KOMPAS.com - Umat Hindu di Bali merayakan hari raya Pagerwesi pada hari ini, Rabu (24/5/2023).
Salah satu perayaan hari raya Pagerwesi itu dilaksanakan di Pura Kepuh Bandara I Gusti Ngurah Rai.
Dikutip dari Humas Polri, kegiatan hari raya Pagerwesi di Pura Kepuh dilaksanakan sejak Rabu pagi. Para umat Hindu tampak melakukan persembahyangan.
Baca juga: Tradisi dan Makna Hari Raya Nyepi bagi Umat Hindu...
Lantas, apa itu hari raya Pagerwesi?
Mengenal hari raya Pagerwesi
Dikutip dari buku Yadnya dan Bhakti oleh Ketut Wiana, hari raya Pagerwesi diartikan oleh umat Hindu sebagai hari untuk memagari diri.
Hari raya Pagerwesi adalah Rerahinan Gumi yang artinya Hari Raya untuk semua masyarakat, baik pendeta maupun umat walaka.
Hari raya Pagerwesi dilaksanakan pada hari Budha (Rabu) Kliwon Wuku Shinta. Hari Raya ini diperingati setiap 210 hari sekali. Dalam lontar Sundarigama disebutkan:
"Budha Kliwon Shinta Ngaran Pagerwesi payogan Sang Hyang Pramesti Guru kairing ring watek Dewata Nawa Sanga ngawerdhiaken sarwa tumitah sarwatumuwuh ring bhuana kabeh. (Rabu Kliwon Shinta disebut Pagerwesi sebagai pemujaan Sang Hyang Pramesti Guru yang diiringi oleh Dewata Nawa Sanga (sembilan dewa) untuk mengembangkan segala yang lahir dan segala yang tumbuh di seluruh dunia)," tulis lontar tersebut.
Baca juga: Apa Saja yang Dilakukan Umat Hindu Saat Hari Raya Nyepi?
Pagerwesi menjadi Hari Raya besar agama hindu paling awal dalam penanggalan kalender Bali berdasarkan wuku atau pawukon yaitu pada wuku Shinta.
Hari raya ini berdekatan dengan hari raya Saraswati.
Jika dirunut sejumlah ritual dipersembahkan setelah hari raya Saraswati pada Sabtu, di antaranya:
- Kesokan harinya, Minggu dikenal dengan Banyupinaruh
- Senin dikenal dengan Soma Ribek
- Selasa adalah hari Sabuh Mas.
- Rabu adalah Pagerwesi.
Baca juga: 40 Link Twibbon dan Ucapan Hari Raya Galungan dan Kuningan 2023
Makna hari raya Pagerwesi
Terdapat banyak tafsir mengenai hari raya Pagerwesi. Ada yang mengatakan berasal dari dua kata, pager/pagar yang berarti kokoh dan wesi/besi atau kuat.
Namun dalam Lontar Sundarigama menjelaskan, Pagerwesi adalah pemujaan kepada Dewa Siwa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Pramesti Guru.
Dilansir dari Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, makna filosofis dalam perayaan hari raya Pagerwesi adalah sebagai simbol keteguhan iman, memagari diri dengan tuntunan ilmu pengetahuan, sehingga manusia tersebut tidak mengalami kegelapan atau Awidya.
Hari raya Pagerwesi diharapkan menjadi momen yang istimewa bagi warga Hindu untuk melakukan ritual.
Ritual itu bertujuan untuk memagari diri dengan ilmu pengetahuan dan keteguhan iman.
Baca juga: Ramai soal Gelang Tridatu, Apakah Boleh Dipakai oleh Selain Umat Hindu?
Untuk mendapatkan tuntunan dalam mendalami ilmu pengetahuan, maka yang dimuliakan dan dipuja adalah Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sanghyang Pramesti Guru.
Dia adalah guru dari alam semesta yang dapat membimbing manusia ke jalan yang benar dalam memahami pengetahuan hidup.
Sang Hyang Pramesti Guru adalah sebutan lain untuk Dewa Siwa. Dalam Tri Murti dewa Siwa adalah sebagai pelebur, melebur segala sifat-sifat buruk.
Baca juga: 40 Link Twibbon dan Ucapan Hari Raya Galungan dan Kuningan 2023
Tradisi hari raya Pagerwesi
Pelaksanaan upacara Pagerwesi sesungguhnya titik beratnya pada para pendeta atau rohaniawan pemimpin agama.
Dalam lontar Sundarigama disebutkan:
"Sang Purohita ngarga apasang lingga sapakramaning ngarcana paduka Prameswara. Tengahiwengi yoga samadhi ana labaan ring Sang Panca Maha Bhuta, sewarna anut urip gelarakena ring natar sanggah. (Sang Pendeta hendaknya ngarga dan mapasang lingga sebagaimana layaknya memuja Sang Hyang Prameswara (Pramesti Guru). Tengah malam melakukan yoga samadhi, ada labaan (persembahan) untuk Sang Panca Maha Bhuta, segehan (terbuat dari nasi) lima warna menurut uripnya dan disampaikan di halaman sanggah (tempat persembahyangan))," bunyi lontar itu.
Tradisi hari raya Pagerwesi dilakukan dengan meditasi (yoga dan samadhi) pada tengah malam.
Hakikat pelaksanaan upacara Pegerwesi lebih ditekankan pada pemujaan oleh para pendeta dengan melakukan upacara Ngarga dan Mapasang Lingga.
Meskipun hakikat hari raya Pagerwesi adalah pemujaan bagi para pendeta namun umat juga wajib ikut merayakan sesuai dengan kemampuan.
Baca juga: Sejarah Candi Borobudur, Lokasi Perayaan Hari Raya Waisak 2023
Banten atau sesajen yang dihaturkan adalah "Sesayut Panca Lingga". Sedangkan perlengkapannya terdiri dari Daksina, Suci Praspenyeneng dan Banten Penek.
Banten yang paling inti perayaan Pegerwesi bagi umat kebanyakan adalah natab Sesayut Pagehurip, Prayascita, Dapetan dilengkapi dengan daksina, canang, dan sodaan.
Tata pelaksanaan hari raya Pagerwesi mulai dari sanggah atau Merajan yang dilakukan di pekarangan rumah, hingga ke pura-pura besar lainnya seperti pura Kahyangan Jagat.
Sedangkan untuk di lingkungan desa pakraman, umat juga melakukan persembahyangan pura Kahyangan Tiga.
Namun, perayaan ini disesuaikan dengan desa, kala, dan patra daerah masing-masing. Beberapa daerah di Bali memiliki caranya sendiri dalam merayakan hari raya Pagerwesi.
Baca juga: Sejarah Masa Lalu Penajam Paser Utara, dari Kisah Dua Suku Paser hingga Kerajaan Adat
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.