Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ikko Anata
KOMPAS.com - Hampir setiap hari, kita mendengar suami yang membunuh istrinya sendiri atau sebaliknya. Fenomena ini tentunya membuat mayoritas orang yang belum menikah jadi harus berpikir ulang. Bahkan, muncul banyak skeptisme terhadap rumah tangga yang harmonis.
Melansir Kompas.com, Jumat, 5 Mei 2023, seorang istri di Bekasi tewas dibunuh suaminya sendiri, yaitu RDS (25), karena permasalahan sepele setelah mereka adu mulut. Diketahui, percekcokan ini terjadi saat korban mengetahui suaminya tidak bangun pagi.
Tak hanya di dunia nyata, audio drama siniar Tinggal Nama episode “7 Menit Itu Misteri [Pt.2]” dengan tautan akses dik.si/TNS6E4, mengishkan perseteruan dua pasangan yang mengakibatkan hilangnya nyawa.
Istilah Membunuh Pasangan Sendiri
Fenomena ini ternyata memiliki istilah khususnya. Kasus laki-laki yang membunuh pasangan perempuannya disebut dengan uxoricide. Kata ini berasal dari bahasa Latin, yaitu uxor yang berarti istri dan -cide dari credere yang berarti membunuh.
Sementara itu, pembunuhan pasangan perempuan oleh laki-laki disebut mariticide yang berasal dari bahasa Latin maritus, yaitu suami. Kedua istilah ini bisa merujuk pada tindakan yang dilakukan oleh dengan tangan mereka sendiri atau menggunakan perantara lainnya.
Baca juga: 7 Kisah Perampokan Terbesar dalam Sejarah
Namun, dalam terminologi hukum umum saat ini, istilah matricide lebih sering digunakan sebagai istilah gender yang lebih netral. Alhasil, matricide dikenal sebagai istilah umum seseorang yang membunuh pasangannya.
Di Indonesia sendiri, fenomena ini lebih banyak menyoroti perempuan sehingga disebut sebagai femisida. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, femisida adalah pembunuhan perempuan oleh laki-laki karena kebenciannya terhadap perempuan.
Kebencian ini didorong oleh berbagai faktor, seperti dendam, dan menganggap perempuan sebagai kepemilikan sehingga boleh berbuat sesuka hatinya. Berdasarkan pemantauan Komnas Perempuan di pemberitaan media, tercatat kurang lebih 307 pembunuhan istri oleh suami sendiri sepanjang Juni 2021 hingga Juni 2022.
Faktor Penyebab Pembunuhan oleh Pasangan
Seseorang yang tega membunuh pasangannya biasanya disebabkan oleh berbagai faktor. Namun, melansir ABC News, penelitian menunjukkan ada dua jenis pembunuhan domestik, yaitu terencana dan spontan.
Pembunuhan spontan mayoritas terjadi karena pelaku mungkin memiliki masalah emosi hingga tak mampu mengendalikannya dan bertindak impulsif. Jika menghadapi pelaku seperti ini, faktor yang melatarbelakanginya pun bisa disebabkan oleh hal-hal kecil, misalnya adu mulut kecil.
Sementara itu, pembunuhan terencana sering kali dilatarbelakangi oleh kecemburuan. Misalnya, seseorang cemburu melihat pasangannya menjadi lebih sukses sehingga ingin menguasai hartanya.
Ada pun faktor yang melatarbelakangi dua jenis pembunuhan itu sangatlah kompleks. Namun, banyak orang percaya patriarki adalah akar permasalahan utamanya. Pemahaman bahwa laki-laki mampu mengendalikan atau mengontrol keluarga seorang diri bisa membuat kekerasan dalam rumah tangga semakin tak terkendali.
Memiliki pasangan yang posesif dan berkeinginan mengontrol hidup kita bisa menjadi salah satu tanda bahaya dalam hubungan. Terlebih, jika mereka sudah berani melakukan kekerasan, baik secara verbal atau fisik.
Baca juga: 4 Miliarder yang Terbunuh Secara Tragis
Faktor lainnya adalah ketidaksiapan pengetahuan. Minimnya pengetahuan dasar berumah tangga bisa menjadi pemicu kekerasan. Dalam menjalani bahtera ini, diperlukan persiapan yang matang secara mentalitas sebab akan ada banyak yang pasangan lalui ke depannya.
Salah satunya yang kerap dilupakan adalah masalah ekonomi. Banyak pasangan muda yang menyepelekan hal ini dan menganggap uang bisa dicari bersama. Kenyataannya, terdapat kasus di NTB seorang suami tega membunuh istrinya karena kesal uang untuk keperluan membeli obat jagung telah habis dibelanjakan.
Ketidaksiapan ini juga menjulur kepada pengetahuan seputar pasangan masing-masing. Saat sudah menjalin hubungan atau menikah, mengetahui latar belakang hingga sifat pasangan sangat diperlukan.
Ini akan berguna untuk mengantisipasi hal-hal yang bisa memicu pertengkaran. Pasalnya, meski sudah menikah, kita tak bisa percaya penuh pada pasangan bahwa ia ingin berubah. Terlebih, jika sifat buruk itu sudah melekat.
Untuk itu, observasi bagaimana perilaku jika pasangan sedang marah. Perhatikan apakah ia akan melakukan tindakan berbahaya atau justru mengajak kita berdiskusi untuk menyelesaikannya.
Jangan sampai kita sudah terlanjur jatuh dalam hubungan yang tak sehat. Nantinya, hal ini akan berdampak pada tumbuh kembang anak. Anak yang menyaksikan hubungan tak harmonis orangtuanya bisa memicu trauma.
Dengarkan secara lengkap kisah tewasnya dua pasangan karena berseteru dalam audio drama siniar Tinggal Nama episode “7 Menit Itu Misteri [Pt.2]” dengan tautan akses dik.si/TNS6E4 di Spotify.
Dengarkan juga kisah-kisah lainnya yang tak kalah mencekam melalui playlist YouTube Medio by KG Media. Kini, Tinggal Nama juga telah tersedia di Noice dengan tautan dik.si/NoiceTN.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.