KOMPAS.com - Ibu kota secara sederhana dapat didefinisikan sebagai kota yang menjadi pusat pemerintahan dari suatu negara.

Ibu kota suatu negara menjadi simbol penting kebangsaan sekaligus akan mewakili negaranya ketika tampil di kancah dunia.

Baca juga: Daftar Negara dengan Paspor Terkuat di Dunia, Mana Saja?


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dikutip dari National Geographic, ibu kota adalah kota tempat pemerintahan suatu wilayah berada. Tidak hanya satu, di beberapa negara, bisa memiliki lebih dari satu ibu kota.

Misalnya, Santiago adalah ibu kota Chili tetapi Kongres Nasional Chili berlokasi di Valparaso.

Di Tanzania, Dar es Salaam adalah ibu kota resmi, tetapi sebagian besar pemerintahan terletak di Dodom.

Ibu kota juga sering kali menjadi pusat bisnis, budaya, dan populasi suatu negara. Bahkan mereka sering kali merupakan pusat sejarah perdagangan, komunikasi, dan transportasi.

Baca juga: 7 Resep Kopi Unik di Berbagai Negara, Ada Es Kopi Alpukat Indonesia

Namun, bagaimana cara sebuah negara menentukan ibu kotanya?

Faktor yang menentukan sebuah ibu kota

Dilansir Britannica, berikut beberapa faktor yang umumnya dipertimbangkan ketika sebuah negara menentukan ibu kotanya:

1. Lokasi

Banyak negara yang memilih ibu kota pusat secara geografis untuk menekankan pemerataan pemerintahan mereka. Artinya lokasi ibu kota tidak cenderung atau tampak bias terhadap satu wilayah atau lainnya.

Madrid, misalnya, terletak hampir persis di tengah Spanyol, dan ketika Nigeria memutuskan untuk membangun ibu kota baru, Abuja, di tengah negaranya, yang secara resmi menjadi ibu kota pada tahun 1991.

Baca juga: Ibu Kota Negara yang Baru dan Imajinasi Sosiologis

2. Populasi

Populasi juga menjadi perhatian utama ketika sebuah negara memilih ibu kota, terutama ketika memiliki kota yang sudah ada, dibanding membangun ulang.

Ibu kota seringkali merupakan kota terpadat di suatu negara. Misalnya Seoul di Korea Selatan, hampir menampung 20 persen penduduk negara itu.

Lima di Peru dan Santiago, Chili, masing-masing adalah tempat bagi sekitar seperempat dari populasi negara mereka.

Faktanya, ketika dipilih sebagai ibu kota, ketiga kota tersebut adalah pusat populasi utama negaranya, meskipun persentasenya lebih kecil dari hari ini.

Baca juga: Provinsi Papua Barat Daya: Ibu Kota, Luas Wilayah, dan Sejarahnya

3. Kompromi politik

Ibu kota juga bisa menjadi tanda kompromi politik, sebagaimana yang terjadi di Amerika Serikat (AS).

Awalnya, anggota Kongres mengusulkan agar ibu kota negara berada di Pennsylvania, di Lancaster atau Germantown, kemudian sebuah wilayah di luar Philadelphia.

Tetapi rencana politik menghentikannya, dan ibu kota Amerika Serikat akhirnya pindah ke wilayah di Virginia dan Maryland, yang saat ini menjadi Washington, DC

Baca juga: Dipindah, Ini 5 Keunggulan Kalimantan Timur sebagai Ibu Kota Baru

4. Lebih dari satu ibu kota

Terakhir, tidak semua negara menganut gagasan bahwa hanya boleh ada satu ibu kota negara.

Bolivia yang memiliki dua ibu kota, misalnya, La Paz menjadi ibukota administratif dan Sucre sebagai ibukota konstitusionalnya.

Selain itu, Afrika Selatan bahkan memiliki tiga ibu kota. Kursi administratifnya berada di Pretoria, kursi legislatifnya di Cape Town, dan kursi yudisialnya berada di Bloemfontein.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi