Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Warisan Kearifan Lao Tse

Baca di App
Lihat Foto
Worldhistory
Lao Tse, seorang filsuf yang mendirikan Taoisme
Editor: Sandro Gatra

DALAM upaya pribadi menempuh perjalanan mempelajari semesta spiritual, saya mengagumi empat tokoh, yaitu Jesus Kristus, Sokrates, Siddharta Gautama, dan Lao Tse.

Ternyata entah secara kebetulan atau tidak, empat tokoh tersebut memiliki kesamaan, yaitu sama-sama tidak mewariskan kearifan pemikiran adiluhur dalam bentuk tulisan.

Maka saya mengenal keempat maha tokoh tersebut terpaksa terbatas sekadar dalam bentuk “konon” dari tulisan orang-orang lain.

Saya mengenal Jesus Kristus dari Alkitab Perjanjian Baru yang ditulis oleh Lukas, Matius, Markus, dan Yahya.

Saya mengenal Sokrates dari tulisan Platon dan Xenophon serta mengenal Siddharta Gautama dari tulisan Herman Hesse.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sementara saya mengenal Lao Tse dari tulisan Zhuang Zi, Karl Jasper maupun ulasan ensiklopedia filsafat Stanford yang agar tidak keliru saya copas sebagai berikut:

“The Shiji (Records of the Historian) by the Han dynasty (206 B.C.E.–220 C.E.) court scribe and historian Sima Qian (ca. 145–86 B.C.E.) offers a “biography” of Laozi. Its reliability has been questioned, but it provides a point of departure for reconstructing the Laozi story. Laozi was a native of Chu, according to the Shiji, a southern state in the Zhou dynasty (see map and discussion in Loewe and Shaughnessy 1999, 594 and 597). His surname was Li; his given name was Er, and he was also called Dan. Laozi served as a keeper of archival records at the court of Zhou. Confucius (551–479 B.C.E.) had consulted him on certain ritual matters, we are told, and praised him lavishly afterward (Shiji 63). This establishes the traditional claim that Laozi was a senior contemporary of Confucius. A meeting, or meetings, between Confucius and Laozi, identified as “Lao Dan,” is reported also in the Zhuangzi and other early Chinese sources.”

Harap secara khusus diperhatikan pengggunaan kata “claim” maupun “biography” di dalam tanda kutip pada ulasan penafsiran ensiklopedia filsafat Stanford terhadap kisah hidup Laozi sebagai sebutan bahasa Inggris-Amerika untuk Lao Tse.

Dari suasana serba mengambang tersebut dapat disimpulkan sebagai indikasi bahwa pada hakikatnya para sejararawan masih tidak yakin atau minimal belum sepakat mengenai Lao Tse sebenarnya tokoh fiktif atau tokoh nyata.

Sampai masa kini masih belum paripurna dan belum sempurna disepakati mengenai apakah Lao Tse memang pernah benar-benar hidup pada kenyataan sezaman dengan Kong Hucu atau Lao Tse “hanya” sesosok tokoh yang sengaja dilegendakan sebagai narasi untuk melahirkan pemikiran Taoisme.

Namun bagi saya tidak penting tentang Lao Tse tokoh fiktif atau tokoh nyata. Bagi saya yang lebih penting adalah de facto kearifan Lao Tse di masa kini telah terbukti merambah ke luar China sampai ke Korea, Jepang, Eropa dan Amerika.

Kemudian masih berpengaruh secara berkelanjutan pada tokoh pemikir berbagai bangsa di marcapada seperti Jasper, Sartre, Capra, Camus, Borges, Graham, Allan, Assandri, Baxter, Bokenkamp, Hatano, Ikeda, Wagner, Wang, Welch, Xiong, Liu, Xu, Yu, Lin dan lain-lain.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi