Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suhu Global Akan Naik Melebihi Ambang Krisis 1,5 Derajat Celsius dalam 5 Tahun Mendatang, Apa Dampaknya?

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Shutterstock/Nexus 7
Ilustrasi pemanasan global.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memprediksi akan terjadi kenaikan suhu global yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam 5 tahun ke depan di beberapa titik di seluruh dunia.

Menurut laporan dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) PBB yang dikeluarkan pada Rabu (17/5/2023), ada 66 persen kemungkinan bahwa suhu permukaan global rata-rata tahunan akan menembus ambang kenaikan 1,5 derajat celsius di atas tingkat pra-industri (1850-1900.

Kenaikan suhu global ini tercatat akan menjadi pertama kalinya dalam sejarah manusia.

PBB memperingatkan, kenaikan suhu global ini bisa berdampak luas bagi kesehatan, pangan, serta pengelolaan lingkungan dan air.

Baca juga: DIY Diguyur Hujan Deras Beberapa Hari Terakhir Usai Suhu Tinggi, Ini Penyebabnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Risiko suhu global di ambang batas 1,5 derajat celsius

Dilansir dari Live Science, para ilmuwan telah memperingatkan, ketika suhu global melewati ambang batas 1,5 derajat celsius maka sangat meningkatkan risiko dalam menghadapi titik kritis yang dapat menyebabkan kerusakan iklim di bumi.

Beberapa kerusakan yang mungkin terjadi, seperti runtuhnya lapisan es Greenland dan Antartika Barat, gelombang panas ekstrem, kekeringan parah, tekanan air, dan cuaca ekstrem di sebagian besar dunia.

Sekitar 200 negara telah berjanji untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat celsius atau di bawahnya dalam Perjanjian Paris 2015.

Namun, sekarang batas itu kemungkinan akan dilanggar untuk pertama kalinya.

"El Nino yang memanas diperkirakan akan berkembang dalam beberapa bulan mendatang dan ini akan digabungkan dengan perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia untuk mendorong suhu global ke wilayah yang belum dipetakan," kata Petteri Taalas, Sekretaris Jenderal WMO.

"Ini akan memiliki dampak yang luas bagi kesehatan, keamanan pangan, pengelolaan air, dan lingkungan. Kita harus siap," sambungnya.

Baca juga: Mengenal Apa Itu El Nino dan Dampaknya bagi Bumi

El Nino dapat memengaruhi iklim di dunia

El Nino terjadi ketika angin pasat yang biasanya mendorong air hangat ke arah barat melintasi Samudra Pasifik dari Amerika Selatan ke Asia melemah.

Sehingga, ini sangat memengaruhi pola iklim di seluruh dunia dan membuat Amerika Selatan lebih basah, dan kekeringan (terkadang kelaparan) di daerah-daerah seperti Australia, Indonesia, China utara, dan Brasil timur laut.

Di AS, El Nino cenderung membuat wilayah utara lebih hangat dan kering, dan membuat wilayah selatan cenderung lebih basah.

Selain itu, karena menyebabkan air yang lebih hangat menyebar lebih jauh dan tetap berada di dekat permukaan laut, itu juga dapat memicu panas pada atmosfer di seluruh dunia.

Baca juga: Kapan Puncak dan Berakhirnya Suhu Panas di Indonesia? Ini Kata BMKG

Lima tahun ke depan akan jadi periode suhu terpanas

Dalam laporan WMO terbaru yang mencakup 2023 hingga 2027, dikatakan ada 98 persen kemungkinan bahwa suhu global pada lima tahun ke depan akan menjadi yang terpanas yang pernah ada dan melebihi rekor kenaikan suhu 2,3 F (1,28 C) pada 2016.

Prosentase kemungkinan kenaikan suhu menembus 1,5 derajat celsius adalah mendekati nol pada 2015, naik menjadi 48 persen pada 2022, dan sekarang naik menjadi 66 persen hanya dalam waktu setahun.

Para peneliti mengatakan, sebagian besar pemanasan ini akan didistribusikan secara tidak merata.

Misalnya pada Kutub Utara, kenaikan suhu akan berfluktuasi tiga kali lebih banyak daripada bagian dunia lainnya.

Hal ini akan mempercepat pencairan yang bisa berdampak parah pada sistem cuaca seperti aliran jet dan arus Atlantik Utara yang merupakan sistem penting pengaturan suhu di belahan Bumi utara.

Curah hujan diperkirakan juga akan menurun di seluruh Amerika Tengah, Australia, Indonesia, dan Amazon.

Sementara itu, deforestasi, perubahan iklim, dan pembakaran telah menyebabkan hutan hujan raksasa kehilangan sebagian ketahanannya sejak 2000-an dan bisa mencapai titik kritis di mana semuanya berubah jadi sabana.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi