Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Disease X, Penyakit yang Dikhawatirkan WHO Bakal Jadi Pandemi Baru

Baca di App
Lihat Foto
Motortion Films/SHUTTERSTOCK
Infeksi virus Ebola bisa menyebabkan kefatalan, bahkan kematian pada pasien.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Beberapa hari setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan akhir dari darurat kesehatan global pandemi Covid-19, kini muncul kekhawatiran baru akan adanya Disease X.

Bahkan, WHO menyebut Disease X berpotensi menjadi pandemi berikutnya.

"Ancaman munculnya varian lain yang menyebabkan gelombang baru penyakit dan kematian tetap ada, dan ancaman munculnya patogen lain dengan potensi yang lebih mematikan tetap ada," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam Majelis Kesehatan Dunia ke-76 di Jenewa, Swiss, Senin (22/5/2023).

"Perencanaan dan kesiapsiagaan sangat penting untuk melawan wabah apa pun di masa depan dengan dampak yang menghancurkan," sambungnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: WHO Sebut Covid-19 Tak Lagi Jadi Darurat Kesehatan Global, Apa Artinya? Ini Penjelasan Epidemiolog

Baca juga: WHO Cabut Status Darurat Kesehatan Global untuk Covid-19, Ini Langkah Kemenkes

Apa itu Disease X?

Disease X mewakili pengetahuan bahwa epidemi internasional yang serius dapat disebabkan oleh patogen yang saat ini tidak diketahui menyebabkan penyakit pada manusia, dikutip dari NDTV.

WHO sendiri menggunakan istilah Disease X untuk penyakit yang tidak diketahui pada 2018.

Setahun kemudian, Covid-19 muncul sebagai virus penyebab pandemi.

Istilah tersebut telah menjadi sorotan dunia, dengan banyak ahli mengeklaim bahwa Disease X berikutnya akan bersifat zoonosis, seperti Ebola dan Covid-19.

Baca juga: Virus Marburg yang Mematikan Terdeteksi di Afrika, Apa Gejalanya?

Beberapa ahli lain menyebut Disease X sebagai patogen yang bisa dibuat oleh manusia.

"Kemungkinan patogen pandemi yang direkayasa juga tidak dapat diabaikan," kata sebuah studi di Jurnal Infection Control & Hospital Epidemiology.

Selain Disease X, penyakit lain yang masuk dalam daftar sorotan WHO adalah virus Marburg, demam berdarah Krimea-Kongo, demam Lassa, penyakit nipah dan henipaviral, demam Lembah Rift, dan sindrom pernapasan Timur Tengah.

Tahun lalu, pakar kesehatan di Inggris juga telah memperingatkan pemerintah untuk bersiap menghadapi Disease X di tengah kemunculan virus polio dari sampel limbah London, cacar monyet, demam Lassa, dan flu burung dalam beberapa tahun terakhir.

Baca juga: Gejala Infeksi Virus Marburg dan Cara Mengatasinya

Mengapa Disease X kembali ramai diperbincangkan?

Dikutip dari India Today, perbincangan mengenai Disease X belakangan muncul kembali setelah adanya kasus demam berdarah di Kongo.

Seorang wanita di Kongo disebut menunjukkan gejala demam berdarah. Tapi, pengujian untuk beberapa penyakit, termasuk ebola, menunjukkan hasil negatif.

Para ilmuwan pun khawatir kasus ini bisa menjadi gejala virus yang berpotensi batu dan fatal.

Situasi langka ini kemudian memincu ketakutan di tengah spekulasi jika wanita tersebut merupakan pasien nol dari Disease X.

Baca juga: 7 Ciri-ciri Demam Berdarah, Apa Saja?

Para ahli memperingatkan, masih banyak lagi penyakit zoonosis, khususnya yang ditularkan dari hewan ke manusia, bisa muncul di masa depan.

Penyakit-penyakit seperti influenza, rabies, dan demam kuning semuanya menular dari hewan ke manusia.

Ketika terjadi wabah Ebola pada 2004 di Afrika Selatan, tidak ada yang tahu tentang keberadaan virus tersebut dan karenanya semua orang tidak siap untuk itu.

Itu muncul sebagai penyakit asing yang datang ke dunia dan membunuh beberapa orang.

Memasukkan Disease X ke dalam daftar prioritasnya telah membantu WHO mengakui dan membuat rencana apa pun yang mereka bisa untuk penyakit yang muncul dari sumber tak dikenal.

Baca juga: Kembali Merebak di Kongo, Berikut Beda Virus Ebola dengan Corona...

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi