Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Analis Data Ilmiah BRIN
Bergabung sejak: 7 Apr 2023

Pustakawan Berprestasi Terbaik Tingkat ASEAN, Peraih medali emas CONSAL Award

Leluhur Bangsa Indonesia Berbudaya Lisan: Fakta atau Mitos? (Bagian I)

Baca di App
Lihat Foto
Wikimedia Commons
La Galigo sudah diakui sebagai Memori Dunia oleh UNESCO.
Editor: Sandro Gatra

ADA hal yang menggelitik membaca artikel “Mengapa Orang Indonesia (Masih) ‘Malas’ Membaca? Tulisan Agung Setiyo Wibowo di kolom Kompas.com (12/05/2023).

Beliau mengatakan bahwa salah satu penyebab orang Indonesia tidak suka membaca karena warisan budaya dari nenek moyang yang bertradisi lisan.

Pendapat serupa sudah sering dikemukan banyak orang pada saat membahas budaya baca bangsa Indonesia.

Sampai saat ini belum ada penelitian yang komprehensif mengenai rendahnya budaya baca masyarat Indonesia, juga belum ada upaya yang integral untuk meningkatkannya.

Namun pendapat yang sering kita dengar baik dari para akademisi, politisi, maupun birokrat bahwa rendahnya budaya baca masyarakat Indonesia karena masyarakat kita lebih bersifat budaya lisan daripada budaya tulisan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keadaan tersebut terjadi karena faktor sejarah atau karena pewarisan dari nenek moyang kita yang lebih berisfat budaya oral daripada budaya literal.

Selain itu, masyarakat Indonesia diduga telah mengalami “lompatan budaya” dari budaya lisan langsung ke budaya visual (nonton), tanpa melalui budaya literasi atau tulisan.

Berbeda dengan budaya masyarakat maju yang perjalanan sejarahnya bersifat linear, yaitu dari budaya pra-literasi, literasi, dan post-literasi.

Pendapat di atas sering dijadikan alasan untuk tetap hidup tanpa berusaha untuk meningkatkan kebiasaan membaca.

Terlebih bagi mereka yang memang malas membaca merasa ada legitimasi historis untuk tetap malas membaca.

“Habis mesti gimana lagi, dari sananya memang begitu,” kata mereka yang malas membaca.

Tulisan ini mencoba untuk menelusuri tradisi literasi bangsa Indonesia, terutama dilihat dari hasil-hasil kesusasteraan dalam setiap fase waktu penulisannya.

Betulkan nenek moyang kita tidak mengenal tradisi literasi ataukah ini hanya sekadar mitos?

Tidak diketahui secara pasti kapan bangsa Indonesia bersentuhan dengan perdaban literasi atau tulis-menulis.

Yang banyak dibahas adalah sejarah kesusateraan Indonesia yang biasanya berisi tentang periodisasi sastra yang dimulai dengan Sastra "Melayu Lama", yaitu karya sastra di Indonesia antara tahun 1870-1942, yang berkembang di lingkungan masyarakat Sumatera seperti Langkat, Tapanuli, Padang dan daerah Sumatera lainnya, China dan masyarakat Indo-Eropa.

Karya sastra pertama yang terbit sekitar 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel Barat. Sampai pada sastra anggkatan reformasi sekarang ini, bahkan sampai cybersastra.

Menurut saya, sesungguhnya tradisi literasi sudah ada jauh sebelum zaman Melayu Lama seperti ditemukannya Nagarakretagama, sebuah karya paduan sejarah dan sastra yang bermutu tinggi dari zaman Majapahit, gubahan pujangga Prapanca pada 1365, kini diakui sebagai Memori Dunia oleh UNESCO.

Naskah Nagarakretagama disimpan di Leiden. Pada saat kunjungan Ratu Juliana ke Indonesia pada 1973, naskah ini diserahkan kepada Republik Indonesia dan sempat disimpan oleh Ibu Tien Soeharto di rumahnya, dan akhirnya naskah disimpan di Perpustakaan Nasional RI.

Menurut Slamet Mulyana dalam bukunya "Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya," sebagai karya sastra Nagarakretagama mendudki tempat utama dalam kesusasteraan Jawa kuno.

Isinya bukan cerita tentang dewa-dewa atau khayalan seperti kebanyakan karya sastra lama, tetapi uraian tentang rentetan peristiwa dan deretan desa.

Terlebih apabila prasasti dianggap sebagai bukti tradisi literasi, maka sudah ada sejak abad 10 seperti prasasti Kamalagyan (1037), prasasti Pucangan (1041), prasasti Pamwatan dan Ganhakuti (1042) yang dibuat pada zaman Raja Erlangga. Bahkan mungkin ada yang lebih tua lagi seperti prasasti Bebetin yang dibuat pada 989.

Pada abad kesepuluh ini pun sudah ada Epik Mahabharata yang disadur kedalam bahasa Jawa kuno atas perintah raja Dharmwangsa Teguh Ananta Wikrama Utunggadewa.

Karya sastra lain berupa buku yang sangat terkenal dalam kebudayaan nusantara setelah Nagarakretagama adalah Serat Pararaton gubahan antara tahun 1478 dan 1486 tanpa diketahui nama penggubahnya.

Banyak juga karya-karya sastra Jawa kuna gubahan dari zaman Kediri, yang berdasarkan Mahabharata, di antaranya ialah Bharatayudha oleh Mpu Sedah dan Panuluh, Ghatotkacasraya oleh Mpu Panuluh, Hariwangsa oleh Mpu Panuluh, Arjuna Wiwaha oleh Mpu Kanwa, Kresnayana oleh Mpu Triguna.

Maju ke permulaaan abad kesebelas kita pun akan berjumpa dengan Arjuna Wiwaha gubahan Mpu Kanwa. Cerita tentang perkawinan antara Arjuna dan Dewi Suprabha, hadiah bhatara Guru kepada Arjuna setelah mengalahkan raja raksasa Nirwatakawaca

Mahakarya lain sebagai bukti sejarah budaya literasi masyakat Indonesia adalah dengan ditemukannya "La Galigo."

Bahkan ada yang menduga bahwa epik ini mungkin lebih tua dan ditulis sebelum epik Mahabharata dari India. Isinya sebagian terbesar berbentuk puisi yang ditulis dalam bahasa Bugis kuno.

Epik ini mengisahkan tentang Sawerigading, seorang pahlawan yang gagah berani dan juga perantau.

Menurut para ahli sejarah, La Galigo bukanlah teks sejarah karena isinya penuh dengan mitos dan peristiwa-peristiwa luar biasa.

Namun demikian, epik ini tetap memberikan gambaran kepada sejarawan mengenai kebudayaan Bugis sebelum abad ke-14. La Galigo juga sudah diakui sebagai Memori Dunia oleh UNESCO.

M.C. Ricklefs dalam bukunya "Sejarah Indonesia Modern" mengemukakan fakta-fakta sejarah budaya literasi masyarakat Indonesia pada abad ke 14.

Rickflefs mencatat bahwa dalam suatu pelayaran pada 1413-1415, seorang muslim China, Ma Huan, mengunjungi daerah pesisir Jawa. Ia melaporkan dalam bukunya yang berjudul Ying-yai Sheng-lan (Peninjauan Umum tentang pantai-pantai Samudra ) diterbitkan tahun 1451.

Kemudian pada awal abad ke XVI Tome Pires, seorang ahli obat-obaan dari Lisbon yang menghabiskan waktunya di Malaka dari 1512 hingga 1515.

Pada waktu itu, dia mengunjungi Jawa dan Sumatera, dan dengan sangat giat mengumpulkan informasi dari orang-orang lain mengenai seluruh daerah Malaya-Indonesia.

Bukunya yang berjudul Suma Oriental menunjukkan dirinya sebagi pengamat yang tajam, yang deskripsi-deskripsinya melebihi para penulis Portugis lainnya.

Sebagai sejarah literasi kita mencatat karya yang cukup terkenal dengan judul Hikayat Raja-Raja Pasai. Naskah ini berbahasa Melayu yang disalin di Demak pada 1814. Buku ini berisi legenda yang menceritakan bagaimana Islam masuk ke Samudera Pasai.

Sejarah Melayu, merupakan naskah berbahasa Melayu lainnya yang dikenal dalam beberapa versi bertahun 1612. Berisi kisah tentang masuk Islamnya Raja Malaka.

Terdapat sekurang-kurangnya 29 versi, tetapi versi yang paling masyhur adalah versi Shellabear.

Menurut naskah Shellabear, Yang Dipertuan Raja di Hilir Sultan Abdullah Mu'ayat Syah Ibni'l Sultan Abdul Jalil Syah telah mengutus Seri Nara Wangsa Tun Bambang untuk memerintahkan Bendahara Paduka Raja Tun Muhammad Mahmud (Tun Seri Lanang) pada hari Kamis, 12 Rabiul Awal 1021 bersamaan 13 Mei 1612 agar menyunting salinan Sejarah Melayu yang dibawa oleh Orang Kaya Sogoh dari Goa/Gowa.

Ketika itu Sultan Johor Lama, Sultan Alauddin Riayat Syah ibni Sultan Abdul Jalil Syah telah ditahan di Istana Raja Aceh, Sultan Iskandar Muda.

Sejarah Melayu (Sulalatul Salatin) bergaya penulisan seperti babad, di sana-sini terdapat penggambaran hiperbolik untuk membesarkan raja dan keluarganya.

Namun demikian, naskah ini dianggap penting karena ia menggambarkan adat-istiadat kerajaan, silsilah raja dan sejarah kerajaan Melayu.

Bersambung, baca artikel selanjutnya: Leluhur Bangsa Indonesia Berbudaya Lisan: Fakta atau Mitos? (Bagian II - Habis)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi