Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Tutupnya Toko Buku Gunung Agung...

Baca di App
Lihat Foto
Xena Olivia
Toko Gunung Agung Kwitang, Senen, Jakarta Pusat, Senin (22/5/2023). (KOMPAS.com/XENA OLIVIA)
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - PT Gunung Agung Tiga Belas, perusahaan Toko Buku Gunung Agung, berencana menutup seluruh gerai tokonya pada akhir 2023.

Keputusan ini diambil karena perusahaan tidak sanggup bertahan seiring kerugian akibat biaya operasional yang semakin besar.

"Dalam pelaksanaan penutupan toko/outlet, yang mana terjadi dalam kurun waktu 2020 sampai dengan 2023 kami melakukannya secara bertahap dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku," tulis Direksi PT GA Tiga Belas, seperti dikutip Kompas.com, Senin (22/5/2023).

Pihak manajemen mengungkapkan penutupan toko dilakukan karena biaya operasional per bulan yang besar tidak sebanding dengan pencapaian penjualan setiap tahunnya, terutama saat terjadi pandemi Covid-19 di awal 2020.

Baca juga: Sejarah Toko Buku Gunung Agung, Berdiri Sejak Awal Kemerdekaan, Kini Harus Tutup

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Lantas, apa yang bisa dipelajari dari kasus Gunung Agung tersebut?

Perusahaan rugi

Pakar ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Eddy Junarsin mengungkapkan bahwa suatu bisnis memang bisa tidak bertahan lama jika pendapatan dan biaya operasionalnya tidak seimbang.

"Kalau biaya semakin besar sedangkan pendapatan hanya meningkat sedikit atau tidak meningkat, maka bisnis tersebut tidak sustainable," jelasnya kepada Kompas.com, Selasa (23/5/2023).

Menurutnya, suatu perusahaan memiliki dua pembiayaan, yaitu harga pokok dari penjualan dan biaya operasional.

"Biaya operasional itu seperti biaya gaji, biaya sewa, biaya administrasi, biaya pemasaran, dan lain-lain," kata dia.

Saat pendapatan yang didapat kurang dari biaya operasional, maka usahanya tidak untung.

Selain itu, Eddy juga tidak memungkiri toko buku fisik harus bertarung melawan penjualan daring maupun buku elektronik.

"Bisa juga, adanya e-book membuat harga bisa lebih murah daripada buku fisik," tambahnya.

Baca juga: Mengenal Toko Buku Tertua di Dunia yang Masih Buka, Tahun Ini Berumur 291 Tahun

Strategi bisnis agar bertahan

Dosen manajemen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM ini menyarankan agar toko buku fisik sebaiknya beradaptasi dengan perubahan zaman dan selera publik.

"Tren sekarang makin mengarah ke literatur, majalah, surat kabar secara online," katanya.

Oleh karena itu, menurutnya, toko buku klasik yang menjual buku secara fisik harus berbenah dan berinovasi.

Contohnya dengan mulai membuka penjualan di toko buku fisik serta daring.

"Selain itu, toko buku fisik harus berinovasi dengan menjadikan tempatnya menarik, misalnya jadi co-working space atau cafe, tempat diskusi, dan lain-lain," tambahnya.

Baca juga: 7 Toko Buku Unik, Mulai dari Kapal, di Tengah Sawah hingga Bekas Bank

Banyak toko buku tutup

Sebelum Toko Buku Gunung Agung tutup, sejumlah toko buku fisik lainnya telah menutup gerai penjualan mereka.

Kinokuniya, jaringan toko buku asal Jepang, menutup gerainya di Plaza Senayan mulai 1 April 2021. Mereka juga pernah tutup di Pondok Indah Mall 2 sejak 2018. Kini, hanya tersisa toko fisik di Grand Indonesia serta penjualan via daring.

Melalui akun Instagram miliknya, toko buku Togamas menutup gerai mereka di Solo per 26 Juni 2022. Penutupan ini berlaku baik toko fisik maupun daringnya.

Sementara toko buku impor Book and Beyond mengumumkan menutup secara permanen gerai mereka hingga Mei 2023. Penjualan yang masih dibuka hanya melalui situs resmi dan layanan e-commerce.

Baca juga: Disebut Jimat, Apa Isi Buku Hitam Ferdy Sambo?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi