Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Kemunculan Kristen Muhammadiyah, Kapan Varian Ini Ditemukan?

Baca di App
Lihat Foto
umko.ac.id
Ilustrasi logo Muhammadiyah.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Istilah Kristen Muhammadiyah atau KrisMuha baru-baru ini ramai diperbincangkan warganet di Twitter.

Hal itu bermula dari acara bedah buku "Kristen Muhammadiyah: Mengelola Pluralitas Agama dalam Pendidikan" pada Senin (22/5/2023) lalu.

Dilansir dari laman Muhammadiyah, buku tersebut merupakan buah penelitian dari Abdul Mu’ti dan Fajar Riza Ulhaq.

Adapun, Abdul Mu'ti saat ini menjabat sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sementara Fajar merupakan Ketua Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis (LKKS) PP Muhammadiyah.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Muhammadiyah Didirikan di Yogyakarta, Bagaimana Awal Mulanya?

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 23 Februari 1923, KH Ahmad Dahlan Meninggal Dunia

Kemunculan KrisMuha ditanggapi warganet

Kemunculan KrisMuha sebagaimana dikemukakan Muhammadiyah kemudian menuai berbagai reaksi dari warganet.

Ada yang menganggap KrisMuha sebagai bentuk toleransi antarumat beragama, namun sebagian warganet lain justru mempertanyakan varian ini.

"ini tuh cuma istilah utk menggambarkan situasi di indonesia timur di mana muhammadiyah dan kristen saling bersinggungan, memang istilah kristen muhammadiyah ini gampang banget buat ngegocek orang," cuit akun Twitter ini.

"Mau Berkilah, Sebutan Kristen-Muhammadiyah Itu Istilah Sosiologis, Bukan Teologis pun Tetap Masalah Besar," timpal akun ini.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Muktamar Muhammadiyah dan Sejarahnya...

Lantas, apa itu KrisMuha dan kapan varian ini ditemukan?

Penjelasan Muhammadiyah

Dilansir dari laman Muhammadiyah, munculnya KrisMuha dapat dijelaskan oleh adanya interaksi yang intens antara siswa Muslim dan Kristen dalam lingkungan pendidikan di sekolah-sekolah Muhammadiyah.

Kendati demikian, kemunculan KrisMuha tidak berarti menghilangkan identitas mereka sebagai umat Kristen yang taat.

"Kami tidak menduga ketertarikan dan antusiasme masyarakat (pembaca) terhadap karya ini masih sedemikian besar," ujar Fajar.

Sementara itu, Abdul Mu'ti menyampaikan bahwa buku soal KrisMuha sebenarnya sudah diterbitkan pada 2009 lalu, namun data-datanya kurang detail.

Buku tersebut kemudian diterbitkan oleh Kompas Gramedia yang telah mengalami penyempurnaan yang komprehensif dan juga telah diperbaiki dengan baik.

Baca juga: KH Hasyim Asy’ari, Pendiri NU yang Turut Melawan Penjajah

Awal mula Kristen Muhammadiyah ditemukan

Masih dikutip dari sumber yang sama, Fajar menerangkan bahwa buku KrisMuha yang ia susun menggambarkan toleransi di daerah terpencil di Indonesia, terutama di daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal atau 3T.

Daerah yang ia maksud adalah Ende di Nusa Tenggara Timur (NTT), Serui di Papua, dan Putussibau di Kalimantan Barat (Kalbar).

Saat dihubungi lebih lanjut, Fajar mengonfirmasi bahwa buku soal KrisMuha merupakan hasil penelitiannya dengan Abdul Mu'ti di 3 lokasi tersebut pada 2008 silam.

"Diterbitkan pertama kali tahun 2009," katanya kepada Kompas.com, Jumat (2/6/2023).

"Ya (KrisMuha ditemukan) sekitar tahun 2008 kami risetnya," tambah Fajar.

Terpisah, Abdul Mu'ti mengutarakan bahwa fenomena KrisMuha sudah eksis jauh sebelum penelitian tersebut dilakukan.

"Di banyak daerah, terutama di kawasan Timur Indonesia di mana banyak siswa Kristen atau Katolik yang belajar di sekolah dan kampus Muhammadiyah," jelasnya kepada Kompas.com, Jumat (2/6/2023).

Baca juga: Jelang Pemilu 2024, Ketua PP Muhammadiyah Ingatkan Adab Berpolitik

Kemunculan Kristen Muhammadiyah

Lebih lanjut, Fajar menerangkan bahwa kemunculan KrisMuha tidak bisa dilepaskan dari fenomena siswa non-Muslim (Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha) yang bersekolah di Muhammadiyah banyak ditemukan di Indonesia Timur, seperti NTT, Papua, dan Kalimantan Barat.

Ia menyampaikan, mayoritas mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Kupang merupakan non-Muslim. Hal yang sama terjadi di Universitas Muhammadiyah.

"Ende, misalnya, mewakili potret sosiologis di NTT karena di Kupang ada hal serupa," tutur Fajar.

Baca juga: 10 Mahasiswa Muhammadiyah Gapai Medali Emas dan Perak di SEA Games 2023

Bukan percampuran agama

Terkait penamaan KrisMuha, Fajar menegaskan bahwa varian ini merupakan potret perjumpaan siswa Kristen dengan siswa Muslim di institusi pendidikan.

Mereka merasa menjadi bagian dari entitas sosial Muhammadiyah tanpa tercerabut jati dirinya sebagai seorang Kristen.

"Krismuha merupakan identitas sosial, bukan identitas keagamaan," tandas Fajar.

"Hal ini tercermin dari pernyataan Engelbert Dimara, anggota Dewan Adat Papua. Ia berujar, 'saya walaupun orang Kristen tapi warga Muhammadiyah karena saya alumni STIKOM Muhammadiyah Jayapura'," lanjutnya.

Baca juga: Viral Video Diduga Ormas Tenteng Senjata, Ini Penjelasan Kokam

Merujuk laman Muhammadiyah, Abdul Mu'ti juga mengatakan bahwa KrisMuha merupakan varian sosiologis, bukan teologis.

Istilah tersebut lahir merujuk pada kedekatan antara warga Kristen dengan gerakan Muhammadiyah.

Ia menampik KrisMuha merupakan penggabungan akidah Muhammadiyah dengan Kristen.

KrisMuha, kata Abdul Mu'ti, juga bukanlah anggota resmi Muhammadiyah dan mereka masih berpegang tegug pada nilai dan keyakinan Kristen.

"Kristen Muhammadiyah bukanlah sinkretisme agama di mana seseorang mencampuradukkan ajaran Kristen/Katolik dengan Islam (Muhammadiyah)," paparnya.

Baca juga: Muktamar Muhammadiyah 2022: Pengertian, Sejarah, dan Link Twibbon-nya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi