Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bergabung sejak: 9 Mar 2022

Komarudin Watubun, SH, MH adalah anggota Komisi II DPR RI; Ketua Pansus (Panitia Khusus) DPR RI Bidang RUU Otsus Papua (2021); pendiri Yayasan Lima Sila Indonesia (YLSI) dan StagingPoint.Com; penulis buku Maluku: Staging Point RI Abad 21 (2017).

Transfer Iptek Strategis dan Konservasi

Baca di App
Lihat Foto
canva.com
Ilustrasi IPTEK
Editor: Egidius Patnistik

THE NATIONAL Intelligence Council (NIC) asal Amerika Serikat (AS) merilis kajian tentang tren dunia hingga tahun 2040. Judulnya Global Trends 2040 edisi Maret 2021. NIC (2021) memperkirakan empat tantangan global yakni perubahan iklim, wabah, krisis keuangan, dan disrupsi teknologi yang berisiko memicu beragam ancaman, tantangan atau hambatan pembangunan pada masyarakat tiap negara dari syok hingga katastrofe atau bencana.

Rilis kajian tren global itu melibatkan 18 organisasi, khususnya komunitas intelijen AS, misalnya National Security Agency (NSA) dan Central Intelligence Agency (CIA). Begitu tulis editorial The New York Times, edisi 16 April 2021.

Tiap empat tahun sejak 1997, NIC mengajukan kajian Global Trends ke presiden terpilih AS, perumus kebijakan strategis jangka-panjang pemerintah dan komunitas intelijen AS di Gedung Putih, Washington. Sumbernya berasal dari ahli-ahli dan sektor swasta. Jadi, NIC menjembatani intelijen dan para pembuat keputusan di AS.

Baca juga: Alasan Kemajuan Iptek Penting bagi Indonesia

Internet of Things (IoT) melibatkan 10 miliar cepis (devices) tahun 2018 dan berkisar 64 miliar cepis tahun 2025 dan triliunan cepis tahun 2040. Ini skenario hiper-koneksi global real-time. Pilihannya bukan multi-disiplin atau lintas-disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), tetapi konvergensi iptek.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Contohnya konvergensi teknologi intelijen-artifisial (AI), telekomunikasi kecepatan tinggi, dan bioteknologi. Tahun 2040, bioteknologi bakal mengisi sekitar 20 persen kegiatan ekonomi dunia, khususnya pertanian dan manufaktur.

NIC juga menambahkan bahwa tahun 2018, sekitar 10.000 kota di 128 negara merilis program mitigasi dan adaptasi perubahan iklim (climate action). Program itu melibatkan pula 6.225 perusahan dengan penghasilan 36,5 triliun dollar AS per tahun di 120 negara.

Namun, risiko perubahan iklim masih sulit terkendali, misalnya badai panas, suhu ekstrem, lonjakan cair es kutub, dan kenaikan level permukaan laut. Risiko-risiko ini disertai pula oleh bencana kehancuran hutan-hutan, polusi, degradasi tanah, dan krisis air.

Inovasi dan transfer iptek selama ini telah memacu pertumbuhan ekonomi jangka-panjang tetapi juga merusak lingkungan. 

Karena itu, pilihan inovasi dan alih iptek antar-negara dan dalam negeri mendapat perhatian luas dari pemerintah pada banyak negara (Mytelka, 2007), misalnya jual-beli atau lisensi properti intelektual dan teknologi bersih-ramah lingkungan. Jenis iptek ini termasuk iptek strategis yang melindung bangsa dan negara dan menyejahterakan rakyat.

Dalam konteks Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu Presiden Prancis, Emmanuel Macron, pada 21 Mei 2023 di Hotel Grand Prince, Hiroshima (Jepang). Presiden Jokowi melihat peluang alih teknologi, pengetahuan dan produksi berbasis iptek strategis Indonesia-Prancis.

Presiden Jokowi juga menyebut peluang kemitraan sektor pertahanan dan alat utama sistem senjata (alutsista) melalui rencana joint venture PT Len Industri dan Thales, energi hijau, ecotourism, kemitraan Hydrogene de France (HDF)-PT Bukit Asam (teknologi hidro), atau Centre de coopération internationale en recherche agronomique pour le développement (CIRAD)-Yayasan Biru Indonesia. 

Isu alih-teknologi juga muncul pada pertemuan bilateral Presiden Jokowi dan Presiden Republik Islam Iran, Seyyed Ebrahim Raisi, pada 23 Mei 2023 di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat. Presiden Jokowi antara lain menyampaikan alih-teknologi (bioteknologi dan nanoteknologi) dan kerjasama sektor kesehatan, energi, pertanian, dan lingkungan dengan sejumlah BUMN. 

Baca juga: 5 Dampak Positif Perkembangan Iptek bagi Kehidupan Manusia

Iptek strategis diharapkan dapat mewujudkan cita-cita aliena ke-4 Pembukaan UUD 1945 yakni (1) mencerdaskan kehidupan bangsa, (2) melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah-darah, dan (3) menjelmakan nilai-nilai asli dan universal dari Pancasila. Ini pula hal paling pokok dari strategi transfer iptek strategis bagi bangsa Indonesia kini dan ke depan.

Inovasi Iptek

Jika merujuk ke ekonom Schumpeter (1934), inovasi ialah paduan baru dari produk baru atau spesies baru; aplikasi metode baru; membuka pasar baru; akuisisi sumber daya atau bahan mentah baru. Maka sejak awal abad 20, konsep dasar inovasi selalu berisi kreasi dan implementasi gagasan, proses, produk atau jasa baru (Thompson, 1965; Barnett, 1953; Van de Ven, 1986) atau teknologi atau model baru (Nord et al., 1987).

Transfer iptek selalu melahirkan suatu inovasi. Sejumlah riset empirik sejak akhir abad 20, misalnya riset Van de Ven (1986), OECD (2007), dan Dutta et al. (2014) menyimpulkan bahwa inovasi adalah pendorong utama kemajuan sosial-ekonomi.

Kita juga melihat negara-negara Uni Eropa (UE) merilis strategi ‘Europe 2020’. Arahnya ialah inovasi dan alih teknologi cerdas, bersih dan ramah-lingkungan, misalnya sumber-sumber daya lebih lestari, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan produktivitas ekonomi, dan mempererat kohesi masyarakat. Ini contoh inovasi iptek strategis.

Inovasi dan alih teknologi UE itu hendak menambah kapabilitas migitasi dan adaptasi perubahan iklim, misalnya inovasi teknologi karbon rendah. Hal ini termasuk sasaran dan manfaat iptek strategis.

Upaya kendali risiko perubahan iklim melalui teknologi mitigasi dan adaptasi tentu mensyaratkan riset dan pengembangan metode dan teknologi baru. Chaudhry et al. (2013) dan Wennersten et al. (2015) menyebut contoh riset dan pengembangan iptek carbon capture (penyerap karbon) yang selalu membutuhkan kontrol dan monitoring ketat.

Alasannya, program kendali perubahan iklim, menurut riset Mowery et al. (2010), berbeda dari satu sektor dengan sektor lain, khususnya pilihan teknologi, riset, diseminasi, dan penerapan programnya. Misalnya, riset Qinhua Wang et al. (2019) menguraikan inovasi ‘teknologi hijau’ yang bersih dan ramah lingkungan di Tiongkok tahun 1990-2015.

Tiongkok merintis dan memajukan inovasi teknologi-hijau dengan fokus ke teknologi pengolahan air dan air limbah, energi surya fotovoltaik (PV), penerangan, bahan kimia curah atau halus atau obat-obatan (kesehatan), kendaraan listrik, dan teknologi lainnya. Namun, menurut Qinhua Wang et al. (2019), inovasi tehnologi hijau Tiongkok menghadapi kendala tenaga kerja, modal produksi, dan sumber daya alam.

Jumlah penduduk sekitar 1,3 miliar jiwa di Tiongkok, memicu lonjakan konsumsi energi, pangan, dan sumber alam sangat besar. Maka, Tiongkok memasang target net-netral-karbon (zero emisi karbon) tahun 2060.

Sedangkan target Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui COP26 (Climate Change Conference of the Parties) November 2021 di Glasgow, Scotlandia (Inggris) yakni net-zero emisi karbon tahun 2030.

Di sisi lain, Tiongkok memadukan akuisisi teknologi secara legal dan ilegal dari luar negeri. Begitu laporan Stew Magnusson dalam National Defense edisi 22 November 2019. Siasat ‘inovasi’ iptek Tiongkok ini menyasar iptek Eropa dan AS. Begitu bunyi editorial Financial Times edisi 18 April 2022.

William Evanina, Direktur the National Counterintelligence and Security Center (AS) menyebut operasi ‘inovasi’ iptek Tiongkok ini juga menyasar anggota-anggota NATO, pakta pertahanan Atlantik Utara (Gates, 2020).

Siasat ‘inovasi’ atau transfer teknologi Tiongkok, menurut Kongres AS (2022), menghasilkan sekitar 225-600 miliar dolar AS per tahun ke Tiongkok. Mengapa meraup untung besar?

Pada 11 April 2018 pagi di Ruangan 2318 Rayburn House Office Building, Washington (AS), Subkomite Pengawasan dan Riset dan Teknologi Kongres, menggelar dengar-pendapat “Sholars or Spies : Foreign Plots Targeting America's Research and Development”. Ralph Lee Abraham, asal Negara Bagian Lousiana (AS), Ketua Subkomite Pengawasan dari Kongres, membuka dengar-pendapat itu dengan satu kisah.

Baca juga: Iptek Strategis

“As a medical doctor myself, I found one case particularly concerning,” papar Abraham. Sebagai seorang dokter medis, Abraham menemukan satu contoh kasus. Seorang mantan associate professor pada New York University (AS), spesialis teknologi MRI, melakukan riset MRI dengan dukungan dana hibah dari National Institutes of Health (AS).

Pada dakwaan awal jaksa di AS, sang spesialis berkolusi dengan lembaga riset dari Tiongkok. Diam-diam sang spesialis mempatenkan teknologi MRI, hasil risetnya itu, dengan lisensi ke perusahan pencitraan medis asal Tiongkok senilai jutaan dollar. 

Survei CSIS (Center for Strategic & International Studies) menemukan tahun 2000-2023, ada 1200 kasus akuisisi teknologi AS secara ilegal oleh jaringan Tiongkok. Aktornya ialah warga-negara Tiongkok (sipil, militer, pemerintah) dan warga non-Tiongkok.

Misalnya, Tiongkok membayar Noshir Gowadia, warga AS, sebesar 110 ribu dollar AS tahun 2003-2005 untuk membantu produksi sistem nozel knalpot rudal jelajah Tiongkok (CSIS, 2023).

Transfer Iptek Strategis

Pada 3 Februari 2022 dari markas Pentagon di Arlington County, Virginia (AS), Departemen Pertahanan AS (DoD) merilis visi 14 iptek strategis. Pilihan iptek strategis itu antara lain bioteknologi, sains quantum, FutureG, teknologi nirkabel, material canggih, AI, jaringan sistem terpadu (INSS), mikro-elektronik, teknologi antariksa, teknologi pembangkit dan penyimpan energi renewable, piranti lunak dan komputer, hipersonik, indera dan siber terpadu, dan lain-lain (DoD, 2022).

Heidi Shyu (2022), Wakil Menhan AS bidang Research and Engineering, melihat 14 iptek strategis mempertahankan keunggulan teknologi militer AS. Maka fokusnya ialah riset, sains, teknologi, rekayasa, dan inovasi.

Pentagon merajut kemitraan dengan Pemerintah AS, Defense Industrial Base, kalangan akademi, Federally Funded Research and Development Centers (FFRDCs), University Affiliated Research Centers (UARCs), UKM, mitra internasional.

Selama ini, superioritas iptek strategis AS merujuk pada sejumlah model alih-iptek strategis. Misalnya, alih-Iptek melalui CRADAs (perjanjian kerjasama R&D) menghubungkan Los Alamos National Laboratory (LANL), lab R&D ke-16 AS di New Mexico, dengan swasta (Rogers et al., 1998) di AS. Lab LANL adalah jejak asal-usul bom atom pada Perang Dunia II.

Lab LANL dibangun tahun 1943 (Project Y), khusus senjata nuklir melalui Manhattan Project. Ahli-ahli peraih Nobel banyak bercokol di Lab LANL.

Kini Los Alamos merajut riset multi-disiplin bidang keamanan negara, antariksa, fusi nuklir, energi baru-terbarukan, obat, nano-teknologi, dan super-computing. Dengan anggaran 2,2 miliar dolar AS per tahun, Los Alamos melibatkan 8.762 pegawai, 277 personel sekuriti, 505 kontraktor, 1.613 mahasiswa, 1.143 tukang, dan 452 peneliti (Los Alamos National Security, 2022).

Model lain ialah transfer teknologi melalui spin-off. Misalnya, spin-off dari LANL dan Sandia National Laboratories (SNL) (Carayannis et al., 1998), dan spin-off dari pusat penelitian di University of New Mexico (UNM) di AS. Suatu spin-off adalah perusahan baru yang dibentuk oleh mantan karyawan perusahan induk bertujuan transfer teknologi inti dari perusahan induk. 

Sandia, milik Pemerintah Federal AS, dioperasikan oleh swasta National Technology and Engineering Solutions of Sandia sejak Mei 2017 hingga 2022 di Kirtland Air Force Base, Albuquerque, New Mexico.  Sejak 1949, SNL mengemban multi-misi berbasis iptek, khususnya keamanan nuklir AS (NNSA). Lingkup kerjanya mencakup deterens nuklir, kendali senjata, kendali limbah berbahaya dan mitigasi perubahan iklim.

Sandia mewadahi prakarsa riset-riset biologi-komputasi, fisika, sains material, energi alternatif, psikologi, dan ilmu kognitif. Misalnya, Sandia mewadahi superkomputer awal dan paling cepat, ASCI Red dan ASCI Red Storm, Z Machine, generator X-ray guna uji material di bawah kondisi suhu dan tekanan ekstrem. Sandia melakukan riset-riset melalui perjanjian kerjasama perguruan tinggi, pemerintah, dan swasta (triple helix).

Sandia menyediakan program pendidikan Program Securing Top Academic Research & Talent at Historically Black Colleges and Universities (START HBCU) dan Sandia University Partnerships Network (kolaborasi Universitas Purdue, Universitas Texas, Institut Teknologi Georgia, Universitas Illinois Urbana–Champaign, dan Universitas New Mexico). (14,15)

Contoh lain transfer iptek di AS, sinergi nilai budaya individualistik dan kolektivistik pada spin-offs teknologi canggih di New Mexico (AS) dan Singapura (Rogers et al., 1999c); keberhasilan alih teknologi pada 55 pusat riset di AS dan alih teknologi berbasis riset pada 132 perguruan tinggi di AS. Jadi, universitas semakin terlibat dalam bisnis alih-teknologi berbasis riset.

Lisensi juga termasuk model transfer iptek. Sedangkan publikasi artikel ilmiah bukan sarana efektif transfer teknologi. Namun, model-model ‘legal’ transfer teknologi semacam ini rawan spionase, akuisisi, mata-mata, peretas, atau ‘saboteurs’ properti-properti intelektual.

Kajian Joe Schuman (2022) menyebut Tiongkok menerapkan fusi sipil-militer pada Alibaba, Baidu, Tencent, Huawei, dan ZTE. Model fusi ini misalnya bersaing dengan model transfer teknologi pada metropolis-teknopolis Silicon Valley (California), Austin (Texas) di AS, Tsukuba Science City di Tokyo (Dearing and Rogers, 1990) dan piranti lunak dan semi-konduktor hub Bangalore di India.

Model alih-iptek strategis Korea Selatan termasuk kisah sukses. Modal utama alih-iptek ialah sumber daya manusia (SDM). Pemerintah Korea Selatan menyusun rencana konkret. Riset Hee Jun Choi (2023) menyebut bahwa Korea Selatan melakukan investasi SDM sektor asimilasi, adaptasi, modifikasi, dan produksi high-tech, misalnya teknologi elektronik, komunikasi dan informasi.

Transfer teknologi mensyaratkan adopsi inovasi iptek (Rogers, 1962), aplikasi dan penggunaan teknologi, desain, material, metode, kapasitas, teknik atau pengetahuan baru. Sektor-sektor semacam ini menjadi fokus alih-iptek Korea Selatan selama ini. Ini pelajaran penting dari transfer iptek model Korea.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi