Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Istana Kepresidenan yang Ada di Indonesia, Apa Saja?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO
Foto stok: Istana Bogor
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Istana kepresidenan di Indonesia berperan penting sebagai kantor sekaligus tempat tinggal bagi Presiden bersama keluarganya.

Istana kepresidenan juga digunakan untuk menghelat acara kenegaraan, seperti pelantikan kabinet, menyambut kepala negara atau pemerintahan negara sahabat, termasuk lokasi Upacara HUT Kemerdekaan RI.

Presiden yang bertempat tinggal di istana kepresidenan dikawal oleh Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) dari lingkungan TNI sehingga tidak sembarang orang boleh masuk ke kawasan ini.

Baca juga: Asal-usul Istana Bogor, dari Buitenzorg hingga Jadi Tempat Kediaman Presiden

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Menilik Perbedaan Istana Negara dengan Istana Merdeka, Apa Saja?

Berikut daftar istana kepresidenan di Indonesia:

1. Istana Negara

Dilansir dari laman setneg, Istana negara berada di Jalan Veteran, Jakarta Pusat yang menghadap ke Sungai Ciliwung.

Keberadaan Istana Negara membelakangi Istana Merdeka yang menghadap ke Taman Monumen Nasional dan dihubungkan oleh halaman tengah.

Di Istana Negara juga ada beberapa bangunan lain, yakni Kantor Presiden, Wisma Negara, Masjid Baiturrahim, dan Museum Istana Kepresidenan.

Istana tersebut dulunya digunakan sebagai kediaman warga negara Belanda bernama JA van Braam.

Ia membangun kediamannya yang saat ini digunakan sebagai Istana Negara pada 1796.

Pada saat itu, Gubernur Jenderal Pieter Gerardus van Overstraten tengah berkuasa di wilayah Hindia Belanda.

Baca juga: Cerita Abah Lala, Pencipta Lagu Ojo Dibandingke yang Bergema di Istana Merdeka

2. Istana Merdeka

Istana Merdeka terletak di Jalan Merdeka Utara dan menghadap ke Taman Monumen Nasional.

Istana Merdeka dan Istana Negara berada dalam satu kompleks dengan luas mencapai 6,8 hektar dan berada di jantung ibu kota negara.

Sejarah singkatnya, dengan meningkatnya kegiatan pemerinta Hindia-Belanda pada waktu itu, Istana Negara dianggap kurang memenuhi syarat keperluan. Sehingga dianggap perlu mendirikan bangunan lagi.

Ketika masa pemerintahan Gubernur Jenderal Loude pada 1873 dan melalui arsitek Drossares didirikanlah bangunan lain, dan rampung pada 1879 saat Gubernur Jenderal Johan Willem van Landsbarge memerintah.

Namun, istana tersebut tidak langsung diberi nama Istana Merdeka setelah selesai dibangun melainkan diberi nama Istana Gambir.

Baca juga: Sejarah Istana Gedung Agung Yogyakarta, Tempat Presiden Jokowi Tunaikan Shalat Idul Fitri

3. Istana Bogor

Istana Kepresidenan lain yang letaknya berdekatan dengan Istana Negara dan Istana Merdeka adalah Istana Bogor.

Istana itu berada di Jalan Ir H Juanda No 1, Kelurahan Paledang, Kecamatan Kota Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Pembangunan Istana Bogor bermula dari pencarian orang Belanda yang bekerja di Batavia (kini Jakarta) yang mencari tempat peristirahatan.

Setelah itu, ditemukanlah sebuah kawasan yang dinilai cocok yang berada di Kampong Baroe pada 10 Agustus 1744.

Setahun kemudian, pada 1745 Gubernur Jenderal van Imhoff (1745-1750) memerintahkan pembangunan atas tempat pilihannya.

Dilansir dari Kompas.com, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadikan Istana Bogor sebagai tempat tinggalnya sehari-hari.

Ia beralasan, ketika tinggal di Istana Bogor, dirinya dapat merasakan ketenangan sehingga bisa berpikir lebih jernih.

Baca juga: Sejarah Istana Batu Tulis, Tempat Mega Umumkan Ganjar sebagai Capres PDI-P

4. Istana Yogyakarta

Istana Kepresidenan Yogyakarta yang disebut juga Gedung Agung terletak di ujung selatan Jalan Akhmad Yani, Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta.

Pembangunan istana tersebut bermula dari kediaman resmi seorang Residen Ke-18 di Yogyakarta (1823-1825) bernama Anthonie Hendriks Smissaert.

Istana Yogyakarta kemudian dibangun pada Mei 1824 ketika masa penjajahan Belanda yang diarsiteki oleh A Payen.

Ia ditunjuk oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda untuk membangun gedung dengan gaya bangunan mengikuti arsitektur Eropa namun sesuai dengan iklim tropis.

Sepanjang sejarah perjalanan Indonesia, Istana Yogyakarta pernah digunakan sebagai tempat tinggal Presiden Soearkno bersama keluarganya.

Seiring pergantian kekuasaan, Istana yogyakarta digunakan sebagai tempat kunjungan tamu kenegaraan dan masyarakat.

Baca juga: Asal-usul Istana Bogor, dari Buitenzorg hingga Jadi Tempat Kediaman Presiden

5. Istana Cipanas

Istana Cipanas berada di antara jalur Jalan Raya Jakarta dan Bandung arah Puncak, di sekitar 103 kilometer dari Jakarta.

Sesuai namanya, istana tersebut terletak di Desa Cipanas, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, di kaki Gunung Gede, Jawa Barat.

Kata 'Cipanas' yang menjadi nama dari istana tersebut berasal dari bahasa Sunda ci atau cai yang padanannya adalah air dan panas yang artinya juga panas dalam bahasa Indonesia.

Adapun, keberadaan Istana Cipanas bermula dari sebuah bangunan yang didirikan pada 1740 oleh seorang tuan tanah Belanda bernama Van Heot.

Istana tersebut dibangun karena berdekatan dengan sumber air panas dan lingkungan dengan udara sejuk serta alamnya yang bersih dan segar.

Sejak didirikannya pada masa pemerintahan Belanda, Istana Cipanas difungsikan sebagai tempat peristirahatan dan persinggahan.

Seiring berjalannya waktu, istana tersebut juga pernah digunakan sebagai lokasi pernikahan Soekarno dengan Hartini.

Dilansir dari laman resmi Istana Cipanas, istana ini dapat dikunjungi dengan syarat mengajukan permohonan ke Kepala Istana Kepresidenan Cipanas.

Baca juga: Viral Video Banjir Bandang di Cipanas, Puncak Bogor, BNPB Sebut Hoaks

6. Istana Tampak Siring

Salah satu destinasi yang bisa dikunjungi ketika berada di Bali adalah Istana Tampak Siring.

Istana itu berada di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali.

Nama Tampak Siring berasal dari 2 kata dalam bahasa Bali, yakni 'tampak' yang artinya telapak dan 'siring' yang artinya miring.

Konon, nama itu berasal dari bekas tapak kaki seorang raja yang bernama Mayadenawa. Ia dikenal sakti dan pandai.

Namun, ia mempunyai sifat angkara muka dan menganggap dirinya sebagai dewa.

Dari situlah Batara Indra marah dan mengirimkan bala tentaranya untuk menghancurkan Mayadenawa.

Ia pun lari ke hutan dan dapat ditangkap oleh bala tentara Batara Indra. Namun, sisa kesaktian Mayadenawa memunculkan mata air beracun.

Batara Indra lalu menciptakan mata air baru sebagai penawar dari mata air beracun tersebut. Air mata ini kemudian dinamai Tirta Empul.

Kawasan hutan yang dilalui Raja Mayadenawa dengan berjalan di atas kakinya yang dimiringkan itulah yang kemudian dikenal sebagai Tampak Siring.

Baca juga: Mengapa Turis Asing di Bali Kini Leluasa Melanggar Aturan?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi