Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini Ada Fenomena Solstis Juni, Apa Penyebab dan Dampaknya?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/SN VFX
Ilustrasi fenomena Solstis. Penampakan Belahan Bumi saat terjadinya fenomena solstis atau Titik Balik Matahari. Dampak Solstis, perubahan musim, mempengaruhi iklim dan perubahan panjang siang dan malam.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Fenomena solstis atau solstice akan kembali terjadi pada hari ini, Rabu (21/6/2023).

Berasal dari bahasa Latin, solstitium, solstis merupakan fenomena astronomi biasa yang bermakna titik balik Matahari.

Oleh karena itu, fenonema solstis adalah peristiwa saat Matahari berada paling utara atau paling selatan ketika mengalami gerak semu tahunannya.

Baca juga: Kapan Terjadi Fenomena Solstis 2023?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin mengatakan, Solstis Juni akan terjadi pada Rabu pukul 21.57 WIB.

"Matahari berada pada titik paling utara. Itu menandakan mulainya musim panas di belahan utara dan musim dingin di belahan selatan," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Rabu.

Lalu, apa penyebab dan dampak Solstis Juni?

Baca juga: 21 Desember Tidak Boleh Keluar Rumah karena Ada Fenomena Solstis, Benarkah?


Baca juga: Sempat Disebut Muncul Dukhan, Langit Cerah Malam 15 Ramadhan Hiasi Twitter

Penyebab Solstis Juni

Menurut Thomas, fenomena solstis rutin terjadi sebanyak dua kali dalam satu tahun, yakni pada Juni dan Desember.

Penyebab fenomena solstis adalah sumbu rotasi Bumi yang miring 23,44 derajat terhadap bidang tegak lurus ekliptika atau sumbu kutub utara dan selatan.

Saat berotasi, Bumi sekaligus mengorbit Matahari, sehingga terkadang kutub utara dan belahan Bumi utara condong ke arah Matahari.

Sementara itu, kutub selatan dan belahan Bumi selatan menjauhi Matahari, sehingga terjadilah Solstis Juni.

Sebaliknya, saat Solstis Desember, terkadang kutub selatan dan belahan Bumi selatan condong ke Matahari, sementara kutub utara dan belahan Bumi utara menjauhi Matahari.

Baca juga: NASA Tawarkan Rp 502,3 Juta untuk Desain Toilet di Bulan

Dampak Solstis Juni

Thomas menjelaskan, dampak fenomena berkaitan dengan distribusi pemanasan yang lebih banyak di belahan utara.

Hal tersebut, menurut dia, turut memengaruhi sirkulasi udara atau angin di permukaan Bumi.

"Angin akan bertiup dari wilayah musim dingin ke wilayah musim panas," terangnya.

"Di Indonesia berdampak daerah pembentukan awan bergeser ke utara menjauhi Indonesia, sehingga mulai musim kemarau," lanjut Thomas.

Baca juga: 9 Fenomena Astronomi 2023, dari Hujan Meteor hingga Gerhana

Adapun merujuk informasi yang diterima Kompas.com dari Pusat Riset Antariksa BRIN, fenomena solstis secara umum berdampak pada gerak semu harian Matahari saat terbit, berkulminasi, dan terbenam.

Solstis juga berdampak pada intensitas radiasi Matahari yang diterima permukaan Bumi, panjang siang dan malam, serta pergantian musim.

Oleh karenanya, fenomena ini tidak berkaitan dengan letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, maupun banjir rob.

Baca juga: Bukan 21 Desember, melainkan 22 Desember, Ini Dampak Fenomena Solstis bagi Manusia

Berikut dampak solstis yang terjadi pada hari ini, Rabu, 21 Juni 2023:

  1. Matahari akan berkulminasi paling utara saat tengah hari, kecuali di wilayah yang terletak di garis balik utara, Matahari akan berkulminasi tepat di zenit atau tepat di atas pengamat.
  2. Intensitas radiasi Matahari akan maksimum untuk lintang sedang belahan Bumi utara, sedangkan lintang sedang belahan Bumi selatan akan minimum.
  3. Matahari akan terbit di arah antara timur dan timur laut untuk lintang kurang dari 56 derajat, tepat di timur laut untuk lintang 56 derajat, dan di antara timur laut dan utara untuk lintang lebih dari 56 derajat.
  4. Matahari akan terbenam di arah antara barat dan barat laut untuk lintang kurang dari 56 derajat, tepat di barat laut untuk lintang 56 derajat, dan di antara barat laut dan utara untuk lintang lebih dari 56 derajat.
  5. Panjang siang akan lebih panjang daripada panjang malam untuk belahan bumi utara. Sementara panjang siang akan lebih pendek dibandingkan panjang malam untuk belahan Bumi selatan.
  6. Panjang siang di wilayah kutub utara menjadi 24 jam dan panjang malam di wilayah kutub selatan menjadi 24 jam.
  7. Terjadi fenomena Matahari Tengah Malam atau Midnight Sun di wilayah kutub utara karena bagian Bumi ini condong ke Matahari, sehingga seluruh bagian mendapat sinar.
  8. Di wilayah kutub selatan akan terjadi fenomena Malam Kutub atau Polar Night karena bagian Bumi ini menjauhi Matahari, sehingga seluruh bagian kutub tidak mendapat sinar
  9. Terjadi puncak musim panas di lintang sedang belahan Bumi utara, sedangkan di lintang sedang belahan Bumi selatan berlangsung puncak musim dingin
  10. Lintang rendah baik di belahan Bumi utara maupun belahan Bumi selatan terjadi puncak musim kemarau.

Baca juga: Penjelasan BMKG soal El Nino dan IOD di Indonesia, Apa Dampaknya?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi