KOMPAS.com - Kapal tanker FSO Safer yang dibiarkan membusuk di Laut Merah, Yaman sedang menjadi perhatian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Pasalnya, kapal yang tertambak sejak 1980 itu kondisinya sudah benar-benar berkarat sehingga dapat meledak kapan saja dan mengancam lingkungan.
PBB sedang mencari cara untuk memindahkan 1,1 juta barel minyak dengan cara mengirim kapal penyelamat dengan ahli ke FSO Safer.
Namun, upaya tersebut terganjal oleh milisi Houthi yang kini menguasai sebagian Yaman setelah perang saudara pecah pada 2015 lalu.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pesawat Bomber B-52 Bertabrakan dengan Jet Tanker di Spanyol
Baca juga: Terusan Suez Sempat Macet Lagi karena Mesin Kapal Tanker Rusak
Lantas, bagaimana bisa FSO Safer dibiarkan membusuk di tengah laut?
Apa itu FSO Safer?
Dilansir dari NBC, FSO Safer adalah kapal buatan Jepang yang dibangun pada 1970-an.
Kapal tersebut memiliki panjang 360 meter dan dilengkapi dengan 34 tangki penyimpanan.
Pada 1980-an, FSO Safer dijual kepada pemerintah Yaman untuk digunakan sebagai tempat penyimpanan minyak.
Kapal tersebut dapat menampung sekitar 3 juta barel minyak yang dipompa dari ladang minyak di Marib, Yaman.
Sejak saat itu, kapal yang ditinggalkan di dekat pelabuhan Hodeida terus mendapat perawatan sebagai langkah pemeliharaan.
Tetapi, operasi pemeliharaan dihentikan pada 2015 setelah perang saudara pecah di Yaman.
Baca juga: Melihat Kondisi Yaman, yang Harus Bertahan di Antara Perang dan Corona
Nasib FSO Safer terlunta-lunta
Pemerintahan Yaman yang digulingkan oleh kelompok Houthi pada 2014 menyebabkan nasib FSO Safer terlunta-lunta.
Perang tersebut menyebabkan Yaman mengalami kehancuran besar-besaran dan di sebagian besar wilayah yang dikuasai Houthi.
Tak hanya itu, FSO Safer yang letaknya berada di dekat Pelabuhan Hodeida juga terancam meledak karena peluru nyasar.
Sebab, Hodeida menjadi kawasan yang sedang dierebutkan pasukan loyalis pemerintah dengan Houthi.
Dihentikannya pemeliharaan FSO Safer juga membuat sebagian besar awak ditarik keluar dari kapal, selain sepuluh orang.
Hal itu dilakukan usai Arab Saudi memberlakukan embargo darat, laut, dan udara sebelum melancarkan serangan udara yang ekstensif untuk mengusir para pemberontak Houthi dari daerah-daerah yang mereka kuasai, termasuk ibu kota Sanaa.
Baca juga: Mengenang Film Titanic yang Tayang Perdana 1 November 1997
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Film Titanic Pertama Kali Dirilis
PBB turun tangan
Pada 2018, Hodeida menjadi pusat perang saudara di Yaman ketika pasukan loyalis pemerintah sedikit demi sedikit menguasai pelabuhan ini.
Hodeida penting bagi Yaman karena dianggap sebagai jalur vital bagi sebagian besar wilayah utara Yaman.
PBB sebenarnya juga berusaha menengahi konflik namun gagal mencapai kata damai. PBB bahkan tidak mampu melonggarkan kekuasaan Houthi di Hodeida.
Keinginan PBB untuk mendapatkan kuasa atas FSO Safer semapt ditanggapi oleh pemimpin Houthi Mohammed Ali al-Houthi.
"Mengapa Safer lebih berbahaya daripada pengepungan dan serangan Amerika, Inggris, Saudi, UEA, dan sekutunya terhadap rakyat?" kata al-Houthi.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Kapal Titanic Tenggelam, 1.500 Orang Meninggal
PBB upayakan penyelamatan FSO Safer
Dilansir dari BBC, PBB kini telah mengerahkan kapal penyelamat dengan ahli untuk mencapai FSO Safer pada 30 Mei 2023.
Mereka ditugaskan untuk memastikan minyak dari FSO Safer dapat dipindahkan ke Neutica, kapal lain yang akan berlayar dari Djibouti.
PBB telah menggelontorkan dana sebesar 114 juta dollar AS atau sekitar 1.704.567.900 untuk menyelamatkan kapal tersebut.
Namun, masih dibutukan 29 juta dollar AS lagi atau sekitar Rp 433.618.150 untuk menambaktkan Nautica menuju FSO Safer dengan aman.
Baca juga: Saat Anak-anak Yaman Belajar di antara Reruntuhan Bangunan Sekolah
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.