Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menakar Arah Berlabuh Pendukung Jokowi, Ganjar atau Prabowo?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com / IRFAN KAMIL
Hasil Musyawarah Rakyat (Musra) oleh sejumlah relawan terkait calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang akan didukung pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 diserahkan ke Presiden Joko Widodo dalam puncak acara yang digelar di Istora Senayan, Minggu (14/5/2023).
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Pendukung dan relawan Presiden Joko Widodo hingga saat ini dinilai belum jelas menentukan pilihan pasangan bakal calon presiden dan wakil presiden di Pemilu 2024.

Jokowi yang berasal dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), sejauh ini juga dinilai belum menujukkan secara gamblang dukungannya terhadap Ganjar Pranowo.

Sementara itu, sejumlah relawan Jokowi telah menyampaikan dukungannya untuk Prabowo Subianto di Pemilu 2024.

Mereka terdiri dari 15 koordinator lapangan (Korlap) dari Relawan Jokowi-Gibran dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, ke mana arah pendukung berlabuh pada Pemilu 2024 nanti?

Baca juga: Relawan Jokowi-Gibran Dukung Prabowo, Pakar UNS: Gibran Mainkan Politik Diplomasi

Keterbelahan pendukung Jokowi

Direktur Eksekutif Institute of Democracy & Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam mengatakan, menurutnya saat ini terjadi keterbelahan di antara para pendukung Jokowi.

Keterbelahan ini terjadi karena model pendekatan PDI-P yang cenderung membatasi ruang gerak relawan melalui sebuah wadah yang dibuat partai berlambang banteng itu.

"Sehingga kemudian relawan itu tidak bergerak secara genuine, tapi ingin dikanalisasi oleh DPP PDI-P," kata Umam kepada Kompas.com, Senin (22/5/2023).

Kendati demikian, Umam memaklumi langkah PDI-P membuat wadah tersebut. Sebab, mereka merasa relawan selama ini bergerak di luar konstitusi partai.

Bahkan, pergerakan mereka dianggap kerap merepotkan dan tidak bisa dikontrol.

Baca juga: Gaya Politik Sowan Para Capres: Ganjar Datangi Tokoh NU, Prabowo ke Tokoh Politik, Anies Pilih Relawan

Ketidaksukaan atas sikap PDI-P

Umam menuturkan, partai-partai politik sendiri hingga hari ini tidak banyak menunjukkan keinginannya sekaligus keberaniannya untuk mendekati PDI-P, dalam konteks mendukung Ganjar.

"Partai-partai di lingkaran Jokowi merasa tidak punya ruang negosiasi dengan PDI-P," jelas dia.

Di sisi lain, PDI-P dalam pemerintahan Jokowi juga tidak merasa menang, meskipun berkuasa. Sebab menurut Umam, ada kekuatan lain yang lebih mendominasi di lingkaran kekuasaan yang ada.

Dengan kondisi ini, menurutnya PDI-P kemudian menyodorkan dokumen yang ditandatangi oleh Ganjar sebelum deklarasi pencapresan.

Dokumen itu memuat tiga poin utama, yakni menjalankan nilai-nilai Soekarnoisme, penentuan calon cawapres ganjar ditentutakn Ketum PDI-P, pembagian portofolio pemerintahan juga ditentukan oleh Ketum PDI-P, dan Ganjar diminta untuk tidak ikut campur dalam suksesi kepemimpinan PDI-P.

"Poin dua dan tiga itu menegaskan partai-partai seolah kalau gabung dengan PDI-P, mereka tidak memiliki ruang bargaining sama sekali," ujarnya.

"Jadi dipaksa menjadi makmum pada sikap dan keputusan politik PDI-P, padahal mereka (partai-partai) berharap koalisi bersikap egaliter atau sama," kata dia. 

Baca juga: Gerindra Akui Tak Bisa Tolak Dukungan Relawan Jokowi-Gibran untuk Prabowo

 

Mengalihkan dukungan ke Prabowo?

Bagi Umam, situasi di mana relawan Jokowi belum pasti mendukung Ganjar kemudian semakin menguatkan posisi Prabowo Subianto.

Hal ini juga berkaitan dengan konteks pengaruh terhadap sel-sel kekuatan politik di sekitar Jokowi.

Tak heran kemudian muncul Musyawarah Rakyat (Musra) yang dimotori oleh Projo dan sel-sel relawan Jokowi lain.

"Meskipun diklaim Adian Napitupulu hanya sempalan kecil, hanya sekitar 3 persen, tapi faktanya 3 persen itu mendapatkan perhatian bahkan arahan khusus dari Jokowi," ujar Umam.

"Jokowi hadir dalam penutupan Musra kemarin, dia juga ikut memberikan arahan khusus sejak awal di 2022. Maka, sebenarnya ada situasi yang kemudian mengarahkan kekuatan tertentu di luar PDI-P," lanjutnya.

Bahkan ketika para relawan itu melakukan tabulasi ulang di 30 daerah, hasilnya menujukkan Prabowo berada di nomor pertama dengan 20,9 persen, Ganjar 19 persen, dan Airlangga Hartarto dengan suara 12 persen.

Meski hanya selisih tipis, Umam menyebut hal itu memiliki dampak psikologis dalam konteks politik.

"Bagaimanapun juga, Jokowi adalah petugas PDI-P, tapi fakta menunjukkan mesin politik Jokowi menempatkan nama Prabowo di posisi pertama," paparnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi