Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lakukan "Thudong", Apa Perbedaan Biksu, Bhikkhu, dan Bhante?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/ KRISTIAN ERDIANTO
Sebanyak 32 biksu dari Thailand, Malaysia, dan Indonesia melakukan tapak tilas menuju Candi Borobudur jelang Perayaan Waisak 2567 BE, pada Minggu (4/6/2023). Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Supriyadi melepas keberangkatan para biksu yang melakukan ritual thudong, di kantor Kementerian Agama, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (11/5/2023).
|
Editor: Farid Firdaus

KOMPAS.com - Puluhan biksu tengah menjalani ritual thudong berupa jalan kaki dari Thailand menuju Candi Borobudur menjelang perayaan Hari Raya Waisak 2023.

Dilansir dari Kompas.com Senin (15/5/2023), 32 biksu dari berbagai negara tersebut melaksanakan thudong dari Nakhon Si Thammarat, Thailand sejak Kamis (23/3/2023).

Mereka berjalan kaki melewati empat negara, yaitu Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia, dengan jarak sekitar 2.600 kilometer.

Rencananya, para biksu akan tiba di Candi Borobudur, Jawa Tengah pada Rabu (31/5/2023). Adapun Hari Raya Waisak 2023 jatuh pada Minggu (4/6/2023).

Di kalangan masyarakat, biksu juga banyak dikenal sebagai bhante atau bhikkhu. Lalu, apa perbedaan antara biksu, bhikkhu, dan bhante?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Rahasia 32 Biksu Kuat Jalan Kaki dari Thailand ke Indonesia, Ternyata Mereka Biksu Hutan


Panggilan rohaniawan Buddha

Direktur Jenderal (Dirjen) Bimbingan Masyarakat (Bimas) Buddha Kementerian Agama Supriyadi menjelaskan, biksu, bhikkhu, dan bhante merupakan istilah yang sama.

"Hanya sebutan saja. Arti dan maknanya sama," ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (19/5/2023).

Biksu, bhikkhu, dan bhante merupakan panggilan untuk rohaniawan yang mendalami agama Buddha.

Penggunaan panggilan ini tergantung dengan jenis kelamin orang tersebut. Bhikkhu dan bhiksu untuk laki-laki. Sementara bhikkhuni dan bhiksuni untuk perempuan.

Menurut Supriyadi, panggilan tersebut berasal dari bahasa Palli, sebuah bahasa kuno yang digunakan pada abad ke-5 sampai 1 Sebelum Masehi.

"Kalau bhante itu sapaan yang familiar," tambah dia.

Supriyadi mengatakan, bhante digunakan dalam situasi lebih familiar dan akrab. Kata ini berasal dari bahasa Sansekerta yang muncul pada awal abad ke-2 SM.

Baca juga: Cerita di Balik 32 Biksu yang Berjalan Kaki dari Thailand Menuju Candi Borobudur

Berbeda aliran

Supriyadi juga mengungkapkan, penggunaan panggilan biksu tersebut tergantung aliran atau mazhab yang dianut sebuah kelompok.

"Bhante panggilan familiar bhikkhu Theravadha, panggilan familiar bhiksu namanya suhu," tambahnya.

Ia menjelaskan, panggilan bhante familiar ditujukan kepada bhikkhu atau rohaniawan penganut mazhab Theravadha. Aliran ini berkembang di Thailand, Myanmar, Sri Lanka, Kamboja, dan Vietnam.

Sementara biksu dan versi familiarnya, yaitu suhu digunakan untuk memanggil rohaniawan Buddha dari mazhab Mahayana yang berkembang di Vietnam, Jepang, Korea, dan China.

Baca juga: 5 Hal yang Perlu Diketahui Saat Bertemu Biksu Jalan Kaki dari Thailand ke Indonesia

Kedua aliran Buddha itu memiliki perbedaan. Theravadha hanya berfokus pada ajaran kitab suci Buddha yang paling awal menggunakan bahasa Palli.

Sedangkan Mahayana membolehkan perkembangan ajaran baru yang sesuai dengan nilai Buddha dan tidak bergantung pada kitab suci awal.

 

Meski begitu, sapaan biksu, bhikkhu, dan bhante dapat digunakan secara umum kepada setiap rohaniawan Buddha.

Bhante menjadi sapaan yang digunakan dalam situasi familiar atau kepada orang yang dikenal.

Supriyadi menegaskan bahwa penggunaan panggilan tersebut sama saja.

"Saya pikir ini bukan hal yang pokok, sama kalau kita panggil om, paman, paklik, pakcik, dan seterusnya," pungkasnya.

Baca juga: Perjalanan 32 Biksu dari Thailand ke Borobudur Menyingkap Wajah Toleransi Indonesia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi