Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulu Tak Mau, Kini PDI-P "Buka Hati" untuk Demokrat, Ada Apa?

Baca di App
Lihat Foto
Dokumen Partai Demokrat
Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto (kiri) dan Sekjen Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya bertemu di kawasan Blok M, Jakarta, Minggu (11/6/2023).
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Sejarah mencatat, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dalam 20 tahun terakhir berada di garis yang berseberangan dengan Partai Demokrat.

Di era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), PDI-P konsisten menjadi partai oposisi dan kerap melontarkan kritikan kepada SBY.

Sebaliknya, Partai Demokrat selama hampir sepuluh tahun Pemerintahan Joko Widodo juga berada di barisan partai oposisi. Saling lempar kritikan pun kerap melibatkan dua partai besar ini.

Baca juga: Puan Akan Temui AHY, PDI-P: Kami Tak Punya Niat Rusak Koalisi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulu enggan berkoalisi

Pada 2021, Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto bahkan sempat menyebut partainya sulit untuk berkoalisi dengan Partai Demokrat.

Saat itu, Hasto beralasan bahwa Demokrat tak memiliki kesamaan ideologi dengan PDI-P.

Oleh karena itu menurut Hasto, sulit untuk PDI-P membangun koalisi dengan Partai Demokrat dalam pemilihan umum (pemilu).

"Dengan Demokrat berbeda, basisnya berbeda, partai elektoral. Kami adalah partai ideologi, tapi kami juga bertumpu pada kekuatan massa, sehingga kami tegaskan, dari DNA-nya berbeda kami dengan Partai Demokrat," kata Hasto, dikutip dari pemberitaan Kompas.com (28/5/2021).

Pernyataan serupa juga kembali dilontarkan Hasto tahun lalu. Ia menilai, sulit untuk mewujudkan koalisi PDI-P dengan Demokrat.

"Kalau saya pribadi sebagai Sekjen memang tidak mudah untuk bekerja sama dengan Partai Demokrat karena dalam berbagai dinamika politik menunjukkan hal itu," kata dia dikutip dari Kompas.com (23/6/2022).

Baca juga: Soal Rencana Pertemuan Puan-AHY, PKS: Bravo Mas AHY, Bravo Demokrat!

Kini "membuka hati" untuk Demokrat

Akan tetapi, resistensi kedua partai ini kini mulai mereda setelah adanya upaya penjajakan koalisi.

Sekretaris Jenderal PDI-P Hasti Kristiyanto menyebut tak ada salahnya membangun dialog dengan partai besutan SBY itu.

Menurut Hasto, kemungkinan untuk merangkul pihak lain ini merupakan semangat gotong royong yang dianut oleh PDI-P.

"PDI Perjuangan itu merangkul, sambil menunggu toh lamaran dari Pak Anies Baswedan ke Demokrat belum turun. Maka enggak ada salahnya berdialog," kata Hasto, Sabtu (10/6/2023).

 

Respons Demokrat

Di sisi lain, Partai Demokrat pun menyambut baik rencana dialog antara PDI-P dan Demokrat tersebut.

Apalagi, Partai Demokrat kini mulai mengevaluasi dukungannya untuk Anies Baswedan, karena tak kunjung mengumumkan bakal calon wakil presiden (bacawapres).

Sekjen Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya menyebut, partainya terbuka untuk semua partai dalam kerja sama politik untuk Pemilu 2024, termasuk dengan PDI-P.

"Untuk itu, kami menghormati dan menghargai pintu komunikasi yang telah disampaikan melalui pernyataan terbuka Sekjen PDI-P, Mas Hasto," kata Teuku Riefky, Minggu (11/6/2023).

Baca juga: PKS Tak Khawatir Demokrat Berbalik Arah Setelah AHY Bertemu Puan

Pertemuan dua sekjen partai

Lebih lanjut, Hasto bahkan sudah bertemu dengan Sekjen Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya pada Minggu (11/6/2023) di kawasan Blok M, Jakarta Selatan.

Menurut Riefky, pertemuan tersebut membahas rencana pertemuan resmi antara Ketua DPP PDI-P Puan Maharani dengan Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

"Benar tadi sore saya bertemu Sekjen PDI-P, Mas Hasto yang didampingi Ketua Fraksi PDI-P DPR RI Mas Utut," kata Riefky, Minggu.

Kendati demikian, ia mengaku kedua pihak saling menghormati pilihan politik yang berbeda saat ini.

(Sumber: Kompas.com/Tatang Guritno, Nicholas Ryan Aditya, Syakirun Ni'am | Editor: Dani Prabowo, Icha Rastika, Bagus Santosa)

 
 
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi