Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Pertolongan Pertama Digigit Hewan Penular Rabies?

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Victoria Antonova
Ilustrasi anjing rabies. Rabies adalah salah satu penyakit tertua dan fatal dalam sejarah manusia. Sebanyak 95 persen terjadi melalui gigitan anjing.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com – Seorang balita berinisial DM dari Kecamatan Amanatun Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), NTT meninggal diduga karena rabies pada Selasa (13/6/2023). 

Dilansir dari Kompas.com, DM awal digigit anjing pada 7 Mei 2023 lalu. Namun, balita tersebut tidak segera diberikan vaksin antirabies (VAR).

Korban sempat dibawa ke Puskesmas Oinlasi, namun nyawanya tak tertolong. 

“Tapi setelah ditangani, DM akhirnya meninggal di Puskemas Oinlasi tadi siang (13/6/2023),” kata Juru Bicara Satgas Rabies TTS, Addy Tallo.

Baca juga: KLB Rabies: Jumlah Kematian, Penyebab, dan Daerah dengan Kasus Tertinggi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, bagaimana penanganan pertama setelah digigit hewan penular rabies?

Pertolongan pertama: dicuci dengan detergen

Dokter hewan Muhamad Jami Ramadhan dari Dr. Jami’s Pet Care dalam unggahan di Twitternya mengatakan, pertolongan pertama jika tergigit hewan pembawa virus rabies yakni mencuci lukanya dengan detergen di bawah air mengalir.

“Detergen diharapkan dapat meluruhkan ‘amplop’ virus sehingga mengurangi risiko invasi virus masuk ke dalam tubuh,” kata Jami dalam unggahan yang sudah mendapatkan izin untuk mengutip.

Selanjutnya setelah luka bekas gigitan hewan yang diduga bisa menularkan rabies dicuci, segera bawa korban ke rumah sakit terdekat untuk ditangani langsung oleh dokter.

“Ingat, bahwa rabies merupakan penyakit infeksi virus mematikan yang menyerang sistem saraf,” tuturnya.

Baca juga: Lagi, 1 Warga TTS Meninggal Akibat Rabies, Total 3 Orang

Lebih lanjut dokter hewan Radhiyan Fadiar Sahistya dari Radhiyan Pet and Care mengatakan, seseorang yang habis digigit hewanyang berpotensi menularkan rabies harus segera mendapat vaksin rabies.

“Sementara hewannya akan dikarantina selama 14 hari. Jika dalam 14 hari tidak menunjukkan gejala rabies, berarti aman (tidak tertular rabies),” kata Radhiyan kepada Kompas.com, Senin (19/6/2023).

Radhiyan mengatakan, semakin dekat lokasi gigitan dengan sistem saraf pusat (otak) gejala akan semakin cepat muncul. 

Baca juga: Benarkah Penderita Rabies Takut Air dan Cahaya? Dokter Berikan Penjelasannya

 

Apa saja hewan pembawa rabies?

Dosen fakultas kedokteran hewan Universitas Gadjah Mada (UGM) Slamet Raharjo mengatakan, semua hewan dapat membawa virus rabies.

“Terutama hewan pemakan daging/karnivora, namun semua hewan berdarah panas dapat tertular dan dapat menularkan,” tutur Slamet kepada Kompas.com, Senin (19/6/2023).

Menurutnya, kasus yang ada di Indonesia 98 persen ditularkan oleh anjing dan 2 persennya ditularkan oleh kucing, monyet, dan musang.

“Hewan lain belum ada catatan sebagai penular rabies di Indonesia, beda dengan di Amerika yang ada kelelawar vampir yang juga menjadi penular rabies,” sebutnya.

Gejala rabies pada hewan

Slamet Raharjo menjelaskan, gejala pada hewan dapat dibagi menjadi tiga fase, yakni fase prodormal, eksitasi, dan fase paralisis. 

Menurutnya, rabies merupakan penyakit zoonosis yang sangat berbahaya dan sampai saat ini belum ada obatnya.

“Tingkat kematian atau mortalitas dapat mencapai 100 persen,” tuturnya.

Baca juga: Cara Dapat Vaksin Rabies Gratis untuk Kucing dan Anjing di Jakarta, Bandung, dan DIY

Lebih lanjut, berikut penjelasan dari tiga fase gejala rabies:

1. Fase prodormal

Slamet menjelaskan, gejala prodormal atau awal ini biasanya muncul setelah tiga hari terjadinya penularan.

“Bisa berlangsung selama 3 bulan, tergantung derajat dan keganasan infeksi,” jelasnya.

Pada fase ini, gejala yang dialami sebagai berikut:

  • Perubahan perilaku yang drastis
  • Suka bersembunyi di tempat gelap karena sensitif terhadap cahaya
  • Takut dengan air (hidrofobia)
  • Hewan yang biasanya aktif menjadi tenang atau pemalu, dan sebaliknya.
2. Fase eksitasi

Ia menerangkan, fase eksitasi terjadi ketika virus sudah berkembang dalam kelenjar air ludah atau saliva.

“Fase ini menjadi fase penular yang berbahaya bagi hewan lain termasuk manusia. Fase ini berlangsung selama 3-5 hari dan akan melanjut ke fase berikutnya,” terangnya.

Berikut gejala yang akan muncul pada fase eksitasi:

  • Produksi air liur berlebih
  • Hewan berubah menjadi agresif
  • Hewan tidak mengenali pemiliknya.
  • Menggigit benda apapun yang bergerak di sekitarnya.
3. Fase paralisis

Fase paralisis atau kelumpuhan adalah fase terakhir dari gejala rabies yang terjadi karena penyebaran virusnya sudah mencapai otak.

“Fase ini berlangsung selama 3-4 hari dan diakhiri dengan kematian,” ungkapnya.

Gejala pada fase paralisis penderita rabies antara lain:

  • Rahang mengunci atau lock jaw
  • Hewan ambruk atau tidak bisa berdiri.

Baca juga: Kasus Merebak, Waspadai Ciri-ciri Hewan Terinfeksi Rabies!

Penanganan hewan terkena rabies

Jika hewan yang diduga terkena rabies melalui gejalanya, sebaiknya untuk segera ditangkap dan dikandang terlebih dahulu.

“(Ditangkap dengan) jaring atau tali dan (dikandang) dengan kandang khusus,” kata Slamet.

Menurutnya, hal itu bertujuan agar hewan tidak menyerang dan menggigit hewan lain atau manusia.

“Penanganan hewan terduga tertular rabies menjadi kewenangan pemerintah, dalam hal ini dinas peternakan/dinas kehewanan,” katanya.

Hewan terduga terkena rabies, harus ditangkap hidup dan kemudian diserahkan ke dinas untuk diisolasi dan dilakukan observasi selama 14 hari.

“Bila hewan mati dalam rentang waktu observasi 14 hari, harus dilakukan otopsi untuk mengambil sampel otak,” tuturnya.

Jika hewan tidak mati dalam 14 hari, Slamet mengatakan bahwa hewan tersebut negatif rabies.

Lebih lanjut, sampel otak tersebut kemudian dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan histopatologi.

“Hewan tertular rabies akan ditemukan inclusion bodies (satu bentukan khusus yang hanya bisa terlihat dengan proses histopatologi) dalam sel otak sebagai bukti positif rabies. Bila tidak ditemukan inclusion bodies dalam sel otak, hewan dinyatakan negatif rabies,” tandasnya.

Baca juga: 5 Tips Mengakrabkan Kucing dan Anjing

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi