Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Belajar Fokus dari Kearifan Zen

Baca di App
Lihat Foto
Wikimedia Commons
Taman Zen
Editor: Sandro Gatra

SEBAGAI aliran Buddhisme Asia Timur, Zen merupakan bentuk monastik arus utama Mahayana Buddhisme di Cina, Korea, Vietnam dan terutama di Jepang.

Konon istilah Zen berasal dari bahasa Sansekerta “dhyana”, yang berarti "meditasi" .

Di masa kini, Zen telah dikaitkan pada tradisi sekuler Jepang abad pertengahan seperti upacara minum teh, kaligrafi, ilmu bela diri dan berkebun dengan ekspresi spontan vitalitas artistik atau spiritual terlepas dari kaidah Buddhisme.

Selama periode sekitar abad ke-12 sampai ke-15, para biksu Zen memainkan peran utama dalam memperkenalkan kebudayaan China dinasti Song kepada para penguasa Jepang.

Ketika dinasti Ming (1368-1661) di China mulai runtuh, banyak biksu China mengungsi ke Jepang.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selama paruh pertama abad ke-20, D.T. Suzuki, seorang cendekiawan dan pemikir Buddhisme Jepang, menulis banyak esai dan buku dalam bahasa Inggris untuk memperkenalkan kearifan Zen kepada masyarakat Barat.

Suzuki lahir tepat setelah Jepang mulai mengadopsi teknologi Barat dalam upaya mengejar ketinggalan dengan Eropa dan Amerika.

Suzuki sangat dipengaruhi oleh reformis Buddhis Jepang abad ke-19 yang berusaha untuk membuang apa yang mereka lihat sebagai struktur sosial feodal dari periode Tokugawa dan yang menganjurkan visi Buddhisme lebih modern agar setara sukses dengan agama Kristen.

Suzuki menghabiskan 11 tahun di Amerika Serikat pada 1897-1908, sebagai asisten Paul Carus, seorang Jerman yang telah memperoleh gelar doktor dalam teologi dan filsafat sebelum bermigrasi ke Amerika.

Selama periode ini, Suzuki juga dipengaruhi oleh arus intelektual kontemporer, seperti ide-ide teolog Protestan Jerman Friedrich Schleiermacher yang telah mengidentifikasi intuisi irasional dan perasaan sebagai esensi agama, serta filsuf Amerika William James yang mengedepankan kemungkinan pengetahuan nondualistik melalui "pengalaman murni" sebagai mengatasi dualisme yang melekat dalam empirisme.

Suzuki menafsirkan Zen bukan sebagai bentuk Buddhisme, tetapi sebagai nilai peradaban Jepang dengan relevansi universal.

Penggunaan konsep teologis dan filosofis Barat untuk menjelaskan pengalaman Zen dengan cara modern memengaruhi Nishida Kitar? dan para anggota aliran filsafat Jepang Kyoto.

Pada awal abad ke-20, banyak intelektual Jepang menggambarkan Zen sebagai esensi yang mendasari budaya Jepang atau sebagai bentuk unik spiritualitas Jepang.

Ketika masyarakat Jepang menjadi semakin militeristik selama tahun 1930-an dan 1940-an, deskripsi Zen menjadi mirip semangat Samurai yang lebih suka berperang, menuntut kesetiaan kepada negara, keberanian, dan ketenangan mental dalam menghadapi kematian.

Pada 1938, misalnya, Suzuki menggambarkan Zen sebagai "agama kekuatan kehendak" dan mengidentifikasi pelatihan Zen dengan Bushido dan ilmu pedang Jepang.

Buku-buku Suzuki dicetak ulang setelah Perang Dunia II, menemukan audiens yang siap di Amerika Serikat dan Inggris.

Secara khusus, anggota gerakan sastra dan artistik Amerika baru yang dikenal sebagai Beatnik terinspirasi oleh Zen.

Dalam budaya populer, kata Zen menjadi kata sifat menggambarkan aktivitas spontan atau bentuk pembebasan.

Sejak masa kejayaan generasi Beatnik pada tahun 60-an abad XX, studi akademis tentang Zen telah berkembang dalam kompleksitas dan kecanggihan pemikiran.

Zen memiliki makna tersendiri secara subyektif bagi saya pribadi. Adalah ajaran Zen yang menyadarkan saya tentang makna kearifan meditasi yang sebenarnya.

Zen mengajarkan saya agar senantiasa bersikap meditatif ketika melakukan apapun yang sedang saya lakukan.

Seperti pada saat saya sedang menulis naskah ini, maka saya wajib memfokuskan segenap daya pemikiran saya kepada tema yang sedang saya tulis.

Pada saat saya sedang menggubah komposisi musik, maka saya wajib memfokuskan segenap daya pemikiran saya kepada irama dan nada yang sedang saya untai.

Sama halnya ketika saya sedang mewawancara para tokoh, menggubah kartun, menggagas gerakan Kebanggaan Nasional melalui MURI, mempergelar resital piano tunggal, membina pianis-pianis muda berbakat, melestarikan wayang orang, memperjuangkan harkat dan martabat jamu sebagai warisan kebudayaan Nusantara atau kegiatan apapun.

Zen mengajarkan kearifan agar saya senantiasa fokus pada kegiatan apapun yang sedang saya lakukan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi