Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Sering Tidur Telentang Bikin Kepala Bayi Datar atau "Peyang"?

Baca di App
Lihat Foto
Twitter/@tanyakanrl
Tangkap layar foto bayi berkepala datar atau peyang.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Sebuah unggahan yang menyebut bayi terlalu sering tidur telentang bisa menyebabkan kepalanya menjadi datar atau peyang, ramai dibahas di media sosial.

Unggahan tersebut dibagikan akun Twitter ini, Rabu (7/6/2023). Dalam unggahannya, seorang warganet menduga kepalanya terlihat berbentuk agak datar karena hal ini.

"Berarti dulu gue kebanyakan tidur telentang ya, makanya kok agak datar kepala belakang nih," tulisnya.

Pengunggah juga membagikan gambar ilustrasi kepala dua bayi yang bagian belakangnya berbentuk agak lonjong sementara kepala bayi lainnya terlihat normal.

Dalam foto yang dibagikan, terlihat saran untuk memberikan waktu bagi bayi melakukan tummy time supaya kepalanya tidak datar.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut Institut Nasional Kesehatan anak dan Perkembangan Manusia (NICHD) Institut Kesehatan Nasional AS (NIH), tummy time adalah menempatkan bayi tengkurap saat mereka bangun dalam pengawasan orang lain.

Tummy time ini dapat memperkuat otot leher, bahu, dan lengan bayi, meningkatkan kemampuannya bergerak, dan mencegah bintik di belakang kepalanya.

Hingga Kamis (8/6/2023), unggahan tersebut telah tayang sebanyak 1,3 juta kali, disukai 22.600 akun Twitter, dan dibagikan 1.446 kali.

Lalu, benarkah bayi yang keseringan tidur telentang menyebabkan kepalanya datar atau peyang?

Baca juga: Mengenal Craniopagus Parasiticus, Kelainan Bawaan Bayi Lahir dengan Dua Kepala yang Melekat


Bentuk kepala bayi baru lahir

Dokter spesialis obstetri dan ginekologi RS Advent Bandung Wawang Setiawan Sukarya mengungkapkan bahwa air ketuban ibu akan melindungi kepala janin dari tekanan dan benturan.

Kecuali pada saat dilahirkan, kepala bayi harus menyesuaikan dengan bentuk panggul. Tapi setelah lahir, beberapa hari bentuk kepala normal kembali

Ia menjelaskan, kepala bayi saat dilahirkan umumnya akan berbentuk agak lonjong. Ini menyesuaikan dengan jalur lahirnya yang melewati panggul ibu.

Hal ini terjadi karena celah di tulang kepala bayi bisa bergeser menyesuaikan posisi sekitarnya.

"Kalau waktu mau lahir dan lewat panggul, kepala tetap bulat, ya nggak bisa lewat. Jadi harus lonjong dulu," kata Wawang saat dihubungi Kompas.com, Kamis (8/6/2023).

Meski begitu, tengkorak kepala bayi kemudian akan mengeras seiring waktu. Umumnya antara 18 bulan hingga 2 tahun.

Saat pengerasan terjadi secara normal dan tidak terlalu cepat atau lambat, ini akan membuat bentuk kepala bayi terlihat normal.

Baca juga: Viral, Video Menggebrak Kasur untuk Terapi Bayi 9 Hari agar Tidak Kagetan, Apa Bahayanya?

 

Akibat salah posisi tidur

Dokter spesialis anak RS Universitas Sebelas Maret (UNS) Maria Galuh Kamenyangan Sari menyebut kepala datar atau peyang yang dialami bayi sebagai sindrom kepala datar.

Sindrom kepala datar atau plagiocephaly adalah kondisi kepala bayi tampak datar pada satu sisi, bisa kanan atau kiri. 

Menurut Maria, kondisi ini umumnya tidak berbahaya bagi bayi. Namun, dapat membuat wajah dan kepala bayi menjadi tidak simetris.

Galuh mengungkapkan, kondisi yang dikenal sebagai kepala peyang ini biasa terjadi pada bayi yang baru lahir.

Hal ini karena tulang tengkoraknya masih sangat lunak sehingga membuat bentuk kepalanya mudah berubah bila ada tekanan yang terlalu lama.

"Kebanyakan penyebab adalah posisi tidur bayi yang cenderung ke salah satu sisi, baik kanan atau kiri," kata Maria kepada Kompas.com, Kamis (8/6/2023).

Ia juga mengatakan, jika bayi yang sering tidur telentang akan menyebabkan bagian belakang kepalanya tertekan. Akibatnya, bentuk kepala tidak simetris.

Baca juga: Lebih Jauh tentang Madsaz, Aplikasi Penerjemah Tangisan Bayi Karya Dosen IPB

Penyebab kepala bayi datar atau peyang

Galuh menjelaskan, posisi tidur bayi memang dapat mengakibatkan bentuk kepalanya tidak simetris.

Selain itu, ada beberapa penyebab lain yang dapat mengakibatkan kondisi tersebut, di antaranya:

  • Kelahiran prematur yang membuat tulang tengkorak bayi lebih lunak
  • Bayi kembar dalam rahim kecil sehingga menekan pertumbuhannya
  • Kadang terjadi pada bayi yang lahir dengan bantuan forceps (capit) atau vakum (penyedot)
  • Penyakit bawaan lahir, seperti craniosynostosis, sindrom Apert, dan sindrom Pfeiffer.

Cara pencegahan dan mengatasinya

Ia menambahkan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah kepala anak menjadi datar, yakni:

  • Ubah posisi tidur bayi
  • Menyusui secara berkala
  • Bayi digendong dalam posisi tegak dengan durasi lebih lama daripada ditaruh di tempat datar.

"Itu hanya pencegahan sederhana, jika memang menetap bisa berkonsultasi ke dokter," lanjutnya.

Dikutip dari Craniofacial Center New Jersey, bayi atau balita yang kepalanya tidak simetris dapat menjalani terapi fisik, terapi helm, maupun latihan reposisi untuk mengatasinya.

Sementara orang dewasa yang mengalami kondisi ini perlu menjalani kombinasi terapi fisik, alat bantu ortotik yang dibuat khusus, atau pembedahan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi