Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wiraswasta
Bergabung sejak: 11 Agu 2022

Pegiat literasi di walkingbook.org

Pertanian Disensus, "Food Traceability" Makin Maknyus

Baca di App
Lihat Foto
Freepik/ededchechine
Salah satu jenis biji kopi yang sering kita temui adalah Kopi arabica.
Editor: Egidius Patnistik

FOOD traceability (ketertelurusan pangan) menjadi cara kita mengenali jejak. Penelusuran sejak pangan diolah sepanjang rantai pangan dari bahan baku hingga siap konsumsi akan membantu menemukan akar dan besaran permasalahan dari suatu potensi masalah.

Kopi adalah salah satu di antaranya. Orang dengan segera tergila-gila ketika Pasqua Rosee, seorang eksentrik Yunani, menawarkan minuman kental berwarna hitam yang diberi nama kaveh, alias kopi, untuk pertama kalinya di London tahun 1652.

Komoditas kopi adalah product for future. Namun dalam babak sejarah Aceh yang popular dengan speciality Arabica Gayo, yang jauh lebih tua umurnya pun tak ada catatan yang spesifik. Catatan tidak ditemukan baik dalam kunjungan Ibnu Battuta di tahun 1345 ketika era Sultan Malik az-Zahir maupun lawatan Marcopolo di tahun 1293 yang dinukilkan dalam Hikayat Raja-raja Pasai, yang menceritakan tentang kopi sebagai komoditas unggulan (Ross.E.Dunn; 2011;xii).

Baca juga: Sejarah Kopi Pagi

Bahkan ketika menelisik urutan varietas kopi unggulan dunia, Kopi Gayo belum masuk dalam urutan daftar tersebut. Sebuah literasi hanya menyebutkan Kopi Kolombia (Colombian Coffe) yang dikenal sejak 1800, meliputi kultivar Maragogype, Caturra, Typica dan Bourbon yang menguasai 12 persen kopi dunia, kedua setelah Basilia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berikutnya Colombian Milds, Costa Rican Tarazzu, Guatemala Huehuetenango, Ethiopian Harrar, Ethiopian Yirgacheffe, Hawaiian Kona coffee, Jamaican Blue Mountain Coffee, Java Coffee hingga Sumatera Mandheling dan Sumatera Lintong (Redaksi Health Secret;2012; 9).

Sialnya lagi, merk Kopi Gayo ternyata telah ‘dibajak’ dan terdaftar dalam undang-undang Belanda atas nama Holland Coffe yang melarang siapapun menggunakan kata “Gayo” pada merek kopinya.

Padahal Indikasi Geografis Indonesia seperti “Arabica Coffee Gayo“ (Kopi Gayo), “White Pepper Muntok” (Lada putih), dan “Carving Furniture Jepara” (Kerajinan Ukir) memiliki nilai lebih yang dapat memenuhi pasar Eropa yang memiliki lebih dari 500 juta penduduk dan pendapatan per kapita 25.000 dollar Amerika Serikat (AS).

Konon, Indonesia adalah negara pengekspor biji kopi keempat terbesar dunia dan Aceh memasok 40 persen kopi Arabica premium Indonesia.

Sensus dan traceability bisa menjembatani problem klasik itu. Tak banyak penikmat kopi Arabika Gayo yang tahu tentang Kecamatan Jagong Jeget, daerah muasal kopi Arabica Gayo yang kesohor. Kebanyakan hanya tahu kopi Mandailing dan Lintong yang sebenarnya justru berada di Sumatera Utara.

Sementara arabika terbaik berada di lembah-lembah subur di dataran Aceh Tengah, di Tanah Gayo. Pasar AS dan Eropa justru lebih familiar dengan Jagong Jeget. Tak kurang dua kali setahun mereka berkunjung, bertemu para petani kopi.

Kita bahkan rela membeli dengan harga berlipat, ketika menyesap kopi di gerai kopi paling top di AS. Malangnya kita tak tahu bahwa kopi itu kopi speciality artisanal berasal dari kebun-kebun kopi di Jagong Jeget, Aceh Tengah yang dulunya sentra jagung.

Ketika Gedum Malik, orang yang membuka lahan pertama kali di daerah Jeget Ayu, justru menanam jagung, bukannya kopi. "Jagong Jeget" diambil dari bahasa Gayo yang berarti "buah jagong yang berwarna jeget (berpucuk putih kemerahan)".

Baca juga: Snoop Dogg Buka Bisnis Kopi Gayo di AS

“Gara-gara bencana alam tahun 1982, jagong ditinggalkan penduduknya, dan menghutan lagi. Lantas kami menyulapnya menjadi kebun-kebun kopi, bukan jagung,” kata Mahfud (68 tahun) mengenang masa awal menjadi petani kopi.

Mahfud adalah generasi pertama transmigran asal Jawa Tengah yang mendiami Kecamatan Jagot Jeget, kecamatan hasil pemekaran dari Kecamatan Linge di Aceh Tengah.

“Sekarang sudah jauh lebih baik, pasar kopi kami tak pernah “tidur” lagi, teknologi yang melek membuat kami menjual kopi, selain direct market, juga bermain di pasar online,” ujar Mahfud.

“Ke depan sudah ada Regional Payment Connectivity ASEAN, bisa lebih seru lagi dengan transaksi cashless,” tambah Mahfud dengan bersemangat.

“Mereka butuh banyak informasi soal kopi, kami sering kewalahan, padahal investor berminat membeli banyak jika tahu kualitas kopi kita sebenarnya,” lanjutnya.

Melalui komoditas kopi, kita berusaha untuk menelusuri, pentingnya data bahkan untuk petani kopi di pegunungan seperti Mahfud yang merasakan urgensi kebutuhan data untuk menjangkau pasarnya.

Pelaksanaan Sensus Pertanian 2023, tak lagi sekedar formalitas, sensus menjadi medium, melalui traceability (ketertelusuran), menemukan banyak potensi, peluang, dan kendala. Sensus Pertanian 2023 (ST2023) merupakan yang ketujuh kali dilaksanakan Badan Pusat Stastik (BPS) sejak tahun 1963.

Sensus Pertanian dilakukan setiap 10 tahun sekali di tahun berakhiran 3 sesuai amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik. Sensus akan dilakukan sejak tanggal 1 Juni-31 Juli 2023, yang pelaksanaannya mengacu pada program Badan Pangan Dunia atau FAO.

Memupus Kendala

Perkembangan kopi memang belum terlalu menggembirakan. Makanya kita butuh data akurat untuk memulai traceasibility. Jika di tahun 1979 luasan kebun kopi di Aceh meliputi 34.929 hektare, dengan hasil panen 18,511 ton, di tahun 2017 luasnya bertambah menjadi 123.749 hektare dengan hasil penenan 68.492 ton. Artinya ada kenaikan sebesar 27 persen selama kurun waktu 38 tahun (BPS; Oktober 2018).

Begitu banyak fakta kontradiktif terkait tata kelola ‘ekosistem kopi’ kita. Menurut International Coffee Organization (ICO), konsumsi kopi meningkat dari tahun ke tahun. Kebutuhan kopi global meningkat sekitar 15 persen per tahun. Namun produksi kopi kita meningkat rata-rata hanya satu persen per tahun, bahkan dalam jangka waktu lima tahun belakangan cenderung stagnan (Antaranews.com; Feb 2016).

Hal itu berbanding terbalik dengan posisi kita sebagai penyumbang kopi dunia terbesar keempat, ternyata gegap gempita Aceh dengan julukan ‘kota seribu kedai kopi’ dan Jakarta dengan 3.000 kedai kopinya, komposisi konsumsi lokal kopinya terbilang rendah, hanya 0,86 persen/kg/kapita/thn berdasarkan data SUSPENAS.

Banyaknya kopi speciality, seperti Kopi Gayo (Aceh), Mandailing dan Lintong (Sumatera Utara), Kopi Toraja (Sulawesi), Java Arabica (Jawa), kopi Bajawa (Nusa Tenggara Timur/NTT), Lembah Baliem (Papua), Kopi Preanger (Jawa Barat), tapi tak mendongkrak posisi Indonesia sebagai penghasil kopi dunia nomor empat di bawah Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Bahkan ‘revolusi’ tata kelola kopi di Vietnam membuat daya saing kopi Indonesia sebagai produsen kopi kedua terbesar di dunia tahun 2014 tertinggal.

Apakah artinya intensifikasi dan diversifikasi tidak membantu kita memberi keuntungan pada peningkatan produksi kopi?. Apakah tata kelola manejemennya yang salah, sehingga daya saing kita rendah? Atau daya tarik dan ekspektasi pengusaha kita terhadap industri komoditas kopi masih sangat rendah? Atau komoditas kita tak bisa menjangkau pasar luar karena pemerintah masih belum serius mengurusi tata kelola industri kopi kita? Masih ada banyak lagi pertanyaan lain.

Ketika produksi kopi robusta Vietnam mencapai tiga ton per hektar, kita masih terkendala optimalisasi penggunaan lahan. Setidaknya dunia per-kopi-an Indonesia masih dijangkiti berbagai ‘penyakit’, seperti rendahnya produktifitas tanaman, meningkatnya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT); lemahnya kelembagaan petani; rendahnya penguasaan teknologi pasca-panen; besarnya produk yang dihasilkan dan diekspor dalam bentuk biji kopi (coffee beans); rendahnya tingkat konsumsi kopi per kapita di dalam negeri (0,86 persen/kg/kapita/thn); belum optimalnya pengelolaan kopi speciality; terbatasnya akses permodalan bagi petani (Kompasiana.com; Juli 2017).

Dibutuhkan revolusi besar dan serius untuk menuntaskan persoalan industri kopi Indonesia. Ada fakta menarik terkait data statistika perkebunan Indonesia (Ditjend Perkebunan, 2015) yang bisa menjadi jawaban berbagai karut-marut persoalan industri kopi di Indonesia. Jumlah total produksi kopi Indonesia tahun 2014 sebesar 643.857 ton, yang berasal dari 1.230.495 ha areal perkebunan kopi.

Dari jumlah itu, sebanyak 96.19 persen diusahakan oleh rakyat (PR). Sisanya diusahakan oleh perkebunan besar milik swasta (PBS) (1,99 persen) dan perkebunan besar milik Negara (PBN) (1,82 persen).

Meski kopi kita juara, tetapi pengelolaannya berbasis tradisional tanpa campur tangan masif pemerintah. Barangkali inilah problem mengapa industri kopi Indonesia mengalami stagnasi, suatu hal yang berbanding terbalik dengan Vietnam.

Uniknya lagi, peralihan Vietnam dari pembelajar menjadi jawara, membuatnya mendominasi pasar kopi impor Indonesia, setidaknya 62,83 persen atau volumenya setara 7.582 ton di tahun 2015 saja. Sebuah metamofosa yang sangat menarik, apalagi ketika petani kopi Vietnam juga mengoptimalkan ketersediaan jaringan informasi.

Sektor pertanian dan perkebunan telah lama menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia. Kopi hanya salah satu komoditas unggulannya. Namun, untuk memastikan pertumbuhan dan keberlanjutan sektor ini, informasi yang akurat dan terkini tentang kondisi pertanian dan perkebunan menjadi penting.

Inilah mengapa Sensus Pertanian 2023 menjadi alat yang penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan memastikan traceasibility sektor pertanian di masa depan. Sensus pertanian berusaha mengumpulkan data lengkap dan terperinci tentang sektor pertanian, meliputi luas lahan pertanian, jenis tanaman yang ditanam, jumlah peternakan, produksi, penggunaan teknologi, dan profil petani.

Data-data itu akan memberikan informasi penting kepada pemerintah, pelaku usaha, dan pemangku kepentingan lainnya dalam merancang kebijakan yang tepat, mengidentifikasi kebutuhan, dan mengoptimalkan potensi pertanian.

Lihat Foto
Kompas.com/ Dian Erika
Presiden Joko Widodo saat memberikan sambutan pada peluncuran Sensus Pertanian 2023 di Istana Negara, Jakarta, Senin (15/5/2023).
Sensus Pertanian untuk Traceability

Tahun 2023, sektor pertanian menjadi sorotan penting dalam upaya meningkatkan traceability dan mengoptimalkan potensi pertanian di seluruh negeri. Sensus pertanian menjadi alat untuk mengumpulkan data dan informasi yang relevan guna mengarahkan kebijakan yang tepat serta memastikan pertumbuhan berkelanjutan sektor ini.

Kita harus melakukan percepatan traceasibility pertanian dengan menggunakan sensus pertanian sebagai mediumnya. Kita butuh gambaran yang akurat dan terkini mengenai potensi dan tantangan yang dihadapi sektor pertanian.

Dengan memperoleh data yang valid dan lengkap, pemerintah, peneliti, serta para pemangku kepentingan dapat mengidentifikasi peluang investasi, meningkatkan produktivitas, dan memperbaiki rantai pasok pertanian. Sensus memiliki potensi besar untuk mempercepat traceability pertanian di Indonesia.

Dengan data yang akurat dan komprehensif, kebijakan dan program dapat dirancang untuk mendorong pertumbuhan sektor pertanian, meningkatkan kesejahteraan petani, dan menjaga ketahanan pangan negara. Seluruh pemangku kepentingan perlu berkolaborasi aktif dalam mendukung proses Sensus Pertanian 2023 demi masa depan yang lebih baik bagi pertanian Indonesia.

Baca juga: Sensus Pertanian 2023, Jokowi: Saya Minta Seluruh Pemangku Kepentingan Mendukung

Hal ini akan memberikan landasan bagi investasi dan pengembangan sektor pertanian. Dengan menyediakan data yang akurat dan terperinci, para investor dapat mengidentifikasi peluang investasi yang menjanjikan. Pemerintah juga dapat merancang program insentif dan dukungan untuk meningkatkan daya tarik investasi di sektor ini.

Data dari sensus itu akan mendukung pengembangan kebijakan yang berfokus pada peningkatan produktivitas, diversifikasi pertanian, pengelolaan risiko, dan pemberdayaan petani. Traceasibility, merupakan kemampuan sektor pertanian untuk menghasilkan keuntungan secara berkelanjutan, dapat ditingkatkan dengan menggunakan data dari sensus pertanian.

Keuntungannya, pertama adalah identifikasi potensi dan kebutuhan, terutama informasi tentang luas lahan, jenis tanaman, dan produksi pertanian. Nantinya melalui survei yang komprehensif, data yang terkumpul akan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang luas lahan pertanian, jenis tanaman yang ditanam, populasi ternak, infrastruktur pertanian, dan demografi petani.

Hal ini terkait peningkatkan akurasi dan kebermanfaatan data pertanian. Dengan data yang akurat, para pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, investor, peneliti, dan petani, dapat membuat keputusan yang berdasarkan pada informasi yang valid. Informasi akan digunakan untuk mengarahkan pengembangan sektor pertanian, misalnya pilihan prioritas investasi pada tanaman dengan nilai ekonomi tinggi atau meningkatkan infrastruktur pertanian di daerah dengan potensi besar.

Kedua, perencanaan yang tepat, berdasarkan ketersediaan data hasil sensus pertanian membantu pemerintah dalam merumuskan rencana strategis dan kebijakan yang tepat untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing sektor pertanian. Perencanaan yang berbasis data dapat membantu dalam alokasi sumber daya yang efisien, termasuk anggaran, infrastruktur, serta program dukungan untuk petani dan peternak.

Ketiga, pengembangan pasar dan rantai pasok yang efektif yang diperoleh datanya dengan memahami profil petani, peternak, dan pelaku usaha pertanian lainnya. Pemerintah dan pemangku kepentingan dapat merancang program yang mendukung peningkatan akses pasar, pemasaran, dan pengolahan produk pertanian.

Informasi mengenai kebutuhan pasar dan keinginan konsumen juga dapat membantu dalam diversifikasi produk dan meningkatkan nilai tambah produk pertanian. Kita memiliki rujukan memahami tren dan kebutuhan konsumen dalam sektor pertanian.

Data yang dikumpulkan akan memberikan informasi tentang preferensi konsumen terkait produk pertanian, permintaan pasar yang sedang naik daun, serta potensi ekspor yang dapat dieksplorasi.

Dengan memahami tren ini, para petani dan pelaku usaha pertanian dapat menyesuaikan produksi mereka untuk memenuhi kebutuhan pasar yang sedang berkembang.

Keempat, inovasi dan teknologi data menjadi landasan bagi pengembangan inovasi dan penerapan teknologi modern dalam sektor pertanian. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan dan tantangan sektor, peneliti dan institusi riset dapat mengarahkan upaya mereka dalam mengembangkan solusi berbasis teknologi untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan keberlanjutan pertanian.

Kelima, menjadi dasar dalam menyikapi perubahan iklim yang menjadi tantangan serius bagi sektor pertanian. Apalagi sejak kita menandatangani Perjanjian Paris (2015) yang diratifikasi oleh 195 negara, menuju net zero emisi pada 2050 secara bertahap. Data Sensus Pertanian 2023, menjadi dasar pemahaman yang lebih baik tentang dampak perubahan iklim terhadap sektor ini.

Data tentang kerentanan terhadap perubahan iklim, pemetaan risiko bencana alam, dan adaptasi teknologi pertanian yang diterapkan akan memberikan wawasan tentang upaya mitigasi dan penyesuaian yang dapat dilakukan untuk menjaga keberlanjutan pertanian di tengah tantangan perubahan iklim.

Salah satu manfaat penting data dari sensus pertanian nantinya adalah menjadi daya tarik investasi dan pembiayaan untuk sektor pertanian. Melalui informasi yang lengkap tentang potensi pertanian, perkiraan keuntungan, dan risiko yang terkait, investor dan lembaga keuangan dapat membuat keputusan investasi. Hal ini akan mendorong pertumbuhan sektor pertanian dengan memberikan akses ke modal yang diperlukan untuk pengembangan usaha dan inovasi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi