Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bergabung sejak: 15 Feb 2022

Silvanus Alvin adalah dosen di Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan penulis buku Komunikasi Politik di Era Digital: dari Big Data, Influencer Relations & Kekuatan Selebriti, Hingga Politik Tawa.

Artis dalam Politik, Membedah Tren "Politainment"

Baca di App
Lihat Foto
Ilustrator: Kompas.com/Andika Bayu Setyaji
Ilustrasi pemilu
Editor: Egidius Patnistik

PEMILIHAN umum (pemilu) merupakan momen penting dalam kehidupan demokrasi suatu negara. Pemilu menyajikan peluang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam menentukan pemimpin dan arah kebijakan negara.

Dalam beberapa tahun terakhir, kita menyaksikan fenomena menarik di beberapa negara, yaitu artis atau selebritas terjun ke ranah politik dengan mencalonkan diri sebagai calon legislatif (caleg).

Fenomena serupa juga terjadi di Indonesia dan hal ini tidak bisa dikategorikan sebagai tren yang baru. Keikutsertaan artis dalam pemilu sudah lazim menghiasi pesta demokrasi di Indonesia sejak reformasi.

Dari data yang ada, artis masuk politik mulai tampak nyata di Pemilu 2004. Saat itu ada 38 artis yang menjadi partisipan.

Baca juga: Fenomena Artis di Pemilu 2024, Pengamat: Kegagalan Partai dan Jalan Pintas Dulang Suara

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jumlah artis ikut politik meningkat di Pemilu 2009, tercatat 61 orang. Selanjutnya, pada Pemilu 2014 angkanya kembali naik dengan 71 artis jadi partisipan, dan pada Pemilu 2019 kembali melonjak menjadi 91 artis ikut politik. Di Pemilu 2024 mendatang, angka partisipasi artis mengalami penurunan. Hanya terdapat total 62 artis yang ikut serta.

Keterlibatan para artis di panggung politik memang menimbulkan perdebatan. Tulisan ini hendak membedah keterlibatan para artis di panggung politik dilihat dari perspektif partai dan sudut artis itu. Selain itu, ada kritik terkait fenomena tersebut.

Sisi Partai

Partai politik memiliki beberapa alasan mengajak artis atau selebritas menjadi calon legislatif (caleg) dalam pemilihan umum. Pertama, para artis memiliki popularitas dan daya tarik media. Dalam hal ini, partai politik secara pragmatis melihat popularitas para artis sebagai aset berharga dalam pemasaran kampanye politik.

Kehadiran para artis diharapkan dapat membantu meningkatkan visibilitas partai politik dan menarik pemilih yang mungkin tidak terlalu tertarik pada politik tradisional. Dalam lingkungan politik yang semakin kompetitif, kehadiran artis atau selebritas dapat memberikan keuntungan elektoral dengan menarik lebih banyak dukungan dan perhatian dari pemilih.

Baca juga: Caleg Artis Jalan Instan Partai Dulang Suara, Kaderisasi Dipertanyakan

Para artis juga merupakan magnet bagi media massa. Keterlibatan artis dalam politik menawarkan berbagai potensi berita menarik bagi media. Media sering meliput perjalanan artis dari dunia hiburan ke arena politik, menganalisis alasan di balik keputusan mereka, dan memperhatikan bagaimana transisi tersebut memengaruhi citra publik mereka.

Media juga mengikuti kampanye politik artis dengan cermat, melaporkan pidato, kegiatan kampanye, dan interaksi mereka dengan pemilih dan kolega politik. Kehadiran artis dalam politik juga menarik minat media karena mereka seringkali memiliki basis penggemar yang besar.

Media melaporkan tentang bagaimana dukungan penggemar artis tersebut memengaruhi kampanye politik, seperti pengumpulan massa dalam pertemuan publik atau dukungan yang diberikan melalui media sosial. Hal ini menciptakan narasi yang menarik dalam cakupan media dan dapat memengaruhi persepsi publik tentang artis yang terjun ke politik.

Kedua, potensi dukungan massa yang masif. Artis dianggap memiliki pengaruh besar atas penggemar dan pengikutnya. Partai politik melihat ini sebagai peluang untuk memobilisasi massa penggemar artis guna mendukung partai dan agenda politiknya.

Dalam pemilu, dukungan massa dapat berarti perbedaan antara menang dan kalah. Artis atau selebritas yang terlibat dalam politik dapat menggunakan pengaruh mereka untuk menggerakkan basis penggemarnya buat mendukung partai politik yang mereka dukung.

Baca juga: Bakal Caleg Artis yang Daftar Pemilu 2024: Krisdayanti, Denny Cagur, Arumi Bachsin, hingga Ahmad Dhani

Ketiga, partai politik melihat kehadiran para artis dapat memberikan keterwakilan beragam. Keterlibatan artis dalam politik dapat dianggap sebagai bentuk representasi dan inklusivitas.

Partai politik mengajak artis dari berbagai sektor atau kelompok masyarakat untuk mencerminkan keragaman latar belakang dan kepentingan masyarakat. Dengan melibatkan artis yang mewakili beragam kelompok, partai politik dapat menunjukkan komitmen mereka terhadap mewakili seluruh spektrum masyarakat dan memperluas basis dukungan.

Sisi Artis

Setidaknya ada dua alasan yang mendasari artis mau berpartisipasi di politik. Pertama, ada isu penting yang hendak diperjuangkan. Artis sering kali memiliki kesadaran sosial yang tinggi dan ingin menggunakan platform mereka untuk memperjuangkan isu-isu yang mereka anggap penting.

Mereka melihat politik sebagai saluran efektif untuk memengaruhi kebijakan publik dan membawa perubahan positif dalam masyarakat. Artis yang memiliki pengaruh dan pengikut yang besar dapat mengarahkan perhatian publik kepada isu-isu seperti lingkungan, hak asasi manusia, kesetaraan gender, atau masalah sosial lainnya.

Mereka ingin memanfaatkan posisinya sebagai tokoh publik untuk membangun kesadaran dan mendorong tindakan dalam isu-isu yang mereka percaya.

Kedua, mencari kepuasan pribadi. Bagi beberapa artis, terjun ke politik merupakan tantangan baru yang menarik. Setelah mencapai kesuksesan dalam karier seni, mereka mungkin merasa ingin memberikan kontribusi yang lebih besar kepada masyarakat dan terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang memengaruhi kehidupan banyak orang.

Terlibat secara aktif dalam politik dapat memberikan rasa pencapaian pribadi yang memuaskan, serta memungkinkan mereka merasakan dampak yang lebih langsung dari upaya mereka memperjuangkan perubahan positif.

Khusus poin kedua, publik harus berhati-hati dengan tipe artis yang hanya sekadar mencari kesibukan di panggung politik. Memilih orang tipe ini, sama saja membawa kemunduran bagi bangsa dan kehidupan publik secara luas.

Kritik

Ketika artis atau selebritas memasuki dunia politik, ada kritik yang muncul terutama terkait bagaimana kehadiran mereka bisa memperburuk proses demokrasi. Misalnya saja kehebohan yang ditimbulkan artis bernama Aldi Taher. Dia diketahui terdaftar di dua partai, Perindo dan PBB. Hal ini tentu menimbulkan kesan negatif pada keterlibatan artis di panggung politik.

Namun, kritik yang hendak disampaikan berada dalam bingkai untuk menjaga kualitas demokrasi. Hak politik para artis sebagai warga negara tetap harus dihargai. Melarang mereka dari terjun ke politik akan menjadi pelanggaran terhadap kebebasan berekspresi dan malah menurunkan kesehatan demokrasi di Indonesia.

Baca juga: Daftar Artis yang Sudah Daftar Bakal Caleg untuk Pemilu 2024

Kritik pertama adalah kualifikasi artis dalam bidang politik. Meskipun popularitas dan pengaruh mereka dapat membantu memenangkan suara, namun hal tersebut tidak selalu menjadi indikator yang baik untuk kompetensi kepemimpinan politik.

Terjun ke politik memerlukan pemahaman yang mendalam tentang isu-isu politik, pengalaman dalam pengambilan keputusan yang kompleks, dan kemampuan untuk berinteraksi dan berkolaborasi dengan kolega politik. Kekurangan pengalaman politik ini dapat menjadi alasan untuk meragukan kemampuan artis dalam menghadapi tantangan politik yang kompleks.

Kritik kedua erat kaitannya dengan kritik pertama. Ada kekhawatiran bahwa artis yang terjun ke politik mungkin tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang isu-isu politik dan kebijakan yang kompleks.

Dengan demikian, mereka mungkin lebih fokus pada retorika populis atau pesan-pesan yang sederhana daripada solusi yang berkelanjutan dan efektif. Ada juga kekhawatiran bahwa popularitas mereka dapat mengaburkan substansi masalah dan membuat pemilih kurang kritis dalam memilih pemimpin berdasarkan kualifikasi dan kapabilitas mereka.

Kritik terakhir, kehadiran artis dalam politik berpotensi memperkuat komersialisasi politik dan mengubahnya menjadi spektakel hiburan. Hal ini dapat mengalihkan perhatian dari isu-isu substansial dan meningkatkan penekanan pada citra dan gaya daripada visi dan kebijakan.

Salah satu efek dari kehadiran artis dalam politik adalah munculnya fenomena "politainment" (politik + hiburan). Politainment merujuk pada penekanan pada aspek hiburan dalam konteks politik, di mana penampilan, citra, dan narasi yang menarik menjadi lebih penting daripada substansi kebijakan atau visi politik.

Artis dengan popularitas yang besar dan kehadiran media yang kuat dapat menarik perhatian besar, tetapi konten politik mereka mungkin lebih berfokus pada pengemasan yang menarik daripada kebijakan konkret atau pemecahan masalah nyata.

Fenomena komersialisasi politik juga dapat terjadi ketika artis menggunakan popularitasnya untuk tujuan komersial, seperti memanfaatkan kehadiran politik mereka untuk mempromosikan merek atau produk tertentu. Hal ini bisa menciptakan persepsi bahwa partisipasi mereka dalam politik lebih bermotifkan pemasaran diri daripada perjuangan untuk kepentingan publik.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi