Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Malaysia Kekeringan dan Memicu "Panic Buying" Air Minum, Bagaimana Indonesia?

Baca di App
Lihat Foto
Tangkapan layar Twitter
Panic buying air mineral di Malaysia
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Belakangan, warga Malaysia tengah melakukan panic buying air minuman kemasan sebagai imbas dari kekeringan.

Diberitakan Kompas.com, Minggu (21/5/2023), hujan yang jarang dan bendungan mengering membuat satu juta orang di Penang dan Kedah saling berebut air kemasan.

Kondisi di Negeri Jiran pun membuat warganet bertanya akan nasib Indonesia yang memiliki iklim relatif sama.

Pertanyaan tersebut salah satunya diutarakan warganet Twitter ini pada Minggu petang.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ini dari kemarin nemu video tentang ini terus di tiktek, ini kalo boleh tau mau ada kekeringan kenapa guys? Indo gak ikutan kena kekeringan juga kah? Kan gak jauh beda iklimnya," tulisnya.

Lantas, akankah Indonesia mengalami hal serupa dengan Malaysia?

Baca juga: Penyebab Sungai Muda Mengering yang Memicu Panic Buying Air Minum di Malaysia


Potensi curah hujan berkurang

Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Supari menjelaskan, terdapat beberapa penyebab masalah air yang terjadi di Malaysia.

Dia melanjutkan, dari laporan berbagai media, dapat disimpulkan Malaysia mengalami krisis air akibat:

"Artinya ada kombinasi antara faktor alam yaitu berkurangnya curah hujan, dan faktor teknologi yaitu gangguan pada sistem distribusi air Sungai Muda," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Senin (22/5/2023).

Supari menyampaikan, kondisi iklim terkini menunjukkan peluang tinggi terjadinya El Nino di Indonesia. Oleh karena itu, kondisi berkurangnya curah hujan pun dapat terjadi di Indonesia.

Merujuk berbagai kajian ilmiah, lanjutnya, El Nino dapat berdampak pada berkurangnya curah hujan di Indonesia, terutama pada Juni-November atau selama musim kemarau.

"Curah hujan dapat berkurang hingga 40 persen dari normalnya," ungkap Supari.

Baca juga: Krisis Air Hantui 3 Negara Bagian Malaysia, Sebabkan Panic Buying Air Minum

Tidak sampai panic buying seperti Malaysia

Kendati demikian, menurut Supari, kekeringan akibat berkurangnya curah hujan tidak sampai memicu krisis air bersih seperti di Malaysia.

"Apalagi sampai terjadi panic buying air minum kemasan," kata dia.

Lebih lanjut Supari menjelaskan, Indonesia sudah berkali-kali mengalami dampak El Nino. Bahkan pada 1997 dan 2015, El Nino terjadi dengan intensitas sangat kuat.

Saat itu, El Nino menyebabkan berkurangnya curah hujan yang sangat signifikan hingga beberapa daerah hanya menerima curah hujan sebanyak 10 persen dari normalnya.

"Meski pun sangat parah, El Nino 1997 dan 2015 tidak memicu terjadinya panic buying," tuturnya.

Baca juga: Mengenal Apa Itu El Nino dan Dampaknya bagi Bumi

El Nino memicu kekeringan

El Nino adalah salah satu fenomena cuaca yang dapat memengaruhi curah hujan pada suatu wilayah.

Dikutip dari Kompas.com (26/4/2023), El Nino adalah suatu fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.

Pemanasan SML tersebut dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.

Singkatnya, El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum.

Bukan hanya Indonesia, fenomena El Nino juga berdampak pada kondisi iklim secara global.

El Nino dapat berdampak pada sebagian wilayah di Asia dan sebagian wilayah benua Australia, yakni berupa kemarau panjang.

Sebaliknya, di benua Amerika terutama bagian utara akan mengalami musim hujan cukup panjang.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi